Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kronologi bu Hamil di Papua Meninggal Usai Ditolak Empat RS

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konpers hasil investigasi penolakan pasien darurat di Papua. (IDN Times/Dini Suciatiningrum)
Intinya sih...
  • Tidak ada dokter kandungan di RSUD Yowari, pasien ditangani oleh bidan
  • Ruang NICU penuh di RS Dian Harapan, pasien harus dirujuk lagi
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan kronologi meninggalnya seorang ibu hamil bernama Irene Sokoy, di Papua pada Senin (17/11/2025) setelah ditolak empat fasilitas kesehatan (faskes).

Berdasarkan hasil investigasi, insiden tesebut karena berbagai kendala, mulai dari ketiadaan dokter, ruangan, hingga masalah biaya.

Direktur Mutu Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes, Yuli Astuti Saripawan, mengatakan, peristiwa bermula ketika pasien mendatangi RSUD Yowari. Berdasarkan riwayat kesehatan, pasien sebenarnya rutin melakukan Antenatal Care (ANC) di puskesmas dan sempat satu kali berkonsultasi dengan dokter spesialis kandungan (obgyn) di RSUD Yowari.

"Riwayatnya ibu ini melahirkan normal sebelumnya, tapi kondisi bayinya besar. Dokter waktu itu sudah menyarankan (tindakan) karena kemungkinan bayi besar," ujar Sari di Gedung Kemenkes, Kamis (27/11/2025).

1. Tidak ada dokter kandungan di RSUD Yowari

Seorang dokter spesialis mendata seorang warga Desa Seboto Gladagsari Boyolali yang mengalami gejala sakit paru-paru. (IDN Times/Fariz Fardianto)
Seorang dokter spesialis mendata seorang warga Desa Seboto Gladagsari Boyolali yang mengalami gejala sakit paru-paru. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Sari memaparkan, saat pasien datang untuk melahirkan, RSUD Yowari sedang mengalami kekosongan dokter spesialis kandungan. Dari dua dokter yang dimiliki, satu sedang menempuh pendidikan sekolah, sementara satu lainnya sedang mengikuti seminar di Sulawesi.

Pasien akhirnya ditangani oleh bidan. Namun, setelah upaya persalinan normal selama kurang lebih lima jam, bayi tidak kunjung lahir karena ukurannya yang besar. Bidan kemudian menyarankan operasi sesar. Sebab tidak ada dokter spesialis, pasien dirujuk ke Rumah Sakit Dian Harapan.

"Dia ingin melakukan persalinan normal tapi tidak bisa. Karena setelah ditolong kurang lebih lima jam tidak bisa, kemungkinan karena bayinya besar, terjadi komplikasi, disarankan untuk dilakukan sesar," kata dia.

2. Ruang NICU penuh di RS Dian Harapan

Seorang ibu hamil menjalani cek kesehatan di kantor Desa Seboto Gladagsari Boyolali untuk memeriksakan kandungannya. (IDN Times/Fariz Fardianto)
Seorang ibu hamil menjalani cek kesehatan di kantor Desa Seboto Gladagsari Boyolali untuk memeriksakan kandungannya. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Perjalanan tragis berlanjut di Rumah Sakit Dian Harapan. Belum sempat turun dari mobil, pasien harus kembali dirujuk. Sari mengatakan, di rumah sakit tersebut tidak ada dokter anestesi dan ruangan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) sedang penuh.

"Tidak ada dokter anestesi dan juga NICU-nya penuh sehingga pasien itu belum sempat turun, masih di mobil. Kemudian pasien tersebut dirujuk lagi mencari inisiatif untuk dirujuk ke Rumah Sakit Abepura," kata dia.

3. Semua ruang operasi di RS Abepura diperbaiki

Ilustrasi rumah sakit. (IDN Times/Khaerul Anwar)
Ilustrasi rumah sakit. (IDN Times/Khaerul Anwar)

Di Rumah sakit Abepura, lagi-lagi pasien tidak dapat ditangani karena semua ruang operasi di rumah sakit tersebut sedang diperbaiki sehingga tidak bisa dilakukan operasi sesar. Selain itu, dokter obgyn di RS Abepura juga berstatus paruh waktu dan hanya hadir tiga kali seminggu.

"Di Abepura dia tidak ada dokter yang definitif di sana, dia hanya dokter yang paruh waktu, dalam seminggu tiga kali hadirnya," ujar Sari.

4. Tidak ada biaya di ruangan VIP

Ambulans PMI Kabupaten Badung (Dok.IDN Times/Polres Badung)
Ambulans PMI Kabupaten Badung (Dok.IDN Times/Polres Badung)

Harapan sempat muncul ketika pasien dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara. Di faskes ketiga ini, dokter kandungan dan dokter anestesi tersedia lengkap. Namun, masalah baru muncul, yakni ruang rawat inap kelas 3 penuh.

Pihak rumah sakit menyarankan pasien masuk ke ruang VIP dengan konsekuensi biaya mandiri (swasta) sebesar Rp3 hingga Rp4 juta.

"Karena masalah ekonomi, akhirnya mereka memutuskan pindah lagi mencari rumah sakit rujukan ke RSUD Dok II," ujar Yuli.

5. Meninggal di perjalanan

Ambulans yang membawa korban kecelakaan di Sukabumi (IDN Times/Istimewa)
Ambulans yang membawa korban kecelakaan di Sukabumi (IDN Times/Istimewa)

Dalam perjalanan menuju RSUD tersebut, kondisi pasien memburuk dan mengalami kejang. Bidan pendamping memutuskan untuk memutar balik kendaraan ke fasilitas terdekat, yakni kembali ke RS Bhayangkara.

Setibanya kembali di RS Bhayangkara, pasien segera diturunkan dan dilakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP). Namun, nyawa ibu dan bayi tersebut tidak tertolong.

"Di perjalanan pasien tersebut terjadi kejang. Nah, kejang kemudian diputuskan sama bidan mencari terdekat, balik lagi ke Rumah Sakit Bhayangkara tersebut. Nah, di situ turun pasiennya, kemudian dilakukan RJP, kemudian ternyata meninggal pasien tersebut di situ, tidak bisa ditolong," kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us

Latest in News

See More

Kronologi Kebakaran di Hong Kong: Tragedi Terdahsyat dalam 63 Tahun

27 Nov 2025, 20:35 WIBNews