DLH: Polusi Udara Turun Selama Libur Lebaran

- Kualitas udara di Jakarta membaik selama libur lebaran 2025 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya
- Penurunan konsentrasi polutan sebesar 43-75% dibanding tahun 2024, dan konsentrasi PM 2.5 meningkat setelah hari raya
- Asep Kuswanto mengimbau warga Jakarta untuk memantau kualitas udara secara real-time dan menggunakan masker saat tingkat cemaran udara tinggi
Jakarta, IDN Times – Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto sampaikan hasil evaluasi kualitas udara selama periode Idul Fitri 2025 yakni 24 Maret sampai 6 April 2025.
Hasil pemantauan menunjukkan bahwa kualitas udara di Jakarta relatif membaik selama periode libur lebaran dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya kualitas udara pada Idul Fitri 2025 menunjukkan angka yang signifikan," ujar Asep dalam keterangan tertulisnya, Selasa (8/4/2025).
1. Konsentrasi polutan saat Idul Fitri lebih rendah

Asep membandingkan tahun 2024, terjadi penurunan konsentrasi polutan sebesar 43 sampai 75 persen dan jika dibandingkan tahun 2023, penurunan berada pada kisaran 18 sampai 69 persen.
“Maka dari itu, dari sisi Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), Jakarta berada dalam kategori ‘Baik’ saat Hari Raya pertama, sedangkan pada periode pemantauan hari kedua masuk ke dalam kategori ‘Sedang’. Data juga menujukan bahwa konsentrasi polutan saat Idul Fitri tahun 2025 lebih rendah dibandingkan tahun 2023 dan 2024,” jelasnya.
2. Konsentrasi tinggi usai Idul Fitri

Asep menjelaskan bahwa berdasarkan pemantauan konsentrasi jam-jam PM 2.5, terlihat adanya tren penurunan yang cukup jelas saat hari raya Idul Fitri dibandingkan dengan H -7 hingga H-4.
“Konsentrasi PM 2.5 tertinggi justru tercatat pada 26 dan 27 Maret 2025, yang merupakan hari-hari terakhir sebelum cuti bersama. Ini kemungkinan besar karena aktivitas masyarakat di Jakarta masih tinggi menjelang libur panjang,” ujarnya.
3. Polusi udara mulai meningkat

Namun setelah hari raya, konsentrasi PM 2.5 kembali meningkat pada H+4 dan H+5, yang menandakan mulai kembalinya aktivitas masyarakat di Ibukota pasca mudik.
“Pola ini penting untuk terus kita pantau setiap tahunnya, agar kebijakan pengendalian emisi bisa lebih tepat sasaran dan waktu,” imbuhnya.
Berdasarkan pengukuran konsentrasi enam jenis polutan udara dari sembilan Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) di Jakarta, ditemukan bahwa konsentrasi PM 2.5 atau polutan utama penyebab polusi udara di perkotaan mengalami penurunan signifikan saat Hari Raya Idul Fitri.
Sebagai upaya wujudkan keterbukaan data terutama kualitas udara, ia pun mengimbau kepada seluruh warga Jakarta untuk melakukan pengecekan kualitas udara secara real-time melalui laman udara.jakarta.go.id, sebagai upaya preventif beraktivitas saat kualitas udara memburuk.
“Dengan mengetahui data dan informasi dari fitur dalam website tersebut, nantinya warga Jakarta dapat mengetahui langkah-langkah yang perlu diambil, misalnya selalu gunakan masker bila berada di lokasi dengan tingkat cemaran udara tinggi,” katanya.