Dunia Ragu saat Trump Jamin Keamanan Ukraina

- Trump tegaskan tidak ada pasukan darat AS di Ukraina
- Eropa bentuk Koalisi Perdamaian
- Lokasi KTT perdamaian masih tarik ulur
Jakarta, IDN Times – Upaya mengakhiri perang Ukraina kembali menjadi sorotan dunia setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menggelar pertemuan luar biasa di Gedung Putih pada Senin (18/8/2025). Pertemuan itu menghadirkan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, dan sejumlah pemimpin Eropa.
Pertemuan tersebut hanya berselang tiga hari setelah Trump bertatap muka dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Alaska. Dalam pertemuan luar biasa tersebut, Trump menyebut Putin telah berjanji bersedia bertemu Zelenskyy dan menerima sebagian jaminan keamanan dari negara-negara Barat untuk Ukraina. Namun, klaim itu disambut dengan hati-hati, baik di Kiev maupun Eropa, karena detail dari rencana tersebut masih sangat kabur.
Sehari setelah Trump memberikan jaminan keamanan untuk mendorong jalan damai, arah penyelesaian konflik tetap belum jelas. Negara-negara sekutu AS kini tengah menimbang bentuk dukungan militer bagi Ukraina, sementara skeptisisme publik, dan para pemimpin dunia, terus membayangi prospek pertemuan puncak antara Putin dan Zelenskyy.
1. Trump tegaskan tidak ada pasukan darat AS di Ukraina

Trump menegaskan, tidak akan mengirim pasukan darat AS untuk mendukung kesepakatan damai Ukraina. Sebagai gantinya, dia membuka opsi dukungan udara jika diperlukan.
"Prancis, Jerman, dan Inggris, ingin menempatkan pasukan di lapangan. Kami bersedia membantu mereka dengan hal-hal tertentu, terutama mungkin kalau bicara dukungan udara. Yah, Anda punya jaminan dari saya, sebagai presiden," kata Trump dalam wawancara dengan Fox News.
Pernyataan itu kemudian ditegaskan kembali oleh Gedung Putih. Sekretaris Pers, Karoline Leavitt, menegaskan Trump telah menutup kemungkinan menyebar pasukan AS di wilayah darat Ukraina.
Dia juga menyatakan pengerahan kekuatan udara AS cuma menjadi opsi dan kemungkinan. Leavitt juga mengungkapkan, Putin telah berjanji kepada Trump untuk bertemu Zelenskyy.
"Pejabat tinggi AS sedang berkoordinasi dengan Rusia mengenai pertemuan tingkat tinggi," ujarnya.
Namun, skeptisisme masih tinggi di Eropa dan Kiev. Putin bahkan dilaporkan mengusulkan agar pertemuan diadakan di Moskow dan Zelenskyy langsung menolak usulan tersebut.
2. