Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fakta-Fakta Pertemuan Trump-Putin: Hangat tapi Tanpa Kesepakatan

Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Sambutan hangat Trump untuk Putin, menyambut dengan karpet merah dan berbagi mobil kepresidenan.
  • Gagal capai kesepakatan, Trump mengakui ada 'kemajuan' tapi tidak ada kesepakatan besar.
  • Tarik ulur kepentingan, Trump mencoba pendekatan 'carrot and stick' dengan mengancam sanksi berat, tapi Rusia tetap bersikukuh pada syarat berat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Pangkalan Militer Elmendorf-Richardson, Alaska, Jumat (15/8/2025). Pertemuan itu digadang-gadang sebagai langkah paling serius Trump sejak kembali ke Gedung Putih untuk menghentikan perang Ukraina.

Namun, hasilnya jauh dari harapan. Janji Trump yang ingin mengakhiri perang di hari pertama masa jabatannya masih belum terwujud meski sudah tujuh bulan memimpin.

1. Sambutan hangat Trump untuk Putin

Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)

Trump menyambut Putin dengan karpet merah, jabat tangan panjang, hingga berbagi mobil kepresidenan. Momen itu terlihat seperti menyambut sekutu dekat, bukan lawan politik yang sedang berperang di Eropa.

Gestur hangat Trump langsung memicu kekhawatiran di kalangan pemimpin Eropa dan Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bahkan tak diundang, padahal prinsip yang dijaga Barat adalah tidak ada pembicaraan tentang Ukraina tanpa Ukraina.

Bagi Putin, kehadiran di tanah AS sendiri sudah jadi kemenangan simbolis. Ini pertama kalinya ia datang setelah lebih dari satu dekade diasingkan akibat invasi Ukraina.

2. Gagal capai kesepakatan

Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)

Trump mengakui ada ‘kemajuan’ dalam pertemuan, tapi tidak ada kesepakatan besar. “Tidak ada kesepakatan sampai benar-benar ada kesepakatan,” ujarnya, seperti dikutip The Independent.

Putin mengklaim sudah ada pemahaman soal Ukraina, bahkan memperingatkan Eropa agar tidak menggagalkan apa yang disebutnya sebagai kemajuan awal. Namun, keduanya tidak merinci hasil pembicaraan. Konferensi pers bersama pun dibatalkan tanpa sesi tanya jawab wartawan.

Posisi Ukraina makin sulit. Dalam wawancara dengan Fox News, Trump justru menyebut Zelenskyy kini harus mencari jalan damai sendiri. Padahal, Kyiv tak dilibatkan sama sekali dalam forum ini.

3. Tarik ulur kepentingan

Presiden Rusia, Vladimir Putin (kiri), dan Presiden AS, Donald Trump (kanan). (Kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)
Presiden Rusia, Vladimir Putin (kiri), dan Presiden AS, Donald Trump (kanan). (Kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)

Trump mencoba pendekatan carrot and stick dengan mengancam sanksi berat, tapi juga membuka pintu rekonsiliasi. Namun, Rusia tetap bersikukuh pada syarat berat: penghentian suplai senjata Barat ke Ukraina dan penghentian mobilisasi militer Kyiv. Tuntutan itu jelas ditolak Ukraina dan sekutunya.

Di lapangan, perang masih sengit. Rusia mencatat kemajuan di beberapa sektor, sementara Ukraina makin kesulitan bertahan dengan stok senjata Barat yang terbatas.

4. Simbolisme Alaska dan kritik ke Trump

ilustrasi Alaska, Amerika Serikat (pexels.com/Koen Swiers)
ilustrasi Alaska, Amerika Serikat (pexels.com/Koen Swiers)

Pemilihan Alaska penuh simbol. Wilayah ini hanya berjarak tiga mil dari Rusia di titik terdekatnya dan punya sejarah panjang sebagai benteng AS saat Perang Dingin. Ironinya, ketika Trump dan Putin berbicara, pesawat tempur B-2 dan F-22 yang dirancang menghadapi Moskow melintas di langit.

Kegagalan Trump membawa pulang kesepakatan membuat janji kampanyenya dipertanyakan. Alih-alih menekan Rusia, ia justru memberi Putin panggung internasional.

5. Jalan damai masih jauh

Pasukan AS di Pangkalan Militer Elmendorf-Richardson, Alaska. (U.S. Air Force photo by Airman 1st Class Hunter Hites, Public domain, via Wikimedia Commons)
Pasukan AS di Pangkalan Militer Elmendorf-Richardson, Alaska. (U.S. Air Force photo by Airman 1st Class Hunter Hites, Public domain, via Wikimedia Commons)

Baik Trump maupun Putin sepakat akan melanjutkan komunikasi. Putin bahkan mengundang Trump ke Moskow, undangan yang ditanggapi Trump dengan bercanda.

“Mungkin saya akan dikritik, tapi bisa saja saya pertimbangkan,” kata Trump.

Namun, tanpa kesepakatan nyata, perang tetap berlanjut. Ukraina masih berjuang di medan tempur, sementara Barat menegaskan bahwa solusi apa pun harus melibatkan Kyiv. Bagi Trump, yang kerap menyebut dirinya ‘deal maker’, pulang dengan tangan kosong dari Alaska jelas jadi pukulan serius.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us