Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Chris Hipkins, Calon PM Selandia Baru usai Mundurnya Ardern 

Potret Chris Hipkins, Menteri Pendidikan Selandia Baru yang menjadi kandidat Perdana Menteri baru (twitter.com/chrishipkins)

Jakarta, IDN Times - Menteri Pendidikan Selandia Baru, Chris Hipkins diprediksi akan menjadi perdana menteri untuk menggantikan Jacinda Ardern. Hal itu dipastikan setelah ia menjadi satu-satunya kandidat dari partai buruh yang berkuasa.

Sebelumnya, publik Selandia Baru dikejutkan dengan pengumuman undur diri Ardern setelah lima setengah tahun menjabat sebagai Perdana Menteri Selandia Baru.

1. Satu-satunya kandidat dari partai buruh yang layak jadi PM Selandia baru

Melansir Associated Press, minimnya kandidat lain membuat partai buruh menunjuk Hipkins. Selain itu, penunjukan menteri pendidikan itu untuk menghindari kontes berlarut-larut dan potensi perpecahan setelah Ardern mundur.

Penetapan Hipkins sebagai pemimpin Selandia Baru akan dilakukan saat rapat 64 anggota parlemen dari partai buruh digelar pada Minggu (22/1/2023).

“Saya benar-benar rendah hati dan sangat bangga menerima ini. Itu adalah tanggung jawab terbesar dan hak istimewa terbesar dalam hidup saya.” kata Hipkins di Wellington pada Sabtu (21/1/2023), dilansir Associated Press.

2. Berjasa tangani pandemi saat menjabat sebagai menteri COVID-19

Pria berusia 44 tahun itu hanya memiliki waktu lebih dari delapan bulan sebelum mengikuti pemilihan umum. Survei membuktikan bahwa Partai Buruh masih tertinggal dari lawan utamanya yakni Partai Nasional yang konservatif.

Hipkins menjadi populer setelah ia berhasil menangani krisis akibat pandemi covid. Namun dia dan kaum liberal lainnya telah lama berada dibawah bayang-bayang Ardern, yang menunjukan gaya kepemimpinan baru untuk negara kiwi itu.

3. Hipkins menjabat sebagai menteri kepolisian dan pelayanan publik

Ilustrasi parlemen (unsplash.com/Marco Oriolesi)

Selain menjadi menteri pendidikan, Hipkins juga menjabat sebagai menteri kepolisian, pelayanan publik dan ketua DPR. Sebagai ketua DPR, dia dikenal handal dalam mengatasi masalah politik yang muncul akibat ulah anggota parlemen lainnya. 

"Jacinda Ardern telah menjadi perdana menteri yang luar biasa untuk Selandia Baru, Dia adalah pemimpin yang kami butuhkan pada saat kami membutuhkannya." kata Hipkins saat ditanya soal kepemimpinan Ardern, dilansir dari Associated Press.

4. Hipkins pernah serukan publik untuk keluar rumah saat lockdown

Ilustrasi lockdown (IDN Times/Arief Rahmat)

Kendati begitu, Hipkins pernah melakukan pernyataan blunder. Semasa lockdown diberlakukan, ia mengatakan bahwa masyarakat bisa keluar dari rumahnya. Komentar itu disambut baik oleh warga yang kontra dengan kebijakan tersebut.

HIpkins menjelaskan tidak akan mengumumkan perubahan kebijakan sebelum pemungutan suara pada Minggu digelar. Calon perdana menteri itu yakin bisa memenangkan pemilihan dan memberikan penghormatan kepada Ardern.

5. Tekanan publik memicu Ardern untuk mengundurkan diri

Potret PM Selandia Baru, Jacinda Ardern (Instagram.com/Jacinda Ardern)

Melansir ABC News, Ardern terpilih sebagai Perdana Menteri saat berusia 37 tahun. Meski tergolong muda, langkahnya dalam menangani penyebaran COVID-19 mendapat pujian dari seluruh dunia.

Meski begitu, Ardern mendapat tekanan politik dan kecaman yang tinggi, baik dari warganya maupun pemimpin sebelumnya. Selain itu, ia kerap mendapatkan ujaran kebencian dan pesan misoginis di media sosial.

Sambil menahan air mata saat pengumuman undur diri, Ardern mengatakan bahwa dia akan meninggalkan jabatannya paling lambat pada 7 Februari. 

“Saya tahu apa yang dibutuhkan pekerjaan ini, dan saya tahu bahwa saya tidak lagi memiliki cukup tenaga untuk melakukannya dengan adil. Sesederhana itu, ” kata Ardern, dilansir ABC News.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us