Sjafrie Terima Menhan Ceko, Bahas Perpanjangan Kesepakatan Pertahanan

- Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menerima kunjungan Menhan Ceko, Jana Černochová.
- Indonesia membeli alutsista dari Ceko seperti radar, senjata ringan, dan panser untuk misi PBB.
- DCA baru menjadi sesuatu yang mendesak untuk dimiliki agar pembelian alutsista lainnya bisa dilakukan.
Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menerima kunjungan Menhan Ceko, Jana Černochová di kantor Kemenhan, Jakarta Pusat, Selasa (18/2/2025). Salah satu poin yang dibahas adalah perpanjangan kesepakatan pertahanan (DCA) antara Indonesia dan Ceko yang sudah habis masa berlakunya pada 2023 lalu.
Sehingga dibutuhkan kesepakatan baru agar bisa menjadi payung hukum kerja sama pertahanan di masa depan. Namun, perbincangan antara Sjafrie dan Jana dilakukan secara tertutup.
"Kerja sama yang sudah ada sejauh ini dalam bentuk konkret baik itu pengadaan alutsista, peralatan militer termasuk juga transfer teknologi pertahanan," ujar Kepala Biro Infohan Kemenhan, Brigjen TNI Frega Wenas, di kantor Kemhan.
Ia mengakui Indonesia ikut membeli alutsista dari Ceko seperti radar, senjata ringan, dan panser untuk misi PBB. Alutsista dari Ceko, kata Frega, memiliki kualitas yang baik bila dioperasikan di lapangan. Harganya secara ekonomis juga kompetitif.
Alasan lain pemerintah ikut membeli alutsista dari Ceko yaitu karena Indonesia mengusung politik luar negeri bebas aktif. Sehingga, Indonesia tidak memihak kepada siapapun.
"Kerja sama Indonesia dengan Ceko bisa menjadi sebuah peluang bagi kedua negara. Apalagi dengan rekam jejak industri pertahanan Ceko yang memang juga sudah mendunia," tutur dia.
1. Pembelian alutsista selanjutnya dari Ceko harus menunggu DCA baru

Lebih lanjut, Frega mengatakan, pembelian alutsista lainnya baru bisa dilakukan bila kesepakatan pertahanan (DCA) yang baru sudah rampung. Sebab, pembelian alutsista butuh payung hukum.
"Prinsip (untuk DCA baru), kedua negara harus saling menghormati. Kerja sama industri pertahanan untuk pembelian alutsista juga menjadi salah satu concern antara Indonesia dengan Ceko," katanya.
Oleh sebab itu, DCA baru menjadi sesuatu yang mendesak untuk dimiliki. Ketika ditanyakan oleh IDN Times kapan DCA baru ditargetkan rampung, Frega menyebut proses negosiasinya membutuhkan keterlibatan dari Kementerian Luar Negeri. Belum ada target kapan kesepakatan pertahanan baru dengan Ceko harus selesai.
"Tetapi, ini butuh kontribusi di level yang lebih tinggi dalam hal ini Pak Presiden Prabowo. Sehingga kita tidak bisa berbicara DCA harus rampung lima bulan atau satu tahun kemudian. Kami berharap DCA bisa secepatnya selesai," tutur dia.
2. Indonesia beli 12 radar untuk TNI AU dari Ceko

Frega tak menampik Indonesia sudah membeli radar untuk digunakan oleh TNI Angkatan Udara (AU) dari Ceko. Pembelian itu dilakukan pada 2023 lalu ketika posisi Menhan masih dijabat oleh Prabowo Subianto. Frega mengatakan, salah satu keuntungan dengan membeli alutsista dari Ceko yaitu dimungkinkan adanya transfer teknologi.
"Pertimbangan dimungkinkannya transfer teknologi ini belajar dari pengalaman Indonesia yang pernah diembargo usai membeli sejumlah alutsista. Ini yang sempat membatasi untuk pengadaan alutsista," katanya.
Belajar dari pengalaman pernah diembargo itu, maka Indonesia tidak mengandalkan pembelian alutsista dari satu negara saja. Selain pembelian radar dari Ceko, Indonesia juga membeli radar buatan Prancis.
"Kami berharap apapun teknologinya, dari negara manapun bisa menjadi nilai tambah atau added value," tutur dia.
3. Ceko setuju untuk berpartisipasi di Indo Defence 2025

Poin lain yang dibahas oleh kedua Menhan yakni soal keikusertaan Ceko di dalam acara dua tahunan pameran alutsista, Indo Defence. Setelah tertunda pada 2024 lalu, Indo Defence bakal digelar pada Juni 2025.
"Beberapa negara sudah menyampaikan keinginannya untuk berpartisipasi (di Indo Defence) termasuk Ceko, karena kami punya kerja sama industri pertahanan," kata Frega menjawab pertanyaan IDN Times.
Ia pun berharap Indo Defence 2025 bakal diikuti oleh banyak negara. Sebab, ajang dua tahunan itu bisa menjadi acara promosi bagi alutsista buatan dalam negeri.
"Kami berharap tentu negara di kawasan (ASEAN) ikut berpartisipasi, kemudian dari Afrika dan Amerika. Ini kan menjadi ajang besar untuk mendorong industri pertahanan, modernisasi alutsista dab diplomasi pertahanan," katanya.