Kemenhut Evaluasi Pengelolaan Hutan Pasca-bencana Sumatra

- Kemenhut memperkuat pengelolaan DAS sebagai respons atas bencana banjir di berbagai wilayah.
- Total 174 orang meninggal dunia akibat bencana banjir di Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat.
- Data korban masih dimungkinkan berubah karena sejumlah titik belum bisa ditembus oleh tim penanganan bencana.
Jakarta, IDN Times - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk rehabilitasi lahan kritis di daerah aliran sungai (DAS), dan evaluasi pengelolaan hutan di area terdampak banjir di Sumatra, meski sebagian besar di areal penggunaan lain (APL).
Wakil Menteri Kehutanan (Wamenhut) Rohmat Marzuki menyebut, banjir terjadi di tiga provinsi di Sumatra berada di enam DAS, yaitu DAS Krueng Geukuh, DAS Krueng Pasee, DAS Krueng Keureto yang didominasi APL.
Hal serupa juga ditemukan di Sumatera Utara dengan DAS Kolang, DAS Sibuluan, DAS Aek Pandan, DAS Badiri dan DAS Garoga. Sumatera Barat di DAS DAS Anai, Antokan, Banda Gadang, Masang Kanan, Masang Kir, dan Ulakan Tapis.
"Tentunya kami akan terus meningkatkan mitigasi yang nantinya kita akan sampaikan kepada pemerintah daerah dan kita juga akan mengevaluasi terhadap pengolahan hutan walaupun tadi sebagian besar adalah di APL yang itu menjadi kewenangan dari pemerintah daerah," kata Wamenhut di Kemenhut, Jumat (28/11/2025).
"Tapi kami juga akan melakukan evaluasi dan kita akan mendorong pengelolaan hutan yang bisa meminimalkan risiko terjadinya banjir dan tanah longsor," tambahnya.
1. Kemenhut terus memperkuat pengelolaan DAS

Rohmat memastikan Kemenhut terus memperkuat pengelolaan DAS secara menyeluruh sebagai respons atas bencana banjir di berbagai wilayah.
Upaya yang ditempuh meliputi identifikasi titik rawan di hulu DAS, percepatan rehabilitasi hutan dan lahan pada kawasan kritis, serta pelaksanaan revegetasi di sempadan sungai dan lereng curam untuk meningkatkan stabilitas lahan.
“Selain itu, pengawasan terhadap perubahan tata guna lahan diperketat guna memastikan pemanfaatan ruang tetap sesuai fungsi ekologisnya,” ujarnya.
2. Total 174 orang meninggal dunia

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis pembaruan data korban jiwa dari rentetan bencana yang melanda tiga provinsi di Sumut, Aceh, dan Sumbar.
Kepala BNPB Letjen Suharyanto menyebut total saat ini ada 174 korban meninggal dunia, terbanyak berasal dari wilayah Sumut dengan 116 korban jiwa.
“Provinsi Sumatra Utara per sore ini kami mendata untuk seluruh provinsi Sumatra Utara korban meninggal dunia ada 116 orang jiwa. Kemudian, 42 jiwa masih dalam pencarian," kata Suharyanto dalam konferensi persnya, Jumat (28/11/2025).
Sementara untuk korban jiwa di wilayah Provinsi Aceh, total 35 korban meninggal dunia. Dengan data pengungsi tercatat ada 4.846 KK tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh.
“Untuk korban jiwa per sore ini yang kami dapatkan, sementara yang terdata ada 35 jiwa yang meninggal dunia, 25 hilang dan 8 luka-luka,” sebutnya.
Sementara korban jiwa akibat dampak bencana yang melanda Sumbar, tercatat ada 23 korban meninggal dunia, 12 hilang, dan 4 orang korban luka.
“Ini 3 provinsi ini relatif bencananya besar meskipun kalo dibandingkan dengan Sumut-Aceh, ya Sumbar ini relatif lebih ringan, tapi bukan berarti ringan kalo dibandingkan dengan Sumut-Aceh. Tapi kalo dibandingkan skala bencananya Sumbar sendirian ini sangat besar dan masif,” bebernya.
3. Data korban dimungkinkan berubah

Suharyanto mengatakan data tersebut masih memungkinkan berubah, menyusul sejumlah titik yang sampai saat ini belum bisa ditembus oleh personel gabungan karena akses terputus.
"Tentu data ini akan berkembang terus, karena masih ada titik-titik yang belum bisa ditembus. Karena masih dalam proses penanganan yang diindikasikan di tempat longsor yang belum bisa tembus itu kemungkinan ada korban jiwa," imbuhnya.















