14 Ribu Bayi di Gaza Berisiko Meninggal Jika Bantuan Tak Kunjung Tiba

Jakarta, IDN Times - Kepala kemanusiaan PBB (OCHA), Tom Fletcher, memperingatkan bahwa 14 ribu bayi di Jalur Gaza bisa meninggal dalam 48 jam ke depan jika truk bantuan tidak sampai di wilayah tersebut.
Ia mengungkapkan bahwa ribuan truk yang membawa makanan bayi dan perlengkapan nutrisi sudan siap memasuki Gaza, tetapi masih tertahan di perbatasan.
"Ini bukan makanan yang akan dicuri oleh Hamas. Kami menghadapi risiko penjarahan. Kami berisiko terkena serangan akibat operasi militer Israel. Kami menghadapi berbagai macam risiko saat mengantarkan makanan bayi itu kepada para ibu yang saat ini tidak bisa memberi makan anak-anak mereka karena mereka kekurangan gizi," kata Fletcher pada Selasa (20/5/2025), dikutip dari BBC .
1. Israel izinkan bantuan masuk ke Gaza dalam jumlah terbatas
Pada Senin (19/5/2025), Israel mengizinkan lima truk bantuan yang membawa makanan bayi dan perlengkapan penting lainnya masuk ke Gaza melalui penyeberangan Kerem Shalom. Ini menandai pengiriman bantuan pertama di wilayah Palestina tersebut setelah hampir 3 bulan blokade
Meskipun menyambut baik langkah tersebut, Fletcher mengungkapkan bahwa jumlah bantuan yang dikirimkan ibarat setetes air di lautan dan sama sekali tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan 2,1 juta penduduk Gaza. Ia juga menambahkan bahwa bantuan tersebut belum sampai ke masyarakat yang membutuhkan.
Krisis kemanusiaan di Gaza telah meningkat drastis sejak Israel menerapkan blokade total pada awal Maret 2025, yang menghalangi masuknya makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.
Menurut Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), satu dari lima warga Gaza menghadapi kelaparan, dan hampir 71 ribu anak di bawah usia 5 tahun berisiko mengalami kekurangan gizi akut.
2. Inggris, Prancis, dan Kanada desak Israel hentikan serangan dan blokade
Sementara itu, tekanan internasional terhadap Israel terus meningkat. Pada Senin, Inggris, Prancis, dan Kanada mengancam akan mengambil tindakan konkret terhadap Israel jika negara tersebut tidak mencabut pembatasan bantuan dan menghentikan serangan terbarunya di Gaza.
"Kami sangat menentang perluasan operasi militer Israel di Gaza. Tingkat penderitaan manusia di Gaza tidak dapat ditoleransi," kata para pemimpin negara tersebut dalam sebuah pernyataan bersama, dikutip dari Al Jazeera.
Sebagai tanggapan, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menuduh ketiga negara tersebut menawarkan hadiah besar kepada kelompok Palestina Hamas, yang masih menahan puluhan sandera Israel.
Sebelumnya pada Minggu (18/5/2025), Netanyahu mengatakan bahwa negaranya akan mengizinkan beberapa truk bantuan masuk ke Gaza demi mencegah terjadinya krisis kelaparan di sana. Hal ini disebut diperlukan demi kepentingan diplomatik Israel.
3. Lebih dari 300 warga Palestina tewas dalam 3 hari terakhir
Sementara itu, serangan udara Israel di Jalur Gaza semakin intensif. Sedikitnya 60 orang tewas pada Senin, dengan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Menurut kementerian kesehatan, lebih dari 300 warga Palestina tewas di Gaza dalam 3 hari terakhir, dilansir dari Middle East Eye.
PBB juga mengatakan bahwa orang-orang meninggal akibat penyakit yang sebenarnya dapat dicegah lantaran obat-obatan tertahan di perbatasan. Selain itu, serangan terhadap rumah sakit membuat warga tidak dapat mengakses perawatan.
Rumah Sakit Eropa Gaza di Khan Younis, Gaza selatan, dan Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara kini tidak lagi dapat beroperasi akibat serangan Israel selama sepekan terakhir. Hal ini menyebabkan ribuan orang terpaksa dievakuasi dan akses terhadap layanan medis penting bagi komunitas yang sudah sangat rentan pun terputus.