Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tiga Kondisi Kesehatan yang Dideteksi di Program Cek Kesehatan Gratis

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maria Endang Sumiwi saat ditemui di Puskesmas Tanah Abang, Jakarta, Senin (10/2/2025) (IDN Times/Lia Hutasoit)
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maria Endang Sumiwi saat ditemui di Puskesmas Tanah Abang, Jakarta, Senin (10/2/2025) (IDN Times/Lia Hutasoit)

Jakarta, IDN Times - Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Maria Endang Sumiwi, mengatakan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) bertujuan untuk mengubah pendekatan kesehatan dari kuratif ke preventif, dengan fokus utama pada pencegahan penyakit yang dapat menyebabkan kematian.

Maria menjelaskan, Indonesia punya beban kesehatan yang tinggi, dengan usia harapan hidup hanya 74 tahun, lebih rendah dibandingkan negara lain seperti Jepang yang mencapai 84 tahun. Penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian di Indonesia seperti jantung, stroke, dan kanker, semuanya dapat dicegah atau dikelola dengan lebih murah jika ditangani secara dini.

"Padahal semua itu bisa dicegah atau kalau ditangani dini itu lebih murah. Jadi kita tujuannya dua. Sehingga ini mengubah dari kuratif menjadi preventif. Karena bisa mencegah dengan periksa dini. Kita bisa mendeteksi tiga kondisi," kata dia saat ditemui di Puskesmas Tanah Abang, Jakarta, Senin (10/2/2025).

1. Kondisi normal tapi berisiko dan yang berpotensi jadi penyakit serius

Suasana hari pertama pelaksanaan program Cek Kesehatan Gratis (CKG), salah satunya di Puskesmas Tanah Abang, Senin (10/2/2025) (IDN Times/Lia Hutasoit)
Suasana hari pertama pelaksanaan program Cek Kesehatan Gratis (CKG), salah satunya di Puskesmas Tanah Abang, Senin (10/2/2025) (IDN Times/Lia Hutasoit)

Tiga kondisi yang menjadi fokus deteksi yang dimaskud adalah pertama, kondisi normal namun berisiko, seperti seseorang yang tidak merokok tetapi jarang beraktivitas fisik. Kedua, kondisi borderline, seperti pre-diabetes atau pre-hipertensi yang berisiko berkembang menjadi penyakit lebih serius.

"Nanti kita akan cenderung hipertensi. Lalu gula darah juga gitu. Ada borderline. Namanya pre-diabetes, pre-hipertensi. Diabetes dan hipertensi ini nanti induk ya, induk dari kemungkinan jantung, stroke, dan gagal ginjal. Yang pre-pre ini kita bisa modifikasi. Kita kasih tata laksana, jangan sampai gula, jangan sampai DM, jangan sampai hipertensi. Jadi kita tangkap yang borderline," kata Maria.

2. Kondisi sakit yang terdeteksi di tahap awal

Suasana hari pertama pelaksanaan program Cek Kesehatan Gratis (CKG), salah satunya di Puskesmas Tanah Abang, Senin (10/2/2025) (IDN Times/Lia Hutasoit)
Suasana hari pertama pelaksanaan program Cek Kesehatan Gratis (CKG), salah satunya di Puskesmas Tanah Abang, Senin (10/2/2025) (IDN Times/Lia Hutasoit)

Kemudian kodisi ketiga yang jadi fokus deteksi adalah kondisi sakit yang terdeteksi di tahap awal, seperti diabetes, hipertensi, atau kanker stadium 1. Deteksi dini memungkinkan penanganan yang lebih efektif dan dapat meningkatkan peluang hidup pasien.

"Kemungkinan hidupnya 90 persen tapi kalau stadium empat kemungkinan hidupnya ini cuma 10 persen. Jadi ini penyakit-penyakit yang kalau kita deteksi di awal, kita manage dengan baik, komplikasi-komplikasi yang menyebabkan kematian itu bisa kita cek. Jadi tujuannya mengeteksi tiga itu, ya. Yang normal tapi berisiko. Yang borderline, supaya tidak jadi sakit. Lalu yang sakit, tapi kita deteksi dini, supaya bisa kita manage," kata Maria.

3. Akan evaluasi dari data yang masuk sesuai hasil kondisi pemeriksaan

Seorang masyarakat lanjut usia (lansia) melakukan pemeriksaan kesehatan mata menggunakan layanan Cek Kesehatan Gratis (IDN Times/Prayugo Utomo)
Seorang masyarakat lanjut usia (lansia) melakukan pemeriksaan kesehatan mata menggunakan layanan Cek Kesehatan Gratis (IDN Times/Prayugo Utomo)

Maria menjelaskan, untuk targetnya, Cek Kesehatan Gratis menargetkan cakupan 400 ribu orang dalam enam bulan pertama, yang merupakan 50 persen dari total sasaran. Fokus evaluasi saat ini adalah pada cakupan dan efisiensi, dengan target 80 dari perkiraan bulanan.

Maria mengatakan meskipun mungkin baru tercapai sekitar 30-50 persen di awal, pihaknya akan mengejar target cakupan secara bertahap.

"Untuk saat ini, karena ini baru mulai ya, target kita baru cakupan. Jadi kita harus mencakup sebanyak banyaknya dulu. Jadi ini berapa masyarakat yang periksa dan seterusnya. Sesudah itu kita akan evaluasi dari data kita," katanya.

"Pola kita tuh gimana sih? Lebih banyak yang udah sakit misalnya atau lebih banyak yang borderline atau lebih banyak yang udah baik-baik aja tapi risikonya tinggi. Nah itu nanti kita akan evaluasi dari data yang masuk ya. Tapi untuk saat ini, performance kita diukur dari cakupan,"  ujar Maria.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lia Hutasoit
EditorLia Hutasoit
Follow Us