Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

LSI Denny JA: Hanya 12,2 Persen Publik Percaya Ijazah Jokowi Palsu

Teman SMA  6, Jokowi menunjukkan ijazah miliknya usai sidang di PN Solo. (IDN Times/Larasati Rey)
Teman SMA 6, Jokowi menunjukkan ijazah miliknya usai sidang di PN Solo. (IDN Times/Larasati Rey)
Intinya sih...
  • 74,6 persen publik tidak percaya pada isu ijazah palsu Jokowi
  • Mereka yang tak percaya merata di semua segmen demografi, termasuk pendidikan dan pendapatan
  • Hanya 22,6 persen responden terpengaruh oleh isu ijazah palsu secara psikologis

Jakarta, IDN Times - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis temuan terbarunya terkait tingkat kepercayaan publik terhadap isu ijazah palsu Presiden ketujuh RI, Joko “Jokowi” Widodo. Survei dilakukan pada 28 Mei-12 Juni 2025 dengan cara tatap muka.

Survei ini melibatkan 1.200 responden, dengan estimasi margin of error sebesar kurang lebih 2,9 persen. Hasilnya, sebesar 74,6 persen publik menyatakan tidak percaya dengan isu ijazah palsu Jokowi.

“Dan hanya sebesar 12,2 persen yang menyatakan percaya dengan isu ijazah palsu,” kata peneliti senior LSI Denny JA, Ardian Sopa, dalam paparannya, Rabu (30/7/2025).

1. Yang tak percaya ijazah Jokowi palsu merata di semua segmen demografi

Presiden ke-7 Joko “Jokowi” di kediamanya, Solo, Jawa Tengah. (IDN Times/Larasati Rey)
Presiden ke-7 Joko “Jokowi” di kediamanya, Solo, Jawa Tengah. (IDN Times/Larasati Rey)

Mereka yang tak percaya dengan isu ijazah palsu Jokowi merata di semua segmen demografi. Dari mereka yang berpendidikan rendah hingga kalangan terpelajar, dari masyarakat akar rumput hingga kelompok mapan, di pedesaan maupun perkotaan, dari Gen Z hingga generasi baby boomer, dan dari semua konstituen partai politik.

“Di segmen pendapatan, di atas 65 persen di setiap kelompok pendapatan yang tak percaya dengan isu ijazah palsu Jokowi. Di segmen pendapatan rendah, mereka yang tak percaya justru angkanya lebih tinggi lagi yaitu 79 persen yang tak percaya. Di segmen kalangan ekonomi mapan, mereka yang tak percaya dengan isu ijazah palsu sebesar 67,6 persen,” ujar Ardian.

2. Lulusan SD paling banyak tak percaya ijazah Jokowi palsu

Jokowi usai hadir di Gedung Bareskrim Polri pada Selasa (20/5/2025). (IDN Times/Lia Hutasoit)
Jokowi usai hadir di Gedung Bareskrim Polri pada Selasa (20/5/2025). (IDN Times/Lia Hutasoit)

Pada segmen pendidikan, mereka yang hanya tamat SD ke bawah, sebesar 81,5 persen tak percaya dengan isu ijazah palsu Jokowi. Mereka yang hanya tamat SMP atau sederajat, sebesar 73,7 persen yang tak percaya, dan di segmen mereka yang tamat SMA sederajat sebesar 69,8 persen.

“Mereka yang tak percaya dengan isu ijazah palsu Jokowi juga lebih banyak di pemilih perempuan dibanding laki-laki (78,2 persen vs 71,2 persen), di pemilih non Islam dibanding pemilih Islam (84,8 persen vs 73,3 persen), dan pemilih yang tinggal di pedesaan dibanding perkotaan (76,2 persen vs 70,9 persen),” ujar Ardian.

3. Sebanyak 22,6 persen responden menyatakan terpengaruh isu ijazah palsu

Presiden ke-7 RI, Joko "Jokowi" Widodo menunjukkan ijazahnya saat bertemu dengan media di Bareskrim Polri pada Selasa (20/5/2025). (dok. IDN Times/Istimewa)
Presiden ke-7 RI, Joko "Jokowi" Widodo menunjukkan ijazahnya saat bertemu dengan media di Bareskrim Polri pada Selasa (20/5/2025). (dok. IDN Times/Istimewa)

Temuan survei menunjukkan isu ini memiliki daya rusak yang terbatas secara agregat. Sebanyak 72,6 persen responden menyatakan isu ijazah tidak memengaruhi kepercayaan mereka terhadap Jokowi.

