DPR: Bukan Cuma Judi Online dan Pinjol, LGBTQ Juga Ada Aplikasinya

- Fenomena maraknya LGBTQ di Indonesia menjadi sorotan anggota Komisi I DPR RI, Oleh Soleh.
- Oleh Soleh meminta Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) serius mengatasi fenomena maraknya LGBTQ dan menurunnya angka pernikahan di Indonesia.
- Ia menyoroti dampak globalisasi dan media sosial terhadap penurunan angka pernikahan serta moralitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia Emas 2045.
Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi I DPR RI, Oleh Soleh menyoroti perkembangan LGBTQ di Indonesia yang semakin memprihatinkan. Terlebih saat ini, ada aplikasi yang menaungi kelompok LGBTQ.
"Teknologi ini kan bukan hanya judol, bukan hanya pinjol, LGBT juga ada aplikasinya," kata Oleh Soleh dalam rapat bersama Komisi I DPR RI dan Sesjen Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas), Laksdya TNI T.S.N.B Hutabarat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (14/11/2024).
Ia pun meminta kepada Wantannas serius mengatasi fenomena maraknya LGBTQ dan menurunnya angka pernikahan di Indonesia.
"Saya belum melihat ada gerakan konsen soal penanganan LGBTQ ini, belum ada yang kedengaran bersuara keras lantang terkait LGBTQ," kata dia dalam rapat Komisi I DPR.
1. Pengaruh globalisasi dan media sosial

Oleh Soleh mengatakan, fenomena LGBTQ dan turunnya angka pernikahan salah satunya merupakan dampak dari globalisasi dan media sosial.
Ia menyebut tanpa disadari, pengaruh budaya negatif tersebut sangat luar biasa dan secara masif terus meluas.
"Pengaruh budaya globalisasi media sosial dan juga yang lain, terutama soal perkembangan kehidupan LGBTQ. Juga soal angka pernikahan, pernikahan di Indonesia ini kan semakin hari semakin menurun kan gitu," jelasnya.
Politikus PKB itu memberikan contoh dampak negatif dari turunnya angka pernikahan seperti yang terjadi di Korea Selatan (Korsel). Fenomena itu mempengaruhi angka kelahiran dan jumlah bayi lahir.
"Sementara kalau misalkan kita biarkan ini apa yang terjadi di Korea hari ini sekolah-sekolah kosong. Bangunannya, banyak sekali guru-guru menganggur bahkan kalau gak salah ada berita, mereka menerima anak-anak dari luar negaranya untuk bisa sekolah di Korea," tutur Oleh Soleh.
2. Indonesia Emas harus dibarengi dengan moralitas

Lebih lanjut, ia berpandangan bahwa Indonesia Emas 2045 harus dibarengi dengan moralitas sumber daya manusia (SDM). Terlebih belakangan ini, kepribadian anak-anak semakin hari menurun.
"Saya berpandangan bahwa bukan hanya infrastruktur bagus, bangunan bagus, teknologi bagus, tetapi yang paling pokok adalah soal moralitas perilaku," terangnya.
"Pertanyaannya kenapa budaya kita nggak jaga budaya ketimuran. Saya menginginkan bahwa bahaya ini ya mohon menjadi sebuah perhatian kalau melihat di media bahwa hari ini penurunan keinginan anak-anak untuk menikah itu semakin menurun sekali," imbuh Oleh Soleh.
3. Indonesia Emas harus dibarengi dengan moralitas

Lebih lanjut, ia berpandangan bahwa Indonesia Emas 2045 harus dibarengi dengan moralitas sumber daya manusia (SDM). Terlebih belakangan ini, kepribadian anak-anak semakin hari menurun.
"Saya berpandangan bahwa bukan hanya infrastruktur bagus, bangunan bagus, teknologi bagus, tetapi yang paling pokok adalah soal moralitas perilaku," terangnya.
"Pertanyaannya kenapa budaya kita nggak jaga budaya ketimuran. Saya menginginkan bahwa bahaya ini ya mohon menjadi sebuah perhatian kalau melihat di media bahwa hari ini penurunan keinginan anak-anak untuk menikah itu semakin menurun sekali," imbuh Oleh Soleh.