Kopi Racikan Barista Tunanetra Diserbu Peserta ASEAN High Level Forum

Jakarta, IDN Times - Penglihatannya terbatas, tapi usahanya tidak mengenal batas. Keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang bagi Pal Guna untuk melakukan aktivitas. Sebagai penyandang tunanetra, Pal Guna terlihat lincah meracik kopi.
Stand kopi yang disuguhkan oleh laki-laki berusia 28 tahun ini langsung diserbu delegasi 13 negara, peserta ASEAN High Level Forum (AHLF) di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (12/10/2023).
Pal Guna mulai belajar membuat kopi sejak 2020, bahkan kini dia sudah membuka usaha minuman kopi di daerah Bali.
"Saya suka kopi, dulu saat awal belajar buka usaha di sentra milik Kemensos tapi sekarang sudah punya usaha kopi sendiri di luar (sentra)," kata Pal Guna kepada IDN Times.
1. Pal Guna awalnya kesulitan stabilkan rasa kopi

Pal Gun mengungkapkan, awalnya sebagai penyandang tunanetra dia sulit menciptakan kopi dengan cita rasa yang khas, namun seiiring waktu dia bisa menemukan cara menghasilkan kopi yang banyak disukai masyarakat.
"Saya sulit menstabilkan rasa ya waktu awal-awal, namun sekarang sudah bisa meracik berbagai kopi," katanya.
2. ATENSI Kemensos berikan pelatihan

Dia bersyukur program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) bagi penyandang disabilitas yang diberikan oleh Kemensos, membuatnya bisa belajar kopi sampai membuka usaha. Sebab, sebagai disabilitas, Pal Guna kesulitan mencari pekerjaan.
"Sulit banget mencari pekerjaan, bersyukur ada ATENSI yang berikan pelatihan sampai modal, hingga bisa mandiri bahkan buka lapangan pekerjaan," imbuhnya.
3. Delegasi apresiasi karya penyandang disabilitas

Diketahui, para peserta delegasi Forum Tingkat Tinggi ASEAN tentang Pembangunan Inklusif Disabilitas dan Kemitraan Pasca Tahun 2025 berkunjung ke Sentra Wirajaya Makassar. Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma memamerkan hasil karya para penyandang disabilitas.
Beberapa karya yang ditunjukkan seperti lukisan, rajut, anyaman, batik sampai kuliner yang dibuat oleh penyandang disabilitas.
Risma mengatakan, melalui sentra milik Kemensos, para disabilitas diberikan pelatihan agar mandiri. Menurutnya, para delegasi mengapresiasi dan antusias terhadap karya penyandang disabilitas.
"Sudah Kemensos lakukan bagaimana penanganan disabilitas dan tadi para pengunjung mereka sangat apresiasi, dan ada beberapa bahkan meminta kami melatih ke sana, membuat ini, membuat itu," kata Risma.