Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Harga Kedelai Naik, Perajin Tempe di Depok Gelar Aksi Mogok Produksi

Sejumlah anggota Paguyuban Dadi Rukun melaksanakan aksi mogok produksi di sentra pembuatan tempe, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. (IDNTimes/Dicky)

Depok, IDN Times - Harga kedelai yang melambung tinggi menyebabkan sejumlah perajin tempe menggelar aksi mogok produksi. Hal itu dilakukan perajin tempe yang tergabung dalam Paguyuban Dadi Rukun di Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.

Ketua Umum Paguyuban Dadi Rukun, Rasjani, mengatakan aksi mogok perajin tempe di Kota Depok merupakan imbas dari harga kedelai yang mengalami kenaikan. Akibatnya, sejumlah perajin tempe mengalami kesulitan memproduksi tempe jualan mereka.

"Aksi ini merupakan aksi mogok produksi tempe yang kami lakukan sebagai bentuk protes kenaikan harga kedelai," ujar Rasjani, Depok, Senin (21/2/2022).

1. Pemerintah diminta mengendalikan harga kedelai

Pengerajin tempe menggelar aksi mogok produksi di sentra pembuatan tempe, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. (IDNTimes/Dicky)

Rasjani berharap kenaikan harga kedelai menjadi perhatian pemerintah pusat maupun Pemerintah Kota Depok. Pemerintah diharapkan dapat membantu mengendalikan dan menstabilkan harga kedelai.

"Kami ingin pemerintah memberi perhatian kepada perajin tempe untuk mencegah kenaikan harga kedelai," kata dia.

Rasjani menjelaskan, selama beberapa tahun sebelumnya para perajin mengikuti keputusan pemerintah meski harga kedelai naik. Namun, kata dia, kali ini pihaknya tidak mau tinggal diam.

"Kami akan melihat respons dari pemerintah terkait aksi mogok produksi para perajin tempe, apabila tidak dapat mengambil tindakan, kami akan melakukan aksi lanjutan," ujar dia.

2. Perajin tempe kesulitan menyiasati kenaikan harga kedelai

Ketua Paguyuban Dadi Rukun, Rasjani menggelar aksi mogok produksi tempe di sentra pembuatan tempe, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. (IDNTimes/Dicky)

Kenaikan harga kedelai terjadi sejak pertengahan Januari hingga akhir Februari. Jika harga kedelai sebelumnya Rp8.500 per kilogram, kini Rp12 ribu per kilogram. Sedangkan, harga satu kuintal kedelai sebelumnya Rp900 ribu, kini menjadi Rp1,2 juta.

"Dalam waktu dekat ini kenaikan harga kedelai cukup tinggi, sehingga menyulitkan kami dalam menyiasati harga jual tempe," ucap Rasjani.

Rasjani menegaskan pemerintah diharapkan membantu menurunkan harga kedelai. Apabila kenaikan harga kedelai tidak dapat dikendalikan, akan merugikan semua pihak, khususnya rakyat kecil.

"Ini akan merugikan kami maupun pedagang lain yang menggunakan bahan baku kedelai, apabila harga jual dinaikan akan menurunkan minat masyarakat membeli tempe, itu salah satu contohnya," tutur dia.

3. Perajin mengurangi ukuran tempe, tapi pelanggan mengeluh

Salah seorang pengerajin tempe memperlihatkan kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe di sentra pengerajin tempe di Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. (IDNTimes/Dicky)

Salah seorang perajin tempe, Sutarman, mengatakan harga kedelai saat ini telah mencapai Rp12 ribu per kilogram. Menurut dia, kenaikan harga kedelai membuat dirinya kesulitan memproduksi tempe dan mengambil keuntungan.

"Satu kilogram kedelai dapat membuat tempe sebanyak tiga papan dengan harga satu papan Rp5 ribu, lalu kita dapat keuntungan dari mana?" ujar dia.

Sutarman menuturkan untuk menyiasati kenaikan harga kedelai, ia pernah mengurangi ukuran tempe. Jika biasanya panjang tempe 11 sentimeter dan lebar 5 sentimeter, lebar menjadi 4 sentimeter. Namun upaya tersebut mendapat keluhan dari konsumen.

"Mau tidak mau kalau harga kedelai tidak kunjung turun, kemungkinan harga akan kami naikan dari yang sebelumnya Rp5 ribu per papan menjadi Rp6 ribu per papan," tutur dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us