Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pak Petani Jangan Cemas, BMKG Beri Solusi untuk Hadapi Perubahan Iklim

Ilustrasi buruh tani memanggul gabah usai panen di areal persawahan padi. ANTARA FOTO/Aji Styawan

Jakarta, IDN Times - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan kombinasi kearifan lokal dan kemajuan teknologi dapat membantu petani mempertahankan produksi saat menghadapi dampak perubahan iklim. Sebab, kisaran suhu udara pada masa praindustri mengalami kenaikan sistemik, melompat dalam 30 tahun terakhir.

"Itu fakta dan berbasis data. Dan kenaikan air laut diukur benar oleh instansi terkait. Itu juga fakta," katanya saat webinar Program Kampung Iklim Untuk Membangun Kemandirian Pangan Masyarakat di Sekitar Hutan oleh Universitas Brawijaya seperti dikutip dari ANTARA, Rabu (20/8/2020).

1. Hujan dan kekeringan ekstrem termasuk ke fakta adanya perubahan iklim

Hujan mengguyur Jepara. IDN Times/Fariz Fardianto

Selanjutnya, ia juga menjelaskan fakta lain dari perubahan iklim yaitu adanya kejadian ekstrem. Seperti hujan dan kekeringan ekstrem. Tentu hal tersebut terlihat sesuai dengan data.

"Dalam 15 tahun terakhir terjadi peningkatan sekitar 30 ppm sehingga mengakibatkan suhu naik dan curah hujan meningkat dalam kondisi ekstrem yang semakin sering terjadi," jelasnya.

2. Penebangan pohon dan praktik pertanian pun memiliki dampak terhadap alam

Tim Asistensi Komisi Pengarah Medan Merdeka saat mengambil sejumlah sample penebangan pohon dan bekas uji coba lintasan Formula E di kawasan Monas, Rabu (26/2) (IDN Times/Gregorius Aryodamar P)

Ia mengatakan, penebangan pohon dapat menghilangkan hijau daun yang berfungsi menjadi penyerap karbon dioksida (CO2). Sehingga, gas tersebut menjadi liar di udara.

Praktik pertanian pun, menurut Dwikorita, juga menyumbang emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

"Termasuk persawahan yang menggunakan pupuk, kotoran sapi yang melepaskan gas metan, ranting pohon yang dipangkas ikut melepaskan emisi sehingga memang bervariasi," katanya.

3. Petani bisa manfaatkan data BMKG untuk menghindari gagal panen

Ilustrasi pertanian (Dok. ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar)

Sebagai solusi, ia menjelaskan bahwa petani sebenarnya juga dapat mulai melakukan adaptasi perubahan iklim agar tetap dapat berproduksi. Dengan cara menggabungkan kearifan lokal dan penggunaan teknologi. 

Termasuk pemanfaatan teknologi informasi dan telekomunikasi (TIK) serta informasi data dari BMKG untuk mengantisipasi cuaca ekstrem yang semakin kerap terjadi karena perubahan iklim.

"Semua data BMKG disediakan gratis bagi masyarakat, termasuk petani, hanya perlu instal aplikasi Info BMKG," ujar Dwikorita.

Ia mencontohkan petani tembakau di Jawa Tengah yang memanfaatkan informasi hujan dari BMKG untuk menyelamatkan tanamannya agar bisa tetap panen.

Dengan mengetahui terlebih dahulu prediksi hujan, kata dia, maka antisipasi untuk segera membersihkan daun tembakau dengan air bersih dapat dilakukan, sehingga daun tidak rusak dan petani tidak mengalami gagal panen.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aldzah Fatimah Aditya
EditorAldzah Fatimah Aditya
Follow Us