PBNU: Kalau Satu Kabinet Diisi Santri, Insyaallah Aman, Mereka Taat

- Pesantren memiliki peran dalam menyeimbangkan kehidupan sosial
- Direktorat Jenderal Pesantren Kemenag merupakan wujud konkret negara hadir
- Ada 42 ribu pesantren di Indonesia, dengan 12,5 juta santri
Jakarta, IDN Times - Kementerian Agama (Kemenag) menggelar Halaqah Penguatan Kelembagaan Pendirian Direktorat Jenderal Pesantren, di UIN Sunan Ampel Surabaya, Kamis (13/11/2025). Salah satu pembicara dalam acara tersebut Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar.
Dalam acara tersebut, Miftachul mengatakan, pesantren memiliki kekuatan untuk menyeimbangkan antara ilmu, iman, akal, dan adab.
“Kalau ingin pesantren terus melahirkan santri yang berkarakter untuk memperkuat bangsa ini, ya dengan ilmu. Dan itu ada di pesantren. Ilmu harus bergandengan dengan bismillah dan khasyatullah. Jangan biarkan ilmu telanjang jalan sendiri,” ujar dia.
1. Pesantren memiliki peran dalam menyeimbangkan kehidupan sosial

Miftahul mengatakan, pesantren memiliki peran dalam menyeimbangkan kehidupan sosial. Dia membayangkan suatu kabinet pemerintahan, apabila diisi santri, negara bisa aman.
"Kalau satu kabinet diisi santri, insyaallah aman. Karena mereka tumbuh dengan ketaatan dan kesadaran bahwa setiap amalnya diawasi Allah,” kata dia.
2. Direktorat Jenderal Pesantren Kemenag merupakan wujud konkret negara hadir

Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, mengatakan Presiden Prabowo Subianto menyetujui pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren di Kementerian Agama merupakan wujud konkret kehadiran negara.
“Para kiai, ibu nyai, dan jutaan santri yang memilih jalan ilmu serta pengabdian, adalah energi moral bangsa ini. Dari pesantren lahir semangat hubbul wathon minal iman (cinta tanah air bagian dari iman) yang menjaga Indonesia tetap damai dan toleran,” ucap Pratikno.
3. Ada 42 ribu pesantren di Indonesia

Pratikno menyampaikan, berdasarkan data Kementerian Agama, ada 42 ribu pesantren di Indonesia dengan 12,5 juta santri. Menurutnya, angka tersebut bukan sekadar statistik, tapi potensi sosial yang bisa memperkokoh bangsa.
Pratikno juga menyinggung mengenai pentingnya pembaruan kurikulum yang ada di pesantren. Tujuannya, agar lulusan pesantren bisa berdaya ketika terjun di masyarakat.
“Santri harus punya kail, bukan hanya ikan,” imbuhnya.


















