Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Banyak Pemilih Pemula di Pemilu 2024 Dinilai Belum Paham Politik

Asisten Deputi Pemenuhan Hak Sipil, Informasi dan Partisipasi Anak, KemenPPPA Endah Sri Rezeki dan perwakilan sekretariat Forum Anak Nasional Alya Eka Khairunisa dalam diskusi di kantor KemenPPPA, Kamis (21/12/2023). (IDN Times/Lia Hutasoit)

Jakarta, IDN Times - Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 akan diramaikan oleh para pemilih pemula, yakni mereka yang kini berusia 17 tahun. Disebutkan ada 25 juta pemilih pemula pada Pemilu 2024.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2024 sebanyak 204.807.222 pemilih. Jumlah tersebut berasal dari 38 provinsi dan warga negara Indonesia yang berada di luar negeri.

Melihat kondisi ini, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Sipil, Informasi dan Partisipasi Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Endah Sri Rezeki mengatakan, anak-anak yakni pemilih pemula kerap tak memahami sepenuhnya apa itu konteks politik. Ada jarak antara anak dan politik.

"Jadi selama ini ketika dibilang politik itu, selama ini melibatkan anak-anak, jadi terluka. Pokoknya gak boleh ya melibatkan anak, menciptakan anak-anak jadi merasa politik itu kayaknya kotor ya bukan ruangnya anak-anak ya, politik menakutkan, politik itu kotor dan rumit banget kayanya, konflik dan segala macam, penuh kecurangan, sehingga ini yang menyebabkan anak-anak jadi enggan, mungkin tidak semua anak, jadi enggan berbicara soal politik," kata dia dalam Diskusi bertajuk, Peran, Partisipasi dan Hak Anak sebagai Pemilih Pemula di Kantor KemenPPPA, Jakarta Pusat, Kamis (21/12/2023).

1. Pemilih pemula tak punya banyak informasi soal pengetahuan politik

Asisten Deputi Pemenuhan Hak Sipil, Informasi dan Partisipasi Anak, KemenPPPA Endah Sri Rezeki di kantor KemenPPPA, Kamis (21/12/2023). (IDN Times/Lia Hutasoit)

Menurut Endah, pemilih pemula juga kurang mendapat informasi yang tepat terkait hal-hal yang berkenaan dengan politik. Karena selama ini anak-anak dijauhkan dari isu politik.

"Akhirnya, yang terjadi adalah banyak anak-anak tidak memiliki informasi yang tepat dan minim informasi. Pengetahuannya kurang memadai tentang politik, demokrasi, pemilu itu seolah-olah masih usia anak," katanya. 

Jauhnya anak dari informasi soal politik, kata Endah berimplikasi pada momen pemilihan yang akan mereka hadapi. Pemilih pemula jadi tidak mendapat informasi utuh.

Untuk menanggapi hal ini, masyarakat atau orang dewasa perlu berperan meningkatkan pengetahuan, membantu menentukan pilihan, dan meningkatkan keinginan menggunakan hak suara.

2. Tantangan pendidikan politik bagi anak dan remaja

Situasi PTM 100 persen hari pertama di Kota Surabaya, Senin (10/1/2022). (dok. Humas Pemkot Surabaya)

Endah juga menjabarkan sejumlah tantangan pendidikan politik bagi anak dan remaja.

Di antaranya, minimnya pemahaman politik di masyarakat, termasuk kalangan anak dan remaja, disinformasi dan hoaks, serta isu-isu politik yang kompleks.

3. Anak-anak sebenarnya sudah belajar politik

PTM di Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Menurut Endah, kematangan politik suatu bangsa memerlukan proses pembelajaran yang sangat panjang. Hal ini perlu dimulai sejak dini, sesuai dengan tahapan perkembangan dan kecerdasan anak.

Sebenarnya anak-anak sudah belajar tentang politik dan demokrasi seperti pemilihan ketua kelas atau ketua Osis di sekolah, hingga pelibatan anak di forum anak yakni dengan pemilihan Ketua Forum Anak, menyampaikan suaranya di Musrenbang, dan kegiatan-kegiatan lainnya. 

 

Baca berita terbaru terkait Pemilu 2024, Pilpres 2024, Pilkada 2024, Pileg 2024 di Gen Z Memilih IDN Times. Jangan lupa sampaikan pertanyaanmu di kanal Tanya Jawab, ada hadiah uang tunai tiap bulan untuk 10 pemenang.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lia Hutasoit
EditorLia Hutasoit
Follow Us