Punya 4 Keunggulan, Atang-Annida Diprediksi Bisa Menang Pilkada Bogor

- Atang-Annida diprediksi menang dalam Pilwalkot Bogor 2024 karena program, figur, elektabilitas, dan dukungan partai yang kuat.
- Anak muda mendominasi pemilih dengan usia Gen Z dan Milenial sebesar 49,15%, Atang-Annida membidik mereka dengan program pendidikan, lapangan pekerjaan, dan ekonomi kreatif.
- Elektabilitas Atang-Annida konsisten naik menjelang pemilihan didukung oleh PKS, juga diuntungkan dengan hubungan harmonis antara eksekutif dan legislatif untuk membangun Kota Bogor lebih baik ke depan.
Bogor, IDN Times - Pasangan calon (paslon) wali kota dan wakil wali kota Bogor, Atang Trisnanto dan Annida Allivia, diprediksi bakal menang dalam kontestasi Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Bogor 2024.
Pengamat politik yang juga dosen Universitas Djuanda (Unida) Bogor, G. Goris Seran, menilai ada empat keunggulan dari paslon ini yang bisa menjadi modal mereka untuk memenangkan pilkada. Empat hal tersebut yakni program, figur, elektabilitas, dan dukungan partai.
Dalam hitungan tiga pekan ke depan, tepatnya pada 27 November 2024 Kota Bogor dan daerah-daerah lainnya di Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi untuk memilih pemimpin mereka dalam lima tahun ke depan.
Pilwalkot Bogor 2024 sendiri dianggap merupakan tahunnya generasi muda. Seran mengatakan, para pemilih muda saat ini mendominasi dan menentukan nasib Kota Bogor selanjutnya.
Berkaca pada jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) 815.249, sebanyak 49,15 persen merupakan usia Gen Z dan Milenial. Usia 17 hingga 39 tahun ini, kata Seran, masih berubah-ubah sikap dalam menentukan pilihan dan hal ini yang dibidik Atang-Annida.
"Atang-Annida cukup jeli melihat ceruk pemilih anak muda. Mereka lebih konsen terhadap pendidikan dan lapangan pekerjaan yang akrab dengan keseharian mereka," ujar Seran.
1. Program dan figur Atang Annida menarik anak muda

Program satu keluarga satu sarjana, infrastruktur sekolah, 40.000 lapangan pekerjaan, hingga ekonomi kreatif bisa memicu ketertarikan anak muda yang berstatus pelajar dan pencari kerja.
Dari sisi figur, Atang-Annida juga dianggap lebih bisa menjangkau semua kalangan pemilih. Atang dapat menjadi salah satu kandidat pemimpin mumpuni dalam kacamata orang tua. Atang dicirikan piawai dalam birokrasi dan organisasi.
"Pak Atang kuat di mesin politiknya. Kerjanya kolegial dan dilihat, dirasakan masyarakat," papar Seran. Sedangkan Annida mengambil peran anak muda dalam konteks kekinian dan mengetahui keinginan anak muda.
2. Elektabilitas konsisten naik

Faktor lain, yakni elektabilitas Atang-Annida konsisten naik menjelang hari pemilihan. Seran mengatakan, Atang-Annida didukung Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang merupakan partai kuat di basis akar rumput dan personal kadernya well improved atau terdidik dan mampu mempersuasi orang.
"Makanya basis dukungan mereka itu tidak bergeser. Sebagai ukuran, PKS menang dalam 2 pileg terakhir. Itulah kenapa grafik elektoralnya naik sedikit demi sedikit jelang pemilihan. Karena ada juga paslon yang survei tinggi di awal dan ke sini semakin turun," kata Seran.
3. Dukungan legislatif kuat ke Atang-Annida

Kekuatan keempat, dalam hubungan antar pemerintah dan DPRD, Pengamat Politik Isep Insan melihat dengan dukungan partai yang dominan di legislatif, pasangan Atang-Annida lebih diuntungkan dengan PKS sebagai partai pemenang legislatif 2024.
Isep menggambarkan hubungan antara eksekutif dan legislatif sebagai partner kerja untuk membangun Kota Bogor lebih baik ke depan. Karena bagaimanapun peran dewan diperlukan dalam menjalankan pemerintahan.
Dalam konteks kekuasaan, Isep melihat kurang baik apabila eksekutif dan legislatif didominasi satu partai. Demikian juga, sejauh untuk kepentingan masyarakat banyak partnership itu sangat dibutuhkan.
"Bila berbicara dalam tanda kutip untuk kepentingan publik lebih banyak, itu lebih baik. Toh publik juga bisa mengawasi melalui saluran dengar pendapat atau media massa," papar Isep.
Dosen Universitas Pakuan ini menekankan, kombinasi antara legislatif dan eksekutif yang harmonis dianggap lebih menguntungkan demi masyarakat banyak, tidak saling jegal atau hal lain.
"Misal dalam konteks pengambilan keputusan untuk pemberantasan kemiskinan yang diuntungkan pasti publik tentunya," tambah Isep.