Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Umrah Indonesia Segera Dibuka jika Kemenkes Saudi Terbitkan Edaran Ini

Suasana memperlihatkan Ka'bah saat umat Muslim menjaga jarak sosial saat melakukan Tawaf mereka yang terakhit, memperingati berakhirnya musim Haji di tengah pandemi penyakit virus korona (COVID-19), di kota suci Mekah, Arab Saudi, Minggu (2/8/2020). Foto diambil tanggal 2 Agustus 2020 (ANTARA FOTO/Sultan Al-Masoudi)
Suasana memperlihatkan Ka'bah saat umat Muslim menjaga jarak sosial saat melakukan Tawaf mereka yang terakhit, memperingati berakhirnya musim Haji di tengah pandemi penyakit virus korona (COVID-19), di kota suci Mekah, Arab Saudi, Minggu (2/8/2020). Foto diambil tanggal 2 Agustus 2020 (ANTARA FOTO/Sultan Al-Masoudi)

Jakarta, IDN Times – Menteri Agama (Menag) RI, Yaqut Cholil Qoumas, mengatakan bahwa hambatan umrah kali ini adalah permasalahan internal lintas kementerian Kerajaan Arab Saudi. Kata Yaqut, Kementerian Haji dan Umrah belum menerima surat edaran dari Kementerian Kesehatan terkait pemberian vaksin COVID-19 dosis booster sebagai syarat wajib umrah.

Sebagai informasi, Kerajaan Saudi hanya mengotorisasi empat jenis vaksin, yaitu Pfizer-BioNTech, Moderna, Johnson & Johnon, dan AstraZeneca. Hanya mereka yang sudah disuntik empat jenis vaksin di atas yang boleh memasuki Saudi dan berumrah.

Adapun solusi untuk negara seperti Indonesia, yang mayoritas menggunakan vaksin Sinovac dan Sinopharm buatan China, adalah memberikan dosis booster dari empat jenis vaksin di atas.

“Jadi Kementerian Haji Saudi menunggu keterangan tertulis dari Kementerian Kesehatan Saudi terkait Sinovac plus booster. Problem internal mereka kira-kira dalam satu minggu akan tuntas,” kata Yaqut dalam rapat kerja bersama Komisi VIII DPR RI, yang disiarkan melalui akun YouTube Komisi VIII DPR RI Channel, Senin (30/8/2021).

1. Menag akan ke Saudi untuk serangkaian lobi

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (ANTARA FOTO)
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (ANTARA FOTO)

Untuk menjamin permasalahan internal itu tuntas secepat-cepatnya, Yaqut beserta jajarannya berencana untuk mengunjungi Saudi dalam waktu dekat.

“Kami akan segera ke Arab Saudi untuk memperjelas hal ini. Mudah-mudahan ada kabar baik dari sana,” ujar Yaqut.

“Kemudian, jika (Kementerian Haji dan Umroh) sudah menerima (surat edaran) tertulis, insyaallah umroh untuk Indonesia akan dibuka. Nanti itu yang akan kita bicarakan di Saudi,” sambung dia.

2. Kemenag berharap jamaah bisa berumroh secara normal

Umat Muslim memakai masker pelindung dan menjaga jarak sosial melakukan Tawaf mengelilingi Ka'bah dalam musim Haji di tengah pandemi penyakit virus korona (COVID-19) di kota suci Mekah, Arab Saudi, Jumat (31/7/2020) (ANTARA FOTO/Saudi Press Agency/Handout via REUTERS)
Umat Muslim memakai masker pelindung dan menjaga jarak sosial melakukan Tawaf mengelilingi Ka'bah dalam musim Haji di tengah pandemi penyakit virus korona (COVID-19) di kota suci Mekah, Arab Saudi, Jumat (31/7/2020) (ANTARA FOTO/Saudi Press Agency/Handout via REUTERS)

Selain itu, Yaqut juga akan melobi otoritas Saudi agar jamaah bisa menjalankan rangkaian ibadah umrah secara normal.

“Paket umrah (di masa pandemik) hanya boleh 1 kali umrah, hanya umrah wajib saja, tapi keluar masuk salat bebas setiap waktu. Kita juga harus mendiskusikan kembali soal ini,” tutur lelaki kelahiran Rembang itu.

“Ini kan bagian dari lobi, yang penting kita ikhtiar,” tambahnya.

3. Indonesia melobi agar jamaah umrah tidak perlu karantina

Ilustrasi jemaah umrah. Dok. Humas Bandara SAMS Sepinggan
Ilustrasi jemaah umrah. Dok. Humas Bandara SAMS Sepinggan

Kemudian, Kementerian Agama juga berharap otoritas Saudi akan mengizinkan jamaah untuk berumrah tanpa menjalani karantina. Isu itu menjadi sorotan sebab ada warga Indonesia yang memaksakan diri untuk umrah di tengah pandemik COVID-19 dan menghabiskan waktu lebih dari 30 hari.

“Itu 14 hari karantina di negara ke-3, delapan hari karantina di sini (kembali dari umroh), karantina saja sudah 22 hari, sama umroh 10 hari, biayanya jadi 67 juta,” terang Yaqut, terkait rencana untuk melobi mereka yang sudah divaksinasi dosis lengkap plus booster agar tidak menjalani karantina.

“Komunikasi terakhir kami, QR Code sertifikat vaksin mutlak ada, diperlukan dua sertifikat, Sinovac plus booster atau Sinopharm plus booster. Saya kira ini otoritas Saudi menentukan booster. Yang kita lobi adalah agar booster itu tidak harus empat vaksin yang sudah disebutkan,” ujar dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Eddy Rusmanto
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us