Panglima TNI Lepas Jenazah Prajurit Gugur di Insiden Amunisi Garut

- Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto melepas tiga jenazah prajurit TNI yang menjadi korban pemusnahan amunisi di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
- TNI memastikan hak prajurit TNI yang menjadi korban akan diberikan, dan lokasi pemusnahan amunisi diminta steril untuk keselamatan masyarakat.
- Investigasi dilakukan untuk memastikan penyebab insiden, termasuk adanya korban warga sipil yang mendekati area pemusnahan amunisi.
Jakarta, IDN Times - Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto ikut melepas tiga jenazah prajurit TNI yang menjadi korban dalam insiden pemusnahan amunisi yang kedaluwarsa di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (13/5/2025).
Upacara pelepasan tiga jenazah itu dilakukan secara tertutup dan dipimpin oleh Kepala Pusat Peralatan Mayjen TNI R.D Epi Setiadi di Gudang Pusat Munisi (Gupusmu) III. Acara tersebut dihadiri oleh keluarga besar dan kerabat dari almarhum.
Tiga jenazah yang dilepas oleh Jenderal Agus yaitu Mayor Cpl Anda Rohanda yang dimakamkan di Bandung; Kopda Eri Dwi Priambodo dimakamkan di Temanggung, Jawa Tengah dan Pratu Afrio Setiawan dimakamkan di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Sementara, jenazah Kepala Gudang Pusat Munisi III, Kolonel Cpl Antonius Hermawan disemayamkan di rumah duka di Bekasi dan dimakamkan di Yogyakarta.
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayjen TNI Kristomei Sianturi mengatakan, kehadiran Jenderal Agus di upacara pelepasan tiga jenazah merupakan bentuk penghormatan dan ungkapan empati terhadap anak buahnya yang gugur. Sejak insiden ledakan di Kabupaten Garut pada Senin kemarin, Jenderal Agus belum menyampaikan pernyataan terkait insiden yang sudah menewaskan 13 orang tersebut.
"Kami turut berduka cita atas meninggalnya prajurit terbaik TNI serta warga sipil yang ikut menjadi korban. TNI memastikan bahwa seluruh hak prajurit TNI yang menjadi korban akan diberikan sesuai ketentuan yang berlaku, seperti santunan kematian khusus, pensiun dan beasiswa bagi anak korban," ujar Kristomei di dalam keterangan tertulis, Rabu (14/5/2025).
1. TNI minta area pemusnahan amunisi steril

Lebih lanjut, Kristomei mengatakan, memasuki hari kedua, TNI sudah meminta agar lokasi pemusnahan amunisi steril. Tujuannya, untuk menjamin keselamatan masyarakat.
"Proses investigasi tengah dilakukan oleh tim dari Puspalad bersama pihak terkait untuk memastikan penyebab pasti insiden," kata jenderal bintang dua itu.
Area yang digunakan untuk melakukan pemusnahan amunisi merupakan milik Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Garut. "Area itu rutin digunakan kegiatan serupa sesuai prosedur keamanan yang berlaku," tutur dia.
2. TNI berjanji akan perketat pengawasan kegiatan pemusnahan amunisi

Kristomei juga menjanjikan akan memperketat pengawasan kegiatan pemusnahan amunisi agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Salah satu yang masih menjadi tanda tanya hingga saat ini yaitu, mengapa bisa ada korban warga sipil dalam insiden pemusnahan amunisi tersebut.
Kristomei sempat mengatakan dugaan awal warga sipil mendekati area pemusnahan tak lama usai dilakukan peledakan amunisi. Mereka diduga mendekat ke lokasi pemusnahan untuk memulung bagian dari amunisi yang masih memiliki nilai ekonomis untuk dijual kembali.
"Memang biasanya setelah peledakan (amunisi), masyarakat datang untuk mengambil sisa-sisa ledakan tadi. Apakah itu serpihan-serpihan logamnya yang dikumpulkan, tembaga atau besi yang memang bekas dari mortir atau granat. Nanti, kami akan mendalami lagi kenapa peristiwa ini bisa terjadi," ujar Kristomei ketika dihubungi pada Senin kemarin.
Tidak tertutup kemungkinan ada detonator yang belum meledak sepenuhnya, sehingga memicu terjadinya ledakan kedua. Namun, Kristomei menggarisbawahi dugaan itu belum bisa disimpulkan hingga penyelidikan rampung dilakukan.
3. Eks Kabais duga TNI AD membiarkan warga sipil masuk ke area pemusnahan

Sementara, mantan Kepala Badan Intelijen Strategis TNI Laksamana Muda (Purn) Soleman B. Ponto, menduga TNI Angkatan Darat (AD) sengaja membiarkan warga sipil mendekati area pemusnahan di Desa Cagara pada Senin kemarin. Sebab, warga ingin memungut sisa amunisi yang dimusnahkan lantaran masih memiliki nilai ekonomis.
"Kenapa bisa ada warga sipil di sana? Karena tentaranya terlalu baik hati. Seperti yang disampaikan oleh Kapuspen kemarin bahwa masyarakat mencari sisa-sisa (amunisi) setelah pemusnahan. Ada kuningan, besi. Karena baik hati ya dibiarkan saja akhirnya oleh tentara. Padahal, itu saya sangat yakin, ada standar operasi, mereka tidak boleh berada dekat-dekat di situ," ujar Ponto ketika dihubungi, Selasa (13/5/2025).
Namun, pembiaran ini harus dibayar dengan risiko yang tinggi yakni jatuhnya korban jiwa. Ponto pun tidak sepenuhnya menyalahkan prajurit TNI AD. Sebab, ia dapat memahami dilema para prajurit yang bertugas di lapangan.
"Memang jadi tentara ini serba salah. Kalau terlalu keras-keras, dia akan dimusuhi (warga). Kalau diberi kesempatan ya begini jadinya," tutur dia.