Menlu Ceko: 100 Kasus Mencurigakan di Eropa Terkait Rusia

- Menteri Luar Negeri Ceko mengungkapkan 100 kejadian mencurigakan di Eropa terkait serangan spionase Rusia.
- Para pejabat Barat menyalahkan Rusia atas insiden-insiden, termasuk putusnya kabel bawah laut antara Jerman dan Finlandia.
- Isu ancaman hibrida Rusia menjadi topik utama dalam pertemuan Menteri Luar Negeri anggota NATO di Brussel.
Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Ceko, Jan Lipavsky, mengatakan bahwa sebanyak 100 kejadian mencurigakan di Eropa tahun ini dikaitkan dengan serangan spionase Rusia. Hal itu diungkapkan pada Rabu (4/12/2024), sebelum dirinya melakukan pertemuan dengan rekan-rekan NATO di Brussel.
Sejak Rusia menginvasi Ukraina hampir tiga tahun lalu, Moskow telah dituduh melakukan banyak operasi di seluruh Eropa. Para pejabat Barat juga menyalahkan Rusia atas serangkaian insiden, termasuk putusnya kabel bawah laut antara Jerman dan Finlandia.
1. Eropa perlu mengirim sinyal tidak akan menoleransi tindakan Rusia
Menurut Lipavsky, tahun ini adalah sekitar 500 insiden mencurigakan yang terjadi di Eropa. Sebanyak 100 insiden di antaranya terkait Rusia. Dilansir The Guardian, dia mengatakan bahwa Eropa perlu mengirimkan sinyal kuat ke Moskow, bahwa hal tersebut tidak akan ditoleransi.
Selama pertemuan Menteri Luar Negeri anggota NATO, isu ancaman hibrida Rusia menjadi salah satu topik utama yang dibahas. Sekretaris Jenderal Mark Rutte mengatakan, Rusia dan China telah mencoba mengganggu stabilitas dan memecah belah masyarakat dengan tindakan sabotase, serangan siber dan pemerasan energi.
2. Tindakan kampanye sabotase Rusia yang gegabah
Kepala MI6 Inggris, Richard Moore, telah mengatakan kekhawatiran terkait kejadian yang mencurigakan oleh Rusia.
"Baru-baru ini kami mengungkap kampanye sabotase Rusia yang sangat gegabah di Eropa, bahkan saat Putin dan para pengikutnya menggunakan ancaman nuklir untuk menebar ketakutan akan konsekuensi dari membantu Ukraina," katanya pada Jumat (29/11/2024), dikutip Euro News.
Menurutnya, aktivitas dan retorika seperti itu berbahaya dan tidak bertanggung jawab. Di sisi lain, Nicolas Lerner, kepala intelijen luar negeri Prancis, mengatakan bahwa keamanan kolektif seluruh Eropa dipertaruhkan di Ukraina.
3. Kepala NATO desak anggota tingkatkan anggaran pertahanan

Dalam pertemuan para Menteri Luar Negeri anggota NATO di Brussel, Sekjen Rutte mendesak anggota aliansi untuk meningkatkan anggaran pertahanan. Menurutnya, 2 persen anggaran pertahanan dari PDB saat ini tidaklah cukup.
"Kita sekarang bisa membela diri, dan tak seorang pun boleh mencoba menyerang kita. Namun saya ingin keadaan ini tetap sama dalam empat atau lima tahun," katanya, dikutip Al Jazeera.
Penetapan anggaran 2 persen dari PDB untuk pertahanan bagi anggota NATO, dilakukan sejak 2014. Namun hingga saat ini, hanya tiga negara yang memenuhi target tersebut. NATO memperkirakan, 23 dari 32 anggotanya akan memenuhi target itu tahun ini.
Namun sejak Rusia menginvasi Ukraina, angka 2 persen itu disepakati harus menjadi batas minimum, bukan maksimum. Para pejabat senior NATO mengatakan bahwa mungkin harus menghabiskan hingga 3 persen PDB untuk belanja pertahanan demi suksesnya keamanan.