Mengenang 15 Tahun Kepergian Ali Sadikin, Gubernur DKI Kontroversial

Jakarta, IDN Times - 15 tahun silam Ali Sadikin berpulang. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu wafat pada 20 Mei 2008, setelah berjuang melawan penyakit komplikasi di Gleneagles Hospital Singapura.
Pria yang akrab dipanggil Bang Ali itu dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta.
Selama 11 tahun menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin sukses menjadikan Jakarta sebagai ibu kota yang maju, tertib, dan berbudaya. Dia jadi sosok yang sangat berpengaruh dalam pengembangan Jakarta menjadi kota metropolitan.
Sosoknya dikenal sebagai pemimpin tegas, berwibawa, berani, dan visioner dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang kontroversial. Namun kebijakannya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.
1. Ali Sadikin ditunjuk langsung oleh Sukarno sebagai Gubernur DKI Jakarta

Lahir di Sumedang pada 7 Juli 1926 silam, Ali Sadikin pernah menjabat berbagai jabatan strategis.
Tercatat, sebelum dipercaya menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin pernah menjadi Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora di era kepemimpinan Presiden Soekarno.
Presiden Sukarno menunjuk langsung Bang Ali sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dia dilantik pada Kamis, 28 April 1966 pukul 10.00 di Istana Negara.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1966, Ali Sadikin adalah anggota staf Waperdam Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan yang memenuhi syarat menjadi orang nomor satu di DKI Jakarta.
Salah satu pertimbangan utama Sukarno memilih Ali sebagai gubernur Jakarta karena sosoknya yang punya watak keras. Menurut Soekarno, watak Ali ditakuti orang lain.
Hal itu diungkapkan langsung oleh Ali Sadikin dalam memoar buku biografi bertajuk "Bang Ali: Demi Jakarta 1966-1977” karya Ramadhan KH.
“Kata Bung Karno, ‘Ada sesuatu yang ditakuti dari Ali Sadikin. Ali Sadikin itu orang yang keras. Saya kira dalam hal mengurus kota Jakarta Raya ini, baik juga een beetje koppigheid (sedikit keras kepala),” kata Ali menirukan Soekarno.
2. Ali Sadikin dikenal buat kebijakan kontroversial

Menjabat sebagai Gubernur DKI periode 1966-1977, Ali Sadikin sukses mengentaskan berbagai permasalahan di Jakarta berkat kebijakan yang dibuat. Salah satu yang terkenal namun kontroversial, kebijakannya terkait pendapatan daerah yang meningkat dan dipakai untuk memperbaiki jalan, serta masalah perkembangan penduduk.
Pasalnya, keputusan yang dibuat sering tak sejalan dengan nilai keyakinan dan moral masyarakat pada masa itu.
Ali Sadikin jadi satu-satunya gubernur di Indonesia yang berani menerapkan izin perjudian. Berdasarkan aturan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 1957, pemerintah daerah diperbolehkan untuk memungut pajak atas izin perjudian.
Kebijakan itu bermuara dari keresahan Ali Sadikin saat mengetahui adanya perjudian di Jakarta dan oknum-oknum di baliknya tidak membayar pajak. Oleh sebab itu, ketimbang dibiarkan liar, lebih baik judi itu disahkan dan membawa pemasukan bagi pemerintah. Saat itu, perjudian di Jakarta pun disahkan.
Namun hasil pajak yang terkumpul dari judi dimanfaatkan untuk membangun sekolah, memperbaiki jalan, dan pembangunan lainnya. Meski menuai kritik, kebijakan tersebut tetap dilangsungkan. Ali Sadikin punya keyakinan, bahwa pajak perjudian merupakan sumber penghasilan yang baik. Tentu uang dari pajak perjudian digunakan untuk membangun Jakarta.
Kemudian, Ali Sadikin juga sempat membuat semacam pusat pekerja seks. Pada saat itu, daerah di sepanjang Jalan Kramat Raya dan Senen dikenal sebagai daerah pelacuran.
Ali Sadikin ingin menyelesaikan permasalahan tersebut. Namun di sisi lain, dia sadar bahwa tidak mudah mengendalikan pekerja seks karena kegiatan itu sudah menjadi mata pencaharian sejumlah orang. Dia lantas memutuskan untuk melokalisasi pekerja seks yang dipusatkan di kawasan Kramat Tunggak, Jakarta Utara.
Tujuan lokalisasi itu agar pekerja seks tidak lagi berada di sembarang tempat. Dengan begitu DKI Jakarta akan terlihat bersih dan tertib. Langkah itu juga diapilih untuk bisa mencegah penyakit menular seksual meluas tanpa kontrol.
Sontak kebijakan Ali Sadikin menuai berbagai kritik. Kebijakan itu dinilai justru memperbolehkan eksploitasi manusia oleh manusia lain dan merendahkan derajat perempuan.
3. Ali Sadikin tinggalkan berbagai warisan di Jakarta

Tak cuma kontroversi, Ali Sadikin meninggalkan berbagai warisan yang hingga saat ini masih bisa dirasakan masyarakat di ibu kota. Di antaranya, berdirinya Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Proyek Senen, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Ria Monas, Taman Ria Remaja, kota satelit Pluit di Jakarta Utara, dan pelestarian budaya Betawi di kawasan Condet.
Selain itu, dia juga jadi mencetus dirayakan hari jadi Kota Jakarta setiap 22 Juni.
Ali Sadikin juga sosok di balik terselenggaranya Pekan Raya Jakarta atau Jakarta Fair. Sementara di sektor transportasi, Ali juga mendatangkan banyak bus kota, menata trayeknya, dan membangun halte bus.