Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Venezuela Siapkan Militer Hadapi Potensi Invasi AS

Presiden Venezuela, Nicolás Maduro. (Kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Presiden Venezuela, Nicolás Maduro. (Kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Pengerahan militer AS di Karibia dengan dalih perang narkoba
  • Venezuela siapkan strategi perang gerilya jika AS menyerang
  • Militer Venezuela dinilai tak mampu tandingi AS
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times- Venezuela mengumumkan pengerahan besar-besaran pasukan militer sebagai respons terhadap peningkatan kehadiran militer Amerika Serikat (AS) di perairan Amerika Latin dan Karibia. Peningkatan ketegangan ini dipicu oleh kedatangan kapal induk terbesar AS, USS Gerald R. Ford, di wilayah operasi Komando Selatan AS dekat perairan Venezuela.

Kehadiran kapal induk ini dan kelompok serangnya menandai penempatan militer AS terbesar di kawasan tersebut sejak invasi Panama pada tahun 1989. Presiden Venezuela Nicolás Maduro telah menuduh Washington mencoba menciptakan konflik baru di wilayah tersebut. Maduro menyatakan, penempatan armada angkatan laut AS tersebut merupakan ancaman terbesar yang dihadapi benua Amerika dalam 100 tahun terakhir, dilansir Al Jazeera pada Selasa (11/11/2025).

1. Pengerahan militer AS di Karibia dengan dalih perang narkoba

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump beralasan, peningkatan kehadiran militer ini merupakan bagian dari perang melawan narkoba. Operasi ini diklaim menargetkan penyelundup dan organisasi kriminal transnasional yang diduga beroperasi melalui perairan Karibia dan Pasifik. Kapal induk USS Gerald R. Ford sendiri datang membawa lebih dari 4 ribu personel dan puluhan pesawat ke wilayah tersebut.

Dilansir The Guardian, USS Gerald R. Ford bergabung dengan delapan kapal perang, satu kapal selam nuklir, dan jet F-35 yang telah dikerahkan sebelumnya. Sebanyak 10 ribu personel AS kini telah berada di kawasan tersebut. Menurut juru bicara Pentagon Sean Parnell, penambahan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan AS dalam mendeteksi dan mengganggu aktor serta aktivitas terlarang di wilayah tersebut.

Sebagai bagian dari operasi ini, AS telah melancarkan serangan udara terhadap kapal-kapal yang dituduh mengangkut narkotika di dekat perairan Venezuela. Serangan yang dimulai sejak September itu telah menewaskan sedikitnya 76 orang di perairan Amerika Selatan.

Beberapa analis menilai peningkatan militer ini adalah cara Trump untuk menekan Maduro agar mundur. Trump sempat menyatakan bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan serangan darat setelah mengklaim laut sudah terkendali.

2. Venezuela siapkan strategi perang gerilya jika AS menyerang

Menanggapi ancaman AS, Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino López mengumumkan rencana menempatkan militer negara dalam status siaga. Rencana tersebut, yang disebut "Independence Plan 200," mencakup pengerahan aset darat, udara, laut, sungai, dan rudal. Selain itu, milisi sipil dan kepolisian juga akan turut serta dalam mobilisasi besar-besaran ini.

Dilansir Straits Times, pemerintah Venezuela dilaporkan telah mempertimbangkan beberapa rencana untuk menghadapi invasi darat AS. Strategi utama yang dipertimbangkan adalah melancarkan perang gerilya yang berkepanjangan. Strategi ini melibatkan pengiriman unit militer kecil ke lebih dari 280 lokasi di seluruh negeri untuk melakukan sabotase dan taktik gerilya.

Selain perang gerilya, Caracas juga menyiapkan strategi anarkis yang tidak diakui secara terbuka. Rencana ini akan dilancarkan dengan menggunakan intelijen dan pendukung bersenjata partai penguasa untuk menciptakan kekacauan di jalan-jalan jika pemerintahan Maduro digulingkan. Harapannya, Venezuela tidak akan dapat diperintah oleh kekuatan asing setelah penggulingan.

"Agresi akan ditanggapi dengan persatuan nasional. Kami siap di sini, tapi kami tidak menginginkan perang," kata López.

3. Militer Venezuela dinilai tak mampu tandingi AS

Sumber-sumber yang familiar dengan kondisi militer Venezuela menyebut bahwa angkatan bersenjata mereka sedang lemah karena kurangnya pelatihan, gaji yang rendah, dan peralatan yang sudah usang. Bahkan, beberapa komandan unit terpaksa bernegosiasi dengan produsen makanan lokal hanya untuk memberi makan pasukan mereka karena minimnya suplai pemerintah.

Selain itu, pasukan Venezuela dinilai kurang berpengalaman karena hanya fokus menghadapi protes jalanan dalam beberapa tahun terakhir. Venezuela dinilai tidak siap menghadapi pasukan AS yang lebih terlatih. Keterbatasan ini membuat pemerintah Maduro sangat bergantung pada strategi perang gerilya.

Untuk mengatasi keterbatasan senjata, Venezuela telah meminta bantuan dari sekutu lamanya seperti Iran, Rusia, dan China. Bantuan yang diminta mencakup perbaikan pesawat, radar pertahanan, dan potensi sistem rudal baru. Menurut analis pertahanan dan keamanan, Andrei Serbin Pont, Maduro sebenarnya sedang memberi pesan kepada AS bahwa invasi akan hanya menimbulkan kekacauan.

“Pesan sebenarnya bukanlah soal kemampuan militer, tetapi pencegahan melalui kekacauan: ancaman bahwa peralatan ini dapat berakhir di tangan kelompok bersenjata, gerilyawan, paramiliter, atau mantan personel militer yang terorganisir, memperburuk kekerasan dan ketidakstabilan selama potensi transisi,” kata Andrei Serbin Pont, dilansir The Straits Times.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Polri: Kami Ini Babu Masyarakat

13 Nov 2025, 22:03 WIBNews