Kemenkes Catat 3,2 Juta Warga Terdampak Bencana di Sumatra dan Aceh

- Lebih dari 3,2 juta warga terdampak di Sumatra dan Aceh
- Pengungsi di Aceh paling banyak ketimbang Sumut dan Sumbar
- Kemenkes membentuk Health Emergency Operation Center (HEOC)
Jakarta, IDN Times - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat berdasarkan data per Jumat, 5 Desember 2025, penanganan banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat terdapat 3.285.263 jiwa terdampak di tiga provinsi tersebut.
Di Aceh, bencana banjir dan tanah longsor melanda 18 dari 23 kabupaten/kota. Sebanyak 6 rumah sakit dan 41 puskesmas dilaporkan belum beroperasi. Populasi terdampak mencapai 1.466.433 orang.
Pemerintah mencatat 250 korban meninggal, 409 luka berat, 1.487 luka ringan, serta 193 warga masih hilang. Terdapat 759 titik pengungsian yang menampung 788.586 orang.
1. Warga terdampak di Sumatra lebih dari 1 juta

Di Sumatra Utara, banjir dan longsor terjadi di 17 dari 33 kabupaten/kota, dengan 3 rumah sakit dan 1 puskesmas pembantu belum dapat beroperasi.
Total warga terdampak mencapai 1.682.603 orang. Bencana ini menyebabkan 307 orang meninggal, 94 luka berat, 1.890 luka ringan, dan 165 orang hilang. Sebanyak 36.994 warga masih bertahan di 111 titik pengungsian.
Sementara itu, di Sumatra Barat, banjir bandang dan longsor melanda 15 dari 19 kabupaten/kota. Seluruh fasilitas kesehatan sudah kembali beroperasi. Populasi terdampak tercatat sebanyak 136.227 orang. Pemerintah melaporkan 174 korban meninggal, 40 luka berat, 85 luka ringan, serta 216 warga hilang. Sebanyak 22.345 warga mengungsi di 133 titik.
2. Pengungsi di Aceh paling banyak

Wamenkes Benjamin Paulus Octavianus banyaknya pengungsi di Aceh karena banyak jalan dan jembatan yang putus. Dia mengungkapkan saat meninjau wilayah terdampak di Kabupaten Bener Meriah, Aceh yang berada di ketinggian 1.200 mdpl, dia melihat kerusakan infrastruktur terjadi secara masif.
"Kenapa banyak? Karena sarana jalan putus. Kantor bupati, kantor camat, kantor kepala desa, semuanya penuh dengan warga. Bayangkan, ada 125 jembatan rusak di kabupaten itu. Terputuslah hubungan antar-desa, antar-kecamatan, hampir semuanya,” ujarnya.
3. Kemenkes bentuk HEOC

Untuk memastikan koordinasi satu pintu, Kemenkes membentuk Health Emergency Operation Center (HEOC) di Banda Aceh, Medan, dan Padang.
“Tugasnya mengatur alur kebutuhan dan memastikan bantuan tidak tumpang tindih. Kabupaten harus melapor ke pusat krisis provinsi agar koordinasinya jelas,” tegas Benjamin.
Menurutnya, penanganan saat ini difokuskan pada pendataan dan langkah cepat untuk memastikan faskes yang masih bisa beroperasi mendapat dukungan alat habis pakai, oksigen, hingga SDM.
















