Tangis Jemaah Haji Termuda Teringat Mendiang Sang Ibu di Tanah Suci

- Muhammad Addien, 18 tahun, berangkat haji sebagai salah satu jemaah termuda
- Ia sangat sedih karena harus menggantikan ibunya yang meninggal dunia 1,6 tahun lalu
- Adin berhaji bersama ayahnya dan merasa berhaji di masa muda adalah rezeki yang tidak semua orang bisa rasakan
Madinah, IDN Times - Jemaah 18 tahun asal Aceh, Muhammad Addien, salah satu jemaah haji termuda yang beruntung bisa menunaikan ibadah haji tahun ini. Tapi kesedihan tak bisa disembunyikan pemuda bernama lengkap Muhammad Addien Iningtias itu.
Saat memasuki Paviliun B Bandar Udara King Abdul Aziz, Rabu malam, 21 Mei 2025, matanya berkaca-kaca. Air matanya membasahi wajahnya. Ia mendekati ayahnya sambil meminta izin ke kamar kecil.
1. Muhammad Addien teringat mendiang ibunya

Remaja yang akrab disapa Adin itu berangkat ke tanah suci bersama rombongan Kloter BTJ-04 asal Embarkasi Banda Aceh. Dia mengaku tak bisa menahan kesedihannya mengingat wajah ibunya, Maylia Rosi, yang meninggal dunia pada 1,6 tahun lalu.
“Saya teringat ibu, itu yang tidak bisa saya lupakan. Seandainya bisa diganti, biarkan ibu yang ke sini untuk menyempurnakan indahnya,” tutur mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala ini, terisak.
Bagi Adin, sang ibu adalah segalanya. Tanpa ibu, kata anak kedua dari tiga bersaudara ini, semua tak ada artinya.
“Ibu saya adalah segalanya bagiku. Biarkan saya mendoakannya di tanah haram ini. Itu yang paling utama,” kata Adin yang lahir di Meulaboh 20 Februari 2007.
2. Muhammad Addien haji bareng ayahnya

Adin berhaji tahun ini bersama ayahnya, Mahrizal Idris Husein, 54 tahun. Ia datang menggantikan ibunya yang meninggal dunia akibat stroke. Menurut dia berhaji di masa muda adalah rezeki yang tidak semua orang bisa merasakan, tetapi yang paling penting bagaimana bisa berhaji dengan hasil keringat sendiri.
“Saya hanya bisa membalas dengan doa-doa untuk ibu di depan Baitullah,” ungkapnya.
3. Impian Mahrizal berhaji bareng istri pupus

Ayah Muhammad Addien, Mahrizal, mengaku sangat sedih tanpa kehadiran istrinya menunaikan ibadah haji. Impiannya bersama ke tanah suci ini merupakan kata terindah untuk menyempurnakan hidupnya sebagai keluarga sederhana.
“Tapi takdir kita tak bisa tolak. Semuanya sudah diatur Sang Maha Kuasa. Inshaallah doa terbaik dari anak dan suaminya di tanah haram ini mengiringinya,” tutur mantan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar, Meulaboh, Aceh Barat ini.