Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tampil Perdana di Kancah Nasional, Teater Rumahmata Pukau Penonton

IDN Times/ Masdalena Napitupulu

Jakarta, IDN Times - Pertunjukan Teater Rumahmata sukses memukau banyak penonton yang datang ke Pekan Teater Nasional di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Sabtu (13/10).

Dalam penampilannya kali ini, Teater Rumahmata mengisahkan jejak kehidupan yang pernah ada di bawah tanah Situs Kota Cina yang berlokasi di Paya Pasir, Kota Medan, Sumatera Utara.

Para pemain dalam teater ini memerankan sejumlah artefak, seperti batu (arca, lingga yoni, candi, nisan), kayu (kapal), tanah (tembikar, bata, keramik), kaca (manik-manik), dan logam (perunggu, emas, tembaga). Artefak-artefak tersebut menggambarkan kehidupan di bawah tanah Sistus Kota Cina.

1. Untuk pertama kalinya Teater Rumahmata tampil di kancah nasional

IDN Times/ Masdalena Napitupulu

Sutradara Agus Susilo mengatakan dirinya sangat bahagia bisa tampil di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Sebab ini pertama kalinya ia dan tim tampil di sini. Penampilannya di Taman Ismail Marzuki sekaligus menandakan kehadirannya di pentas teater nasional.

“Saya merasa, senang, haru dan bangga bisa tampil di Graha Bakti Taman Ismail Marzuki ini. Untuk pertama kali teater Rumahmata ini tampil di sini,” katanya penuh rasa haru kepada IDN Times, Sabtu (13/10).

Rasa haru juga dirasakan salah seorang aktor bernama Hardi Prasetio Bukit yang memerankan kapal dan robot. "Ini bentuk kemajuan teater daerah, khususnya kota Medan," ujar Hardi.

2. Menyuguhkan cerita tentang sebuah kota kosmopolitan yang berdiri sebelum Kota Medan

IDN Times/ Masdalena Napitupulu

Agus Susilo mengatakan teater ini mengisahkan sebuah kota kosmopolitan yang berdiri jauh sebelum Kota Medan lahir. 

“Lewat pertunjukan Repro-Diksi Tanda, kita seakan kembali mengenal jejak-jejak peradaban Kota Medan yang terekam pada artefak di museum Situs Kota Cina pada masa kejayaan dan hingga kini kehilangan identitasnya,” kata Agus.

Artefak-artefak di Situs Kota Cina ini, Agus melanjutkan, selalu berkaitan dengan ritual yang dilakukan di candi dan harmonisasi pembauran berbagai kebudayaan Karo, Melayu, India dan Cina.

3. Pertunjukan teater ini menyentil pembangunan Kota Medan yang mengabaikan keharmonisan ekosistem dan kehidupan

IDN Times/ Masdalena Napitupulu

Agus Susilo mengatakan penampilan teaternya sejatinya adalah kritikan terhadap pembangunan Kota Medan yang mengabaikan keharmonisan ekosistem dan kehidupan.

“Mereka menampilkan kehidupan manusia yang timbul tenggelam dalam Kota Sampah,” kata Agus saat ditemui IDN Times di Taman Ismail Marzuki. 

Tentunya, Repro-Diksi Tanda juga tak lepas dari pelajaran sejarah, humanisme, kebudayaan, sosial, religi, wisata dan bahasa.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
Masdalena Napitupulu
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us