Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Prediksi Gempa Bumi, BMKG Lakukan Kajian Prekursor

Ilustrasi - Ruang pengamatan cuaca BMKG (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Ilustrasi - Ruang pengamatan cuaca BMKG (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Jakarta, IDN Times - Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) melakukan kajian prediksi gempa bumi sebagai upaya mengurangi korban akibat bencana. Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono mengatakan ada dua istilah kajian yaitu prediksi gempa bumi dan prekursor gempa bumi.

"Dari berbagai riset dan pengembangan oleh BMKG, yang cukup menjanjikan adalah metoda dengan data magnet bumi atau BMKG menyebut dengan Prekursor Gempabumi dengan metode magnet bumi," ujar Triyono dalam keterangan resminya, Sabtu (5/6/2021).

Prekursor gempa bumi adalah kajian atau riset yang mempelajari perubahan fisik yang terjadi pada alam, yang dapat dijadikan sebagai bentuk awal sebelum kejadian gempa bumi. Sedangkan, prediksi gempa bumi untuk menjawab penyediaan informasi parameter gempa bumi saat belum terjadi gempa bumi yang meliputi waktu terjadinya gempa, lokasi pusat gempa dan parameter sumber dan mekanisme sumber gempa.

1. Terdapat tiga parameter prediksi gempa bumi dalam prekursor gempa

Ilustrasi dampak gempa yang melanda Bali (16/7/2019) (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)
Ilustrasi dampak gempa yang melanda Bali (16/7/2019) (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

Rahmat menjelaskan, pada sistem prekursor yang dikembangkan oleh BMKG lebih dahulu dan lebih maju dibandingkan dengan sistem yang dikembangkan oleh beberapa lembaga riset.

Hal itu karena metode magnet prekursor dalam prediksi gempa durasi waktunya dibatasi dan area yang diduga akan terjadi gempa juga dibatasi.

Adapun parameter prekursor gempa yang dikembangkan BMKG, yaitu:

  • Kapan, rentang waktu potensi femla akan release ( < 1 bulan ), dihitung dari awal anomali muncul sampai satu bulan kedepan.
  • Dimana, potensi zona duga aktif gempa dengan mempertimbangkan sumber gempa baik zona subduksi maupun sesar permukaan, sehingga area prediksi semakin dapat di cluster.
  • Ukuran kekuatan, prediksi potensi kekuatan magnitudo gempabumi.

2. Hanya mampu prediksi gempa berkekuatan magnitudo 5 sampai 6

(Ilustrasi dampak gempa) ANTARA FOTO/Izaac Mulyawan
(Ilustrasi dampak gempa) ANTARA FOTO/Izaac Mulyawan

Untuk saat ini, prekursor yang dikembangkan oleh BMKG hanya mampu secara baik atau akurat untuk gempa dengan magnitudo 5 - 6, dan belum mampu secara baik atau akurat untuk gempa dengan magnitudo lebih dari 6,5.

Namun, tingkat akurasi dari gempa bumi berkekuatan magnitudo 5-6 cukup baik disekitar 60-70 persen, terlebih lagi jika magnitudonya lebih kecil dari 5 magnitudo yang akurasinya hingga 80-90 persen.

"Karena sebagian besar gempa-gempa dengan magnitudo 5 ini tidak berdampak merusak atau bahkan tidak berdampak dirasakan," ujar Triyono.

Oleh karena itu, BMKG akan terus mengembangkan agar prekursor mampu memperkirakan gempa dengan magnitudo di atas enam.

3. Berharap batasan magnitudo dan areanya lebih dikembangkan

Ilustrasi. ANTARA FOTO/Izaac Mulyawan
Ilustrasi. ANTARA FOTO/Izaac Mulyawan

Adanya batasan magnitudo yang kecil dan area yang sangat luas masih terbilang sangat lemah, maka dari itu BMKG berharap perguruan tinggi dan lembaga riset terus meningkatkan dan mengembangkan metoda serta analisis data agar batasan magnitudo lebih besar dan area yang sempit.

"BMKG berharap areanya dapat dibatasi pada zona tertentu misalnya akan terjadi gempa dalam tiga hari ke depan pada wilayah Yogyakarta atau Jawa Tengah, sesuai jangkauan radius gas radonnya itu sendiri, tidak seperti yang saat ini dilakukan, wilayahnya dari Aceh sampai Nusa Tenggara Timur (NTT) apalagi sampai Papua, sebuah wilayah yang sangat luas untuk kepastian terjadinya gempa," jelas Triyono.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vamela Aurina
EditorVamela Aurina
Follow Us