5 Fakta Penting Hasil Pertemuan Trump dan Zelenskyy di Gedung Putih

- Trump menunjukkan sikap santun terhadap Zelenskyy dan ramah kepada para pemimpin Eropa, dengan janji kemungkinan pertemuan trilateral antara dirinya, Zelenskyy, dan Putin.
- Kehadiran pemimpin Eropa di Washington menjadi dukungan signifikan bagi Zelenskyy, sekaligus mencegah terulangnya insiden memalukan di Oval Office beberapa bulan lalu.
- Topik gencatan senjata kembali muncul setelah menjadi fokus pertemuan Trump-Putin di Alaska pekan lalu, dengan perbedaan pandangan soal gencatan senjata yang bisa dimanfaatkan Putin.
Presiden AS Donald Trump bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Gedung Putih, Senin (19/8/2025), dalam upaya mempercepat pencarian solusi akhir untuk perang yang telah berlangsung tiga setengah tahun.
Sejumlah pemimpin Eropa hadir dalam pertemuan ini. Kanselir Jerman Friedrich Merz, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni turut hadir. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen serta Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte juga hadir mendampingi.
Pertemuan ini berjalan berbeda jauh dibanding insiden Februari lalu di Oval Office, ketika Trump dan Wakil Presiden Vance mengkritik Zelenskyy dengan panjang lebar. Kali ini suasana lebih positif dan bersahabat.
Dilansir Yahoo! News, berikut adalah fakta penting dari pertemuan Trump-Zelenskyy terkait konflik Rusia-Ukraina.
1. Positif, namun masih belum pasti
Trump menunjukkan sikap santun terhadap Zelenskyy dan ramah kepada para pemimpin Eropa, dengan siapa hubungan sebelumnya cukup tegang. Ia menyatakan, “Meski sulit, perdamaian masih bisa dicapai,” dan menjanjikan kemungkinan pertemuan trilateral antara dirinya, Zelenskyy, dan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas isu-isu paling kompleks.
Zelenskyy menyebut percakapan dengan Trump berjalan “sangat baik,” berbeda jauh dari kegagalan Februari. Rutte menyampaikan antusiasmenya terhadap prospek perdamaian, sementara Starmer menilai ada peluang “kemajuan nyata menuju solusi adil dan berkelanjutan.”
Namun, tantangan tetap besar. Tidak ada pernyataan baru yang mengubah peta konflik secara mendasar. Para pemimpin Eropa mengapresiasi janji Trump untuk memberikan jaminan keamanan bagi Ukraina jika tercapai kesepakatan, meski detailnya belum jelas. Starmer, Meloni, dan von der Leyen membicarakan jaminan yang mirip dengan Pasal 5 NATO, di mana anggota akan membela sekutu yang diserang.
Zelenskyy pun menyatakan bersedia membahas perubahan wilayah dalam pertemuan trilateral, namun tidak memberikan rincian, sehingga sulit menilai sejauh mana kompromi yang bersedia ia lakukan.
2. Dukungan Eropa untuk Zelenskyy
Kehadiran pemimpin Eropa di Washington menjadi dukungan signifikan bagi Zelenskyy, sekaligus mencegah terulangnya insiden memalukan di Oval Office beberapa bulan lalu dan memperkuat posisi Ukraina dalam pembicaraan. Meloni menegaskan secara tegas, “Kami berada di pihak Ukraina.” Para pemimpin Eropa menekankan pentingnya mempertahankan kedaulatan Ukraina serta mengirim pesan kuat kepada Rusia tentang solidaritas benua tersebut.
Meskipun ada kekhawatiran bahwa Trump bisa terlalu mengakomodasi kepentingan Putin, kehadiran para pemimpin Eropa berhasil meredakan sebagian kekhawatiran itu. Mereka juga menegaskan bahwa langkah-langkah konkret diperlukan untuk memastikan dukungan berkelanjutan bagi Ukraina, terutama dalam hal keamanan dan proses perdamaian jangka panjang.
3. Perbedaan pandangan soal gencatan senjata
Topik gencatan senjata kembali muncul, setelah menjadi fokus pertemuan Trump-Putin di Alaska pekan lalu. Sebelum Alaska, Trump mendorong Rusia dan Ukraina segera menyepakati gencatan senjata untuk membuka jalan bagi perundingan lebih luas. Namun, setelah pertemuan tersebut, Trump tampak lebih condong pada pendekatan Putin, yakni langsung menuju kesepakatan penuh tanpa langkah sementara.
Friedrich Merz menekankan pentingnya gencatan senjata segera. Kanselir Jerman menilai mustahil melangkah ke perdamaian tanpa penghentian sementara pertempuran. Trump tampak ragu, menimbulkan perbedaan pandangan yang bisa dimanfaatkan Putin.
4. Trump menyatakan Putin ingin perdamaian
Sementara Eropa memandang Putin dengan curiga akibat invasi 2022 dan kecenderungan ekspansionisnya, Trump berulang kali menekankan bahwa Presiden Rusia ingin menciptakan perdamaian.
Trump meyakinkan Zelenskyy, “Saya pikir Presiden Putin benar-benar ingin melakukan sesuatu yang berbeda… Anda akan melihat langkah positif.” Trump sendiri mengakui kompleksitas misi perdamaian, menyebut ini salah satu kasus paling sulit yang pernah dihadapinya.
5. Pertemuan trilateral bisa menentukan nasib perdamaian
Meski detail konkret masih minim, momentum positif tercipta dari pertemuan tersebut. Trump berharap dapat segera menggelar pertemuan trilateral dengan Putin dan Zelenskyy, yang berpotensi menjadi titik penentu dalam upaya perdamaian.
Dalam pertemuan ini, isu-isu paling kompleks dan sensitif—mulai dari perubahan wilayah hingga jaminan keamanan—harus dibahas secara langsung, tanpa perantara. Taruhannya sangat besar bagi semua pihak, termasuk Trump, yang bisa tampil sebagai penengah ulung jika berhasil memfasilitasi kesepakatan atau justru terlihat naif jika gagal mencapai konsensus.
Keberhasilan pertemuan ini juga akan sangat menentukan kredibilitas diplomatik para pemimpin yang terlibat serta prospek perdamaian jangka panjang di kawasan Eropa Timur.