Keluarga Punya Peran Kunci Cegah Kekerasan Perempuan dan Anak

- Pada Januari hingga 12 Juni 2025 ada 11.850 kasus kekerasan
- Keluarga sebagai tempat terbaik untuk tumbuh, belajar, dan bermimpi
- Keluarga menjadi sutradara untuk menyiapkan anak
Jakarta, IDN Times - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi mengatakan, keluarga jadi unit terkecil di masyarakat punya peran strategis sebagai pondasi utama mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Dia mengatakan, keluarga punya peran cegah kekerasan terhadap perempuan dan anak, khususnya di lingkup rumah tangga, yang kerap menjadi tempat tersembunyi terjadinya kekerasan.
“Menurut analisis kami, penyebab terjadinya hal ini di antaranya, pola asuh dalam keluarga, penggunaan gadget yang tidak bijak, dan faktor lingkungan atau keluarga. Faktor keluarga ini mempunyai peran yang sangat penting, bagaimana anak-anak kita, keluarga-keluarga kita bisa terhindar dari kekerasan, baik di dalam rumah tangga maupun di ranah publik,” ujarnya, Kamis (19/6/2025).
1. Pada Januari hingga 12 Juni 2025 ada 11.850 kasus kekerasan

Dari data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA) pada Januari hingga 12 Juni 2025, ada 11.850 kasus kekerasan.
Jenis yang paling tinggi adalah kekerasan seksual. Selain itu, data SIMFONI PPA juga menunjukkan bahwa kekerasan paling banyak terjadi dalam rumah tangga.
2. Keluarga sebagai tempat terbaik untuk tumbuh, belajar, dan bermimpi

Terbaru memang Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) menggelar “KolaborAKSI Keluarga untuk Indonesia” dalam rangka menyambut Hari Keluarga Nasional.
Arifah berharap, hal ini menjadi momentum untuk memperkuat kerja sama dalam membangun keluarga yang tangguh.
“Menjadikan keluarga Indonesia sebagai tempat terbaik untuk tumbuh, belajar, dan bermimpi. Keluarga berdaya, membangun masyarakat sejahtera, masyarakat tangguh untuk wujudkan Indonesia maju dan berkeadilan,” kata dia.
3. Keluarga menjadi sutradara untuk menyiapkan anak

Sementara, Menko PMK Pratikno sepakat soal pentingnya peran keluarga dalam pengembangan sumber daya manusia berkualitas ke depan, terutama di era disrupsi teknologi.
Dia mengungkapkan, keluarga menjadi sutradara untuk menyiapkan anak, menulis skrip, menjadi teladan, memberikan arahan kepada anak supaya tumbuh sehat secara fisik, moral, dan mental, serta menjadi pembelajar yang baik.
"Jadi, tentu saja ini bukan hanya pekerjaan satu keluarga, tapi pekerjaan bersama dari keluarga Indonesia,” ujarnya.