Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

26 Orang Tewas pada Aksi Protes Terhadap Israel di Lebanon Selatan

Bendera Lebanon berkibar. (Unsplash.com/Charbel Karam)
Intinya sih...
  • Protes di Lebanon Selatan terhadap keberadaan pasukan Israel menewaskan 26 orang dalam dua hari
  • Israel menolak penarikan pasukannya dengan alasan Pasukan Nasional Lebanon belum dikerahkan sepenuhnya ke wilayah perbatasan
  • Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah mengalami kendala, dimulai dari perang Gaza pada Oktober tahun lalu

Jakarta, IDN Times – Protes warga sipil di Lebanon Selatan terhadap keberadaan pasukan Israel yang tak kunjung menarik diri, menimbulkan korban jiwa. Menurut laporan terbaru, Senin (27/1/2025) jumlah korban tewas secara keseluruhan mencapai 26 orang.

Aksi protes telah berlangsung sejak Minggu (26/1/2025). Bentrokan terjadi saat warga Lebanon mulai kembali ke desanya masing-masing di sepanjang perbatasan.

“Penembakan oleh pasukan Israel menewaskan dua orang dan melukai 17 orang lainnya pada hari Senin dalam hari kedua protes mematikan di Lebanon selatan,” kata Pejabat Kesehatan Lebanon, dilansir ABC News.

Sehari sebelumnya, 24 orang tewas dan lebih dari 130 orang terluka. Pasukan Israel menembaki para pengunjuk rasa yang melanggar blokade jalan yang didirikan di sepanjang perbatasan.

1. Seruan agar Israel angkat kaki dari Lebanon

Arsip - Pasukan IDF setelah pertempuran di Lebanon pada Agustus 2006. (commons.wikimedia.org/Israeli Defence Forces Spokesperson's Unit)

Aksi protes bermuara pada upaya Israel untuk memperpanjang waktu penarikan dari Lebanon Selatan. Penarikan yang dijadwalkan berlangsung 60 hari selama gencatan senjata sejak November 2024 itu tak dipenuhi oleh Israel.

Amerika Serikat (AS) kemudian mengajukan penambahan waktu hingga 18 Februari 2025 mendatang. Namun, pengajuan itu ditolak oleh Hizbullah.

Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, mengatakan, pihaknya tak akan menyanggupi penambahan waktu penarikan bagi Israel sehari pun. Sebab, kata dia, 60 hari sudah cukup lama.

"Tidak seorang pun di Lebanon dapat menerima perpanjangan (penarikan pasukan Israel) sedetik pun. Israel harus keluar. Segala akibat dari penundaan penarikan pasukan akan menjadi tanggung jawab PBB, AS, Prancis, dan entitas Israel," kata Qassem, dilansir Reuters.

Namun demikian, perpanjangan masa gencatan senjata telah disetujui oleh Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati.

2. Israel minta maksimalkan pengerahan Pasukan Nasional Lebanon terlebih dahulu

Adapun Israel berdalih bahwa mereka enggan menarik seluruh pasukannya karena Pasukan Nasional Lebanon belum dikerahkan sepenuhnya ke wilayah perbatasan, sesuai dengan perjanjian. Di sisi lain, Pasukan Nasional Lebanon meminta agar Israel angkat kaki terlebih dahulu, dilansir Times of Israel.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, dalam sebuah cuitannya di X memperingatkan agar gencatan senjata tetap dipatuhi. Ia berjanji akan membalas siapa pun yang menghancurkan kesepakatan itu.

"Kami akan terus menegakkan gencatan senjata di wilayah utara dan selatan. Siapa pun yang melanggar aturan atau mengancam IDF, akan membayar harga penuh,” katanya.

Pernyataan Katz juga mengacu pada gencatan senjata dalam perang Gaza yang dimulai Minggu lalu dan juga mengalami kendala selama beberapa hari terakhir.

3. Gencatan senjata telah berlangsung selama dua bulan

Pasukan Hizbullah berbaris di sebuah upacara. (commons.wikimedia.org/Khamenei.ir)

Kesepakatan pada 27 November 2024 mengakhiri perang skala penuh selama dua bulan yang diikuti oleh pertukaran senjata dengan intensitas rendah selama berbulan-bulan. Israel dan Hizbullah telah berkonfrontasi tak lama sejak dimulainya perang Gaza pada Oktober tahun lalu.

Israel mengintensifkan kampanyenya melawan Hizbullah pada September 2024. Mereka melancarkan serangkaian pukulan yang menghancurkan terhadap pimpinan kelompok tersebut dan menewaskan mantan Sekjen Hassan Nasrallah sebelum melancarkan invasi darat di Lebanon selatan.

Adapun Hizbullah telah menyerahkan tanggung jawab kepada pemerintah Lebanon untuk memastikan penarikan pasukan IDF dari wilayahnya. Mereka menggambarkan kegagalan Israel meninggalkan Lebanon selatan pada batas waktu sebagai pelanggaran perjanjian.

Kesepakatan gencatan senjata tersebut menetapkan bahwa Hizbullah harus menarik pasukannya ke utara Sungai Litani atau sekitar 30 kilometer dari perbatasan. Mereka juga harus membongkar infrastruktur militer yang tersisa di selatan. Militer Lebanon akan dikerahkan bersama pasukan penjaga perdamaian PBB di selatan saat tentara Israel mundur.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zidan Patrio
EditorZidan Patrio
Follow Us