Cerita Nana Rahadian Lestarikan Alam Banten Lewat Rekonvasi Bhumi

Jakarta, IDN Times - Nana Prayatna Rahadian, seorang direktur eksekutif di Rekonvasi Bhumi, menceritakan awal kisahnya berkecimpung di dunia pelestarian lingkungan. Rekonvasi Bhumi adalah lembaga swadaya masyarakat yang aktif bergerak dalam upaya pelestarian lingkungan dan alam, khususnya daerah aliran sungai di kawasan Banten.
Hal tersebut disampaikan Nana dalam program “101 Climate Change Actions” yang diselenggarakan IDN Times pada 20 Desember 2021. IDN Times menjadikan Desember sebagai bulan Peduli Perubahan Iklim. Program tersebut tayang di Instagram @idntimes, mulai pukul 16.00 WIB.
Berikut kisah perjuangan Nana melestarikan alam melalui Rekonvasi Bhumi.
1. Menjaga daerah aliran sungai

Nana mengaku sempat mengalami dampak dari krisis ekonomi pada 1997. Dari sana, ia dan rekan-rekan yang tergabung dengan LSM memutuskan mendirikan Rekonvasi Bhumi, karena melihat ada yang harus dilindungi di daerah aliran Sungai Cidanau.
“Saat krisis ekonomi 1997, saya resign dari perusahaan. Teman-teman waktu itu gabung dengan LSM karena banyak sekali program-program pemerintah terutama untuk menolong masyarakat desa. Saat itu saya adalah salah satu pendamping dari pembangunan perhutanan sosial kalau sekarang. Akhirnya, saya dan beberapa rekan bergabung dan membangun Rekonvasi Bhumi," ungkap Nana dalam live Instagram IDN Times, Senin (20/12/2021).
"Sejak itu, saya bekerja hampir 23 tahun di daerah aliran Sungai Cidanau karena kota Cilegon ada investasi hampir puluhan triliun yang bergantung pada air dari sungai Cidanau. Itu yang mendorong saya dengan teman-teman meminta para pemangku kepentingan untuk duduk bersama. Kemudian kami membentuk forum komunikasi DAS Cidanau,” ujarnya.
2. Rekonvasi Bhumi juga berupaya lindungi hutan mangrove

Selain itu, Rekonvasi Bhumi juga aktif dalam mengadvokasi soal mangrove untuk ekosistem bagi para nelayan. Ia menyatakan saat ini sudah banyak perusahaan yang berkontribusi menanam kembali mangrove di lahan yang sempat digunakan.
“Hasil studi mengidentifikasi kawasan mangrove dan padang lamun tidak lagi banyak di kawasan teluk Banten. Sementara dua ekosistem itu penting bagi nelayan tangkap untuk menghasilkan banyak ikan. Akhirnya, saya mendorong industri yang memanfaatkan lahan di pinggir pantai untuk mengganti kawasan mangrove yang mereka ubah dengan kembali menanam mangrove tiga hingga empat kali lipat. Hasilnya, sekarang hutan mangrove di sana sudah menyambung, tidak jarang-jarang lagi seperti dulu,” ucap dia.
3. Perhatian utama berikan dampak

Meski juga berupaya untuk menanam kembali hutan mangrove yang sempat hilang terpakai industri, Nana menyampaikan, jika fokus utama dari Rekonvasi Bhumi tetap berada di daerah aliran Sungai Cidanau. Nana menyatakan upaya-upaya tersebut dilakukan untuk memberikan dampak yang nyata untuk Banten.
“Sebenarnya concern utama Rekonvasi Bhumi ada di DAS Cidanau. Ketika kami menanam mangrove, lalu juga menyediakan piping jaringan air bersih, itu adalah impact yang ingin kami berikan dari kerja kami dalam pengawalan DAS. Kalau orang mau ke Banten, misalkan Dow dari Amerika Serikat, mereka akan searching dan menghubungi kami untuk menawarkan kerja sama. Rekonvasi Bhumi lebih banyak bekerja sama dengan perusahaan dari dalam dan luar negeri,” kata dia.