Menyambung adegan berikutnya dalam film Dirty Vote, Feri Amsari menyoroti mengenai putusan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta, yang menyatakan calon wakil presiden nomor urut dua, Gibran bersalah ketika melakukan kampanye di car free day (CFD) Jakarta.
Sebab, CFD tidak boleh digunakan sebagai sarana berkampanye politik sesuai dengan peraturan daerah (Perda). Feri menganggap Bawaslu RI tak berani melakukan tindakan hal tersebut.
Zainal juga mengungkap dugaan kejanggalan lolosnya Partai Gelora pada Pemilu 2024 dalam film ini. Dalam kasus Gelora, kata dia, banyak kejanggalan ditemukan di lapangan. Salah satunya dalam dokumen berita acara Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah. Dokumen memuat instruksi KPU agar mengubah status Partai Gelora, dari tidak memenuhi syarat menjadi memenuhi syarat.
Dalam narasinya, film Dirty Vote juga menarasikan dugaan kecurangan yang dilakukan agar tiga parpol baru lolos sebagai peserta Pemilu 2024. Dugaan itu sempat disampaikan Tim Hukum Advokasi Pemilu Bersih 2024, yang mengungkap dugaan kecurangan KPU RI dalam meloloskan sejumlah partai pada verifikasi faktual.
Dirty Vote juga membahas mengenai pelanggaran etik yang dilakukan Ketua KPU RI, Hasyim Asy'ari yang disebut terlibat hubungan pribadi dengan Ketua Umum Partai Republik Satu Hasnaeni Moein. Keduanya kedapatan melakukan perjalanan pribadi ke DI Yogyakarta bersama Hasnaeni pada Agustus 2022 lalu. Di sana, mereka berziarah ke pantai dan mengunjungi goa.
Selain itu, Dirty Vote juga membeberkan sikap tebang pilih KPU dalam menjalankan sejumlah putusan. Putusan soal keterwakilan perempuan dan caleg eks koruptor pun diabaikan. Namun Putusan MK soal batas usia capres-cawapres yang jadi karpet merah Gibran justru diakomodir.
Kepengurusan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memilih putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, menjadi ketua umum PSI juga menjadi sorotan dalam film ini. Sebab, momen tersebut bersamaan dengan gugatan PSI terkait batas usia pilpres ke MK.
Feri Amsari mengaitkan hubungan keluarga Kaesang, Gibran, Presiden Jokowi, dan, Anwar Usman.
Kemudian, permohonan gugatan Almas Tsaqqibiru pada Agustus 2023 juga tak luput dari sorotan film Dirty Vote. Dalam gugatan ke MK itu, penggungat mengajukan permohonan baru terkait batas usia pilpres dengan bahasa: Yang bisa dicalonkan presiden/wapres sekurangnya sebagai berpengalaman kepala daerah.
Selanjutnya, ahli yang dimintai pendapat dalam sidang melihat indikasi tiga permohonan itu akan ditolak, karena masalah syarat usai capres-cawapres sebagaimana yang diatur dalam UU bukan kewenang konstitusi, tapi DPR sebagai pembentuk undang-undang.
Selanjutnya pada gugatan yang diajukan oleh PSI, Partai Garuda, dan sejumlah kepala daerah terkait batas usia capres-cawapres, Anwar Usman sebagai Ketua MK kala itu memilih tidak mengikuti RPH untuk menghindari konflik kepentingan.
Namun Dirty Vote menyoroti keputusan Anwar Usman yang secara mengejutkan memimpin RPH dalam gugatan yang diajukan Almas. Padahal materi yang diuji sama-sama terkait batas usia capres-cawapres.
Dari sembilan rapat permusyawaratan hakim (RPH) di MK, pada akhirnya berbuntut pada pelanggaran kode etik yang akhirnya meloloskan Gibran maju dalam konstitusi Pilpres 2024 untuk mendampingi Prabowo sebagai cawapres.
Menanggapi film Dirty Vote, Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mengimbau masyarakat tak terprovokasi dan terhasut film dokumenter Dirty Vote. Film itu dinilai sebagai fitnah yang menyudutkan paslon nomor urut dua dan Presiden Joko “Jokowi” Widodo.
“Kami menyarankan kepada rakyat untuk tetap tenang, tidak terhasut, tidak terprovokasi oleh narasi kebohongan dalam film tersebut, serta tidak melakukan pelanggaran hukum. Kita harus pastikan Pemilu 2024 berlangsung damai, luber, dan jurdil,” kata Tim Hukum dan Advokasi TKN Prabowo-Gibran, Habiburokhman, Minggu (11/2/2024).
TKN juga mengklaim masyarakat senang kepada Prabowo karena mau melanjutkan program yang dijalankan pemerintahan Jokowi saat ini.
“(Film Dirty Vote) berseberangan dengan apa yang menjadi sikap sebagian besar rakyat, yang saat ini saya lihat rakyat begitu antusias dengan apa yang disampaikan Pak Prabowo soal melanjutkan segala capaian pemerintahan sekarang,” tutur dia.
Habiburokhman menegaskan narasi film tersebut tak didasari ilmiah. Dia pun menyinggung latar belakang pendidikan Feri yang belum meraih gelar dokter, hal itu membuat proses berpikir Feri tak filosofis.
“Saya meragukan ini doktor apa bukan ya? Memang bukan doktor kalau Feri Amsari ya? Coba dicek. Oh belum? Pantas juga, jadi ilmunya belum sampai ke tingkatan yang filosofis, cara berpikirnya sangat patut dipertanyakan,” kata dia.
“Jadi tindakan-tindakan mereka yang menyampaikan informasi yang sangat tidak argumentatif, tetapi sangat tendensius untuk menyudutkan pihak tertentu,“ imbuh Habiburokhman.
Sementara, Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud menanggapi santai munculnya film ini. Deputi Bidang Hukum Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Todung Mulya Lubis, mengapresiasi peluncuran film dokumenter Dirty Vote. Dia meminta agar tidak ada yang tersinggung dengan kandungan film tersebut.
“Banyak orang baperan (bawa perasaan) kalau dikritik. Sikap ini berbahaya. Kalau tidak setuju dengan film itu, bantah saja dengan membuat film lain atau dengan argumen yang baik. Kritik harus dibalas dengan kritik. Jangan kemudian melaporkannya ke polisi, karena kriminalisasi hanya akan membunuh demokrasi, menghambat kreativitas dan mematikan industri kreatif,” ujar Todung di Media Center Ganjar-Mahfud, Jakarta, Minggu (11/2/2024).
Todung mengatakan, film Dirty Vote merupakan salah satu bagian yang baik dalam memberikan literasi politik kepada masyarakat. Namun, Todung juga tak mempermasalahkan apabila ada pihak yang merasa tak setuju dengan film tersebut.
“Anda boleh tidak setuju dengan Dirty Vote, tetapi film ini membantu mengedukasi dan meningkatkan literasi politik di Indonesia. Kita ini bisa kuat karena punya demokrasi, dan inilah yang jadi taruhan sebagai sebuah bangsa dan bernegara,” kata dia.
Laporan: Santi Dewi, Muhammad Ilman Nafi’an, Yosafat Diva Bayu Wisesa, Amir Faisol
Baca berita terbaru terkait Pemilu 2024, Pilpres 2024, Pilkada 2024, Pileg 2024 di Gen Z Memilih IDN Times. Jangan lupa sampaikan pertanyaanmu di kanal Tanya Jawab, ada hadiah uang tunai tiap bulan untuk 10 pemenang.