PAN: Tuntutan 17+8 Jadi Pijakan Kader untuk Berbenah

- Tuntutan 17+8 jadi pijakan kader PAN untuk berbenah, menjadi titik pijak penting bagi pembenahan kader ke depan.
- PAN simak masukan masyarakat untuk agenda perubahan, mendapatkan masukan dari berbagai pihak termasuk Ormas Keagamaan.
- MPR aktif buka dialog terbuka dengan mahasiswa, melalui program MPR Goes to Campus di 31 universitas di Indonesia.
Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Umum PAN, Eddy Soeparno memastikan pihaknya mendengarkan aspirasi masyarakat yang dirumuskan dalam tuntutan 17 + 8 di platform media sosial.
Menurut Eddy, semua tuntutan dan aspirasi rakyat adalah masukan yang menjadi bahan evaluasi bagi partai politik untuk berbenah.
"Kami di Partai Amanat Nasional terus berbenah mendengarkan masukan dari masyarakat tentu termasuk di dalamnya agenda 17 + 8," kata Eddy kepada wartawan, Jumat (5/8/2025).
1. Tuntutan 17+8 jadi pijakan kader PAN untuk berbenah

Dia mengatakan, tuntutan 17+8 menjadi pijakan penting bagi PAN untuk merumuskan pembenahan bagi kader-kader partai ke depan.
"Masukan 17 + 8 ini juga menjadi titik pijak yang penting bagi kami untuk merumuskan pembenahan bagi kader-kader PAN ke depannya. Termasuk juga bagi kami yang saat ini mendapatkan amanah dari Ketua Umum sebagai Pimpinan MPR RI," kata Eddy.
2. PAN simak masukan masyarakat untuk agenda perubahan

Selain itu, Eddy menambahkan, pihaknya juga mendapatkan masukan dari berbagai pihak mulai dari konstituen hingga Ormas Keagamaan yang menyuarakan aspirasi masyarakat.
"Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan juga sudah bertemu dengan Ketua Umum Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir dan menerima banyak sekali masukan yang tentu akan dilaksanakan sebagai agenda pembenahan partai," kata dia.
3. MPR aktif buka dialog terbuka dengan mahasiswa

Sementara itu, sebagai Pimpinan MPR RI, Eddy berkomitmen untuk membangun dialog dan diskusi dengan berbagai pihak dalam suasana yang kondusif. Salah satunya adalah MPR Goes to Campus yang dilaksanakan di 31 universitas di Indonesia, dengan ribuan mahasiswa yang ikut berpartisipasi.
"Dalam agenda MPR Goes to Campus itu kami membuka ruang diskusi yang seluasnya-luasnya bagi civitas untuk memberikan masukan evaluasi dan bahkan kritik," kata dia, yang juga Wakil Ketua MPR itu.
Menurut dia, MPR Goes to Campus menjadi bukti bahwa ruang dialog selalu terbuka dan untuk menyampaikan aspirasi bisa dilakukan dengan segala cara asalkan tanpa kekerasan.
"Ini membuktikan bahwa ruang dialog selalu terbuka dan untuk menyampaikan aspirasi bisa dilakukan dengan segala cara asalkan tanpa kekerasan dan tidak merusak fasilitas umum," tutupnya.