Sementara, hanya 22,6 persen yang menyatakan terpengaruh. Artinya, secara umum, narasi ini tidak berhasil menggoyahkan kepercayaan mayoritas masyarakat terhadap Jokowi, meskipun masih menyisakan dampak psikologis pada sebagian segmen.

“Namun, angka 22,6 persen bukanlah sesuatu yang sepele. Mereka yang menyatakan kepercayaan mereka terhadap Jokowi terpengaruh dengan isu ijazah justru lebih besar dari jumlah mereka yang percaya isu ijazah palsu itu sendiri (12,2 persen). Hal ini mengindikasikan bahwa daya rusak dari isu ini tidak hanya berada pada tataran faktual, melainkan juga pada ranah simbolik dan psikologis,” ujar Ardian.

4. Survei Indikator Politik: 66,9 Persen responden tak percaya Jokowi palsukan ijazah

Burhanuddin Muhtadi dalam acara Real Talk with Uni Lubis dengan tema "Di Balik Angka-angka Pilpres 2024". (IDN Times/Fauzan)
Burhanuddin Muhtadi dalam acara Real Talk with Uni Lubis dengan tema "Di Balik Angka-angka Pilpres 2024". (IDN Times/Fauzan)

Pada 27 Mei 2025, berdasarkan hasil survei nasional Indikator Politik Indonesia (IPI) juga mayoritas publik tidak percaya Presiden Jokowi telah memalsukan ijazah sarjananya.

Survei dilakukan pada 17-20 Mei 2025. Sebanyak 66,9 persen responden tidak percaya ijazah Jokowi asli. Sementara, ada 19 persen masyarakat yang percaya mantan presiden dua periode itu sudah memalsukan ijazah sarjananya dari Universitas Gadjah Mada (UGM). 

Sample responden dipilih melalui Double Sampling (DS) yakni 1.286 orang. Tingkat kepercayaan survei ini mencapai 95 persen. 

"Jadi, kisarannya 66,9 persen hingga 69,7 persen yang tidak percaya (ijazah Jokowi palsu). Mayoritas mengakui Pak Jokowi tidak memalsukan ijazah," ujar Direktur Eksekutif IPI, Burhanuddin Muhtadi, seperti dikutip dari YouTube IPI.

Temuan menarik lainnya disampaikan Burhanuddin ketika merinci latar belakang responden. Sebanyak 25,6 persen pemilih PDI Perjuangan (PDIP) percaya mantan Wali Kota Solo itu memalsukan ijazah sarjananya. Bagi Burhanuddin temuan itu menarik. 

"Sebelum 2024, PDIP basis utama (pendukung) Pak Jokowi. Sekarang, ada seperempat pemilih PDIP yang percaya Pak Jokowi memalsukan ijazah," kata Burhanuddin. 

Meskipun begitu, mayoritas pemilih PDIP yakni 61,1 persen tak percaya Jokowi memalsukan ijazah sarjananya. Sedangkan, pemilih dari Golkar terlihat terbelah. Sebanyak 47,4 persen pemilih Golkar tidak percaya ijazah Jokowi palsu. Tetapi, 45,4 persen pemilih partai dari pohon beringin itu yakin Jokowi tidak jujur mengenai ijazah sarjananya. 

Temuan lainnya yakni pemilih dari latar belakang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga mayoritas tak percaya ijazah Jokowi palsu. Angkanya mencapai 65,2 persen. Padahal, pemilih PKS diyakini tak memilih Jokowi selama dua periode di pilpres lalu. 

Menurut Burhanuddin, wajar bila mayoritas responden meragukan Jokowi memalsukan ijazahnya. Sebab, ia sudah beberapa kali mengikuti proses pemilu, sehingga legalitas ijazahnya sudah melalui proses pemeriksaan. 

"Mungkin mereka menilainya simpel, sudah pernah ikut pemilu berkali-kali, pilkada hingga pilpres. Membawa bukti ijazah, masak kemudian dianggap palsu," tutur dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us