Emil Dardak Ajak Gen Z Jangan Pilih Pemimpin Cuma Modal Lucu dan Asyik

Jakarta, IDN Times - Politikus muda Partai Demokrat, Emil Elestianto Dardak, mengimbau kepada pemilih muda atau Gen Z dan Milenial pada Pemilu 2024 tak hanya memilih pemimpin karena lucu dan asyik. Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur (Jatim), ini menyampaikan kekhawatiran terkait fenomena politik pragmatis jelang kontestasi Pemilu 2024.
"Saya memahami CSIS melakukan sebuah studi bahwa rentang usia 17-39 akan menyumbang 60 persen dari pemilih. Jadi tentunya ini menjadi sebuah proporsi yang sangat signifikan dalam menentukan arah masa depan bangsa," kata Emil saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (14/3/2023).
1. Ketidakpercayaan publik berimbas kepada politik pragmatis

Emil menyoroti pandangan miring pemilih muda terhadap kehadiran negara yang dianggap sering tidak hadir dalam berbagai permasalahan bangsa. Sehingga, kata dia, berimbas menimbulkan antipati terhadap politik yang berujung pragmatis.
"Dikhawatirkan kalau misalkan mereka merasa sebenarnya tidak ada keterkaitan yang signifikan antara kehadiran negara dengan kemaslahatan anak muda, dikhawatirkan muncul pragmatis politik, kadang larinya ke hal-hal yang sifatnya moneter. Kadang juga lari ke superfisial, adalah yang istilahnya pilih (pemimpin) saja yang lucu, seru, asyik saja," ucap dia.
2. Pemilih harus punya indikator alternatif pemimpin ideal
Padahal, pria yang juga menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur ini menilai, pemilih seharusnya tetap mempertimbangkan berbagai aspek lain terhadap calon pemimpin. Di antaranya program kerja, kapabilitas memimpin, hingga rekam jejak sebagai politikus.
"Padahal, sebenarnya banyak hal-hal yang sangat fundamental yang harus kita pikirkan ke depannya, terkait bagaimana kebijakannya, infrastruktur, pembangunan SDM," tutur Emil.
3. Pemerintah harus berperan aktif

Oleh sebab itu, kata Emil, pemerintah harus berperan aktif meningkatkan kepercayaan publik. Sehingga nantinya pemilih bisa fokus menentukan calon pemimpin berdasarkan kemampuannya.
"Bagaimana kemudian mereka merasakan negara hadir sehingga mereka akan lebih aktif ke perhelatan pemilu sebagai pemilih," imbuh dia.