Cerita Letda Lutfi Tak Bisa Lebaran demi Tugas Kemanusiaan ke Myanmar

- Letda Lutfi berangkat ke Myanmar pada 31 Maret 2025 untuk misi kemanusiaan
- Prajurit TNI AD meninggalkan keluarganya di malam takbiran karena panggilan tugas mendadak
- Tim SAR Indonesia berhasil menemukan tiga jenazah di balik reruntuhan gempa Myanmar
Jakarta, IDN Times - Momen Idul Fitri tak selalu bisa dinikmati semua orang. Prajurit TNI Angkatan Darat (AD), Letda Inf Lutfi Firdiansyah, harus meninggalkan keluarganya di Bandung di malam takbiran pada 30 Maret 2025 lalu.
Ia tiba-tiba mendapat panggilan dari komandan di satuan kerjanya. Lutfi pun pantang mengatakan tidak siap dalam pemberian tugas. Ia rupanya diminta untuk menjadi anggota satuan tugas misi kemanusiaan ke Myanmar. Lutfi dijadwalkan berangkat pada Senin kemarin.
"Kebetulan kan kami itu cuti gelombang pertama dari 27 Maret 2025 dan kembali 1 April 2025. Berhubung ada perintah untuk melaksanakan tugas kemanusiaan ini, kami kembali bertugas. Perintah mendadak, jadi malam takbiran itu kami diperintahkan kembali, kemudian kami langsung kembali (ke satuan)," ujar Lutfi seperti dikutip dari keterangan tertulis Puspen, Kamis (3/4/2025).
Ia mengaku tidak masalah ditugaskan secara mendadak. Lutfi juga memberikan pengertian kepada sang istri dan anaknya. Meskipun ketika berangkat, anak bungsu Lutfi menangis.
1. Lutfi berjanji akan melepas rindu usai penugasan dari Myanmar

Lebih lanjut Lutfi bisa memahami sikap anak bungsunya yang menangis karena masih kecil. Sehingga, ia belum paham tugas ayahnya sebagai prajurit TNI AD.
"Kalau anak kan pengennya bapak mendampingi terus pas Lebaran. Namun, ada perintah mendadak ya gak masalah," kata Lutfi.
Ia pun berjanji melepas rindu ke keluarga usai menjalankan misi kemanusiaan di Myanmar. "Kalau penugasan kan kami sudah biasa. Belum tahu sampai kapan, belum tahu kapan berangkat. Jadi, kami sudah biasa. Nanti aja setelah pulang, kami akan ajak jalan-jalan anak," tutur dia.
2. BNPB usulkan satgas kemanusiaan berada satu bulan di Myanmar

Sementara, tim satgas misi kemanusiaan diberangkatkan secara bertahap ke Myanmar. Kloter pertama berangkat pada 31 Maret. Lalu disusul pada 1 April dan 3 April 2025.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menyarankan agar tim SAR dan BNPB berada di Myanmar selama satu bulan. Periode itu diambil berdasarkan pengalaman di lokasi lain di titik bencana.
"Waktu di gempa Turki, kami berada di sana selama tiga minggu. Setelah itu, pemerintah di negara bencana sudah bisa mengambil alih karena sudah normal. Sehingga, kita bisa kembali," ujar Suharyanto di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur pada 1 April 2025 lalu.
Namun, diputuskan tim SAR dan BNPB akan bertugas di sana selama dua pekan saja. Bila masih dibutuhkan, maka waktu tugasnya pun dapat disesuaikan.
3. Tim SAR Indonesia berhasil temukan 3 jenazah korban gempa Myanmar

Sementara, tim misi kemanusiaan kloter pertama sudah tiba di Bandara Naypyidaw pada 1 April 2025 lalu. Mereka pun langsung bertugas di titik gempa.
Tim SAR dari Indonesia akhirnya berhasil menemukan tiga jenazah di balik reruntuhan gempa Myanmar pada Kamis (3/4/2025). Jenazah itu ditemukan di lantai satu di gedung perumahan pegawai negeri sipil di daerah Thuka Theiddhi Ward.
"Jenazah ditemukan di dekat area kamar mandi," ujar komandan regu tim Alpha SAR Indonesia, Stefanus Harrendra di dalam keterangan tertulis pada hari ini.
Ini merupakan penemuan pertama usai tim SAR dari Indonesia turun bertugas di titik gempa di Myanmar pada Rabu kemarin. Ada dua tim yang diturunkan, yakni tim Alpha dan tim Bravo.
Tim Alpha yang diterjunkan melakukan pencarian awal dengan metode hailing atau memanggil korban. Lalu, dilanjutkan dengan menurunkan anjing pelacak K9.
"Di lokasi tersebut ditemukan dua titik yang dicurigai keberadaan korban. Namun, dapat dipastikan korban sudah meninggal dunia dikarenakan tidak ada respons dari korban dan sudah tercium bau menyengat," katanya.