Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kepala BGN Ungkap Upaya Makan Bergizi Gratis Penuhi Unsur Zero Defect

IMG_5241.jpeg
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana. (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Intinya sih...
  • Batasi penerima manfaat di setiap SPPG dan kerahkan juru masak profesional
  • Melengkapi seluruh SPPG dengan rapid test dan alat sterilisasi
  • Air yang digunakan untuk masak harus bersertifikat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana memastikan, pihaknya kini berupaya agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) bisa memenuhi unsur nol cacat alias zero defect.

Adapun, zero defect ini merupakan konsep manajemen mutu yang bertujuan untuk mencegah cacat, kerusakan, dan kesalahan dalam proses produksi awal.

1. Batasi penerima manfaat di setiap SPPG dan kerahkan juru masak profesional

Salah satu dapur SPPG di Kabupaten Magetan yang belum kantongi SLHS. IDN Times/Riyanto.
Salah satu dapur SPPG di Kabupaten Magetan yang belum kantongi SLHS. IDN Times/Riyanto.

Cara yang dilakukan BGN ialah menetapkan standar baru bagi penyelenggara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Di antaranya dengan melakukan pembatasan, di mana rata-rata penerima manfaat di setiap SPPG hanya berkisar 2.000 hingga 2.500 porsi. Namun, penerima manfaatnya bisa mencapai 3.000 porsi apabila SPPG tersebut memiliki ahli masak bersertifikat.

BGN juga mengerahkan juru masak profesional untuk melakukan pendampingan di SPPG yang baru buka.

"Kita minta ada juru masak profesional yang akan mendampingi terutama SPPG-SPPG baru selama 5 hari. Dan kalau kurang bisa dilanjutkan," kata Dadan saat ditemui di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (20/10/2025) malam.

2. Melengkapi seluruh SPPG dengan rapid test dan alat sterilisasi

Dandim 1006 Banjar saat mengecek SPPG Desa Tungkaran, Martapura, Kabupaten Banjar pasca-keracunan massal siswa. (Hendra Lianor/IDN Times)
Dandim 1006 Banjar saat mengecek SPPG Desa Tungkaran, Martapura, Kabupaten Banjar pasca-keracunan massal siswa. (Hendra Lianor/IDN Times)

Upaya lainnya yang dilakukan BGN ialah berusaha melengkapi seluruh SPPG dengan rapid test untuk menguji bahan baku. Nantinya, makanan yang dibagikan ke berbagai sekolah akan dilakukan tes diagnostik cepat terlebih dahulu.

"Karena pengalaman Jepang sudah 100 tahun makan bergizi, itu 90 persen gangguan pencernaan yang muncul karena kualitas bahan baku," tutur Dadan.

Dadan mengatakan, setiap SPPG akan dilengkapi dengan alat untuk sterilisasi wadah makanan atau food tray. Saat ini, jumlah alat ini masih terbatas. BGN memastikan akan melengkapi di seluruh SPPG.

"Kemudian kita juga ingin melengkapi seluruh SPPG dengan alat sterilisasi food tray. Yang sekarang ini banyak SPPG sudah punya, tapi kita akan lengkapi seluruhnya. Sehingga food tray itu setelah dicuci bisa dikeringkan dalam waktu 3 menit dengan suhu 120 derajat," jelasnya.

3. Air yang digunakan untuk masak harus bersertifikat

sppg, mbg, dapur mbg, makan bergizi gratis
Ilustrasi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Solo, Jawa Tengah. (dok. PPJI Jateng)

Dadan lantas mengungkap upaya lain agar MBG memenuhi unsur zero defect ialah memakai air yang bersertifikat. SPPG dilarang memakai air isi ulang yang biasa dibeli dengan harga terjangkau.

Dadan menyebut, banyak kasus gangguan pencernaan di berbagai daerah Indonesia disebabkan karena kualitas air.

"Oleh sebab itu, air yang digunakan pada masak makan bergizi itu harus air yang bersertifikat atau boleh dikatakan air galonan atau isi ulang yang memang sudah melalui proses sertifikasi untuk menghasilkannya. Karena di Indonesia kualitas air masih belum rata sehingga kita akan kerjakan ini," imbuh dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us

Latest in News

See More

Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Pramono Buka Suara

21 Okt 2025, 14:38 WIBNews