Banyak Salah Ukur, Menkes Akan Latih Kader agar Data Stunting Akurat

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melatih petugas pengukuran antropometri, seperti bidan dan kader posyandu untuk mengoptimalkan akurasi data stunting.
Hal tersebut Budi ungkapkan dalam rapat kerja bersama Komisi IX dan BKKBN di Gedung DPR, Kamis (16/5/2024).
"Kita melatih SDM-nya supaya mengukur dengan benar, ini yang masih berjalan karena ada SDM yang tidak disiplin," ujar Budi.
1. Cara pengukuran berat badan masih salah

Budi menjelaskan pengukuran antropometri oleh petugas untuk mendeteksi stunting melalui pengukuran berat badan, panjang, dan tinggi badan serta lingkar lengan atas dan kepala anak dengan tepat penting untuk data.
"Cara mengukurnya masih salah. Misalnya, mengukur berat badan enggak boleh pakai baju atau jaket, dia masih pakai, kalau berat badan tumitnya nempel dinding, ini tidak. Ini yang perlu kita latih," paparnya.
2. Petugas ukur harus sesuai SOP

Untuk itu, Budi memastikan agar petugas agar mengukur sesuai SOP. Meski demikian, Budi mengakui tidak mudah karena terdapat jutaan kader posyandu yang sebelumnya sudah terbiasa mengukur berat badan dengan aat timbang konvensional berupa dacin daripafa antropometri kit
"Semua SOP ini sudah selesai dan jadi bagian dari SDM agar nantinya bisa sesuai SOP, tetapi ini memang tidak mudahni karena ada jutaan kader yang sebelumnya memakai dacin," kata Menkes.
3. Cakupan pengukuran minimal 90 persen

Budi akan memastikan sasaran pengukuran stunting mencapai minimal 90 persen. Menurutnya, selama ini ada beberapa daerah tidak melakukan pengukuran antropometri secara menyeluruh atau hanya 50 persen.
"Ada daerah yang baik (tingkat stunting rendah), tapi yang diambil hanya 50 persen dan 50 persen itu daerah yang bagus," ucap Budi.