Siaga! BNPB Prediksi Intensitas Hujan Meningkat di RI 3 Hari ke Depan

- BNPB: Daerah di Indonesia harus siaga karena intensitas hujan meningkat 3 hari ke depan, bisa picu banjir dan tanah longsor.
- Kondisi dipicu angin monsun dan kondisi regional seperti gelombang Kelvin, Rossby, MJO. Intensitas hujan meningkat bila curahnya lebih dari 50 mm.
- BNPB mengingatkan kepala daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan agar dampak yang ditimbulkan bisa diminimalisasi. BNPB telah menghimpun data kejadian bencana spasial di sejumlah daerah.
Jakarta, IDN Times - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyarankan sejumlah daerah di Indonesia masih harus siaga karena intensitas hujan berpotensi meningkat hingga tiga hari ke depan. Hal itu bisa memicu terjadinya banjir dan tanah longsor.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan kondisi ini terjadi tidak hanya karena dipicu angin monsun tetapi ada kondisi regional seperti gelombang Kelvin, Rossby dan Madden Julian Oscilliation (MJO). Hal itu akan meningkatkan potensi hujan ketika melewati Indonesia.
"Pergerakannya dari arah barat ke tengah dan ke wilayah Indonesia bagian timur," ujar Abdul seperti dikutip dari kantor berita ANTARA pada Selasa (4/2/2025).
Ia mengatakan dalam kondisi intensitas hujan yang dapat meningkat hingga sangat lebat berpotensi membawa dampak bencana seperti banjir, tanah longsor hingga angin kencang pada daerah yang dilintasi oleh fenomena atmosfer tersebut. Intensitas hujan, kata Abdul, dikatakan meningkat bila curahnya lebih dari 50 mm.
1. Daftar daerah yang berpotensi alami peningkatan curah hujan

Lebih lanjut, BNPB telah menghimpun data kejadian bencana spasial yang akan melanda sejumlah daerah. Wilayah yang dimaksud yakni Kabupaten Batanghari, Kota Tebing Tinggi, Serdang Bedagai, Kabupaten Siak, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Bogor, Indramayu, Boyolali, Bojonegoro, Madiun.
Lalu, Sragen, Nganjuk, Kendal, Cilacap, Pasuruan, Semarang, Banjarnegara, Batang, Jepara, Pati, Hulu Sungai Selatan, Sanggau, Kubu Raya, Samarinda, Tarakan, Gorontalo, Bolaang Mongondow hingga Kabupaten Bima.
Bahkan, hasil analisa dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dampak bencana hidrometeorologi yang ditimbulkan bisa kian parah oleh adanya gelombang tinggi laut atau banjir rob.
Menurut Abdul, kondisi tersebut selain membuat sebaran banjir berpotensi meluas, banjir juga cenderung lebih lambat surut, seperti yang saat ini terjadi di mayoritas daerah di pantai utara Jawa dan pesisir Kalimantan Barat.
2. BNPB dorong kepala daerah ikut mewanti-wanti warga soal potensi bencana

BNPB, kata Abdul mengingatkan setiap kepala daerah baik yang di tingkat provinsi hingga kabupaten agar meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan bersama-sama dengan masyarakat. Sehingga, dampak yang ditimbulkan bisa diminimalisasi.
"Khususnya bagi tim petugas gabungan yang saat ini masih melangsungkan tanggap darurat bencana, agar tetap memprioritaskan keselamatan. Mengingat masih berpotensi terjadinya bencana susulan," kata Abdul.
Salah satu daerah yang masih memberlakukan status tanggap darurat bencana yaitu Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Bila hujan terus menerus selama dua jam atau lebih dengan jarak pandang kurang dari 100 meter segeralah evakuasi diri. Hindari lereng tebing, bukit, ataupun aliran sungai," ujarnya.
3. Bencana yang terjadi di Indonesia sepanjang Januari gempa, tanah longsor dan banjir

Sebelumnya, BNPB mendata bencana apa saja yang terjadi sepanjang Januari 2025. Puluhan bencana, kata Abdul, tercatat sudah terjadi pada Januari. Namun, didominasi banjir, tanah longsor dan gempa bumi.
"Kami terus memantau perkembangan di berbagai daerah yang terdampak bencana, terutama banjir yang saat ini meluas di beberapa provinsi. Tim BNPB bersama pemerintah daerah telah melakukan berbagai langkah penanganan darurat," ujar Abdul pada 31 Januari 2025 lalu.
Di Provinsi Kalimantan Barat, banjir masih menggenangi beberapa wilayah. Di Kabupaten Sanggau, sekitar 4.055 kepala keluarga terdampak, dengan air yang semakin tinggi pada Rabu, 29 Januari, hingga menutupi jalan raya di Beduai.