Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Survei Menteri Prabowo Paling Tidak Dikenal: Hanif, Dudy, dan Rini

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPANRB), Rini Widyantini (dok. KemenPANRB)

Jakarta, IDN Times - Lembaga Indikator Politik Indonesia mengungkap hasil survei terkait popularitas atau tingkat kedikenalan jajaran menteri Kabinet Merah Putih.

Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, menjelaskan hasil surveinya mendapati masih banyak menteri yang popularitasnya di bawah 10 persen.

1. Hanif Faisol Nurofiq, Dudy Purwagandhi, dan Rini Widiyantini menteri dengan popularitas terburuk

(dok. Indikator Politik)

Survei itu mencatat, jajaran menteri atau pejabat di Kabinet Merah Putih yang paling tidak dikenal ialah Menteri Lingkungan Hidup (LH)/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH), Hanif Faisol Nurofiq, dengan popularitas hanya 5 persen. 

Lalu, kedua Menteri Perhubungan (Menhub), Dudy Purwagandhi, 6 persen; Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPANRB), Rini Widyantini 6 persen; dan Menteri Transmigrasi, M Iftitah Suryanagara 6,2 persen.

2. Tingkat kepuasan masyarakat terhadap menteri rendah karena tidak populer

Menteri Transmigrasi M Iftitah Sulaiman Suryanagara dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman menandatangani Kesepakatan Bersama (MoU) antara kedua Kementerian, Kamis (9/1/25), di kantor Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta. (Dok. Kemendesa)

Burhanuddin menjelaskan, rendahnya popularitas tersebut mengakibatkan rendahnya persepsi kepuasan masyarakat terhadap kinerja menteri-menteri yang bersangkutan.

"Tingkat kepuasannya (menteri) kurang karena tingkat dikenalannya rendah. Jadi bagaimana mau mempersepsi tingkat kepuasan atas kinerjanya tinggi, kalau sebagian besar nama-nama menteri tingkat kedikenalannya di bawah 10 persen," ucap dia dalam rilis survei secara daring, Senin (27/1/2025).

3. Tingkat popularitas menteri di era Prabowo lebih rendah jika dibandingkan presiden sebelumnya

Presiden Prabowo Subianto (dok. Sekretariat Presiden)

Lebih lanjut, Burhanuddin mengatakan, popularitas menteri di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto sangat rendah jika dibandingkan presiden sebelumnya. 

Kendati begitu, menurut Burhanuddin, menteri-menteri yang popularitasnya masih rendah masih punya kesempatan untuk lebih bisa dikenal publik.

"Jadi kita menemukan satu pola yang menarik dan tentu saja masih ada waktu buat mereka untuk mengejar popularitas. Tapi kalau kita bandingkan popularitas menteri-menteri pada masa presiden sebelumnya, ini (era Prabowo) banyak sekali popularitas menteri yang di bawah 10 persen," kata dia.

"Kalau di periode sebelumnya popularitas menteri di waktu 100 hari pemerintahan Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) atau Mega atau Jokowi itu yang popularitasnya di bawah 10 persen tidak sebanyak ini," sambung Burhanuddin.

Burhanuddin juga menduga minimnya popularitas beberapa menteri era Prabowo karena banyaknya nama-nama yang masuk kabinet. 

"Mungkin karena jumlah menterinya lebih banyak sekarang dibandingkan sebelumnya," imbuh dia.

Diketahui, survei tersebut dilaksanakan pada 16 sampai 21 Januari 2025. Populasi survei ini adalah seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini jumlah sampel 1.220 orang. Dengan asumsi metode simple random sampling dan toleransi kesalahan (margin of emor—MoE) sekitar kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel berasal dari seluruh Provinsi di Indonesia yang terdistribusi secara proporsional.

Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random 20 persen dari total sampel oleh supervisor, dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check).

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rochmanudin Wijaya
Yosafat Diva Bayu Wisesa
Rochmanudin Wijaya
EditorRochmanudin Wijaya
Follow Us