BMKG: Bencana Hidrometeorologi Alami Peningkatan 16 Tahun Terakhir

- Bencana hidrometeorologi paling banyak terjadi di Jawa Barat, diikuti oleh Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Sulawesi Selatan.
- BMKG mencatat bencana hidrometeorologi di Indonesia umumnya disebabkan oleh hujan ekstrem, angin kencang, petir, puting beliung, dan hujan es.
- Lintas kementerian dan lembaga menggelar rapat membahas persiapan Natal dan Tahun Baru 2026 serta berbagai bencana yang melanda Pulau Sumatra.
Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Teuku Faisal Fathani, mengatakan bencana hidrometeorologi di Indonesia mengalami peningkatan selamat 16 tahun terakhir. Hal tersebut disampaikan Faisal dalam rapat kordinasi lintas kementerian, lembaga, dan kepala daerah di Kantor Kemendagri, Jakarta Pusat, Senin (1/12/2025).
"Yang perlu kita cermati adalah tren dari bencana hidrometeorologis cenderung naik dalam 16 tahun terakhir," kata dia.
1. Paling banyak terjadi di Jawa Barat

Faisal menjelaskan, bencana hidrometeorologi paling banyak terjadi di daerah Jawa Barat. Disusul, Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Sulawesi Selatan.
"Kemudian jika kita kulik lebih dalam, di Jawa Barat ini yang paling banyak terjadi adalah hujan ekstrem. Kemudian, dilanjutkan yang warna oranye adalah angin kencang. Nah ini di Jawa Barat, kemudian Jawa Tengah, Jawa Timur," ujar Faisal.
2. Berbagai bencana akibat hidrometeorologi

BMKG mencatat bencana hidrometeorologi di Indonesia, umumnya yang terjadi adalah hujan ekstrem, angin kencang, petir, puting beliung, dan hujan es.
"Ini di Indonesia, umumnya yang terjadi adalah hujan ekstrem dan angin kencang. Tapi, kita juga memiliki petir. Bencana petir yang merusak infrastruktur kita, kemudian puting beliung, ada di beberapa tempat juga hujan es dan jarak pandang terbatas yang memengaruhi aktivitas penerbangan dan pelayaran," ujar Faisal.
3. Lintas kementerian dan lembaga gelar rapat bahas bencana hingga Nataru

Lintas kementerian, lembaga, dan kepala daerah menggelar rapat membahas berbagai isu, di antaranya mengenai persiapan Natal dan Tahun Baru 2026, serta bencana yang melanda di berbagai titik Pulau Sumatra. Rapat tersebut digelar di Kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta Pusat, Senin (1/12/2025) pagi.
Rapat dihadiri secara langsung Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian; Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin; Wamenko Polkam, Lodewijk F Paulus; Kepala Basarnas, Mohammad Syafii; Wakil Kepala BIN, Komjen Imam Sugianto; dan Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani. Selain itu hadir secara virtual Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardana dan perwakilan dari BNPB hingga PT Pertamina.
Dalam kesempatan itu, Tito mengatakan, terdapat dua bencana besar yang terjadi dalam dua pekan terakhir di Indonesia. Bencana itu berada di Jawa Tengah dan utara Sumatra.
"Total sudah ada dua bencana besar terjadi dalam periode dua minggu ini, pertama di Jawa tengah banjir bandang dan longsor di Cilacap dan Banjarnegara. Kemudian yang kedua adalah yang skalanya luas di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat," ucap dia.
Oleh sebab itu, Tito menekankan, berbagai faktor harus disiapkan dengan baik jelang Nataru. Mengingat mobilitas masyarakat akan meningkat.
"Di mana momen Nataru ini yang penting adalah satu alat sistem transportasi, baik darat, laut, maupun udara, karena mobilitas masyarakat akan tinggi. Baik untuk merayakan natal, liburan pulang kampung, atau liburan ke tempat wisata," ucap dia.
Tito pun menyoroti, potensi kenaikan harga bahan pangan saat Nataru karena banyak warga berbelanja untuk perayaan pesta.


















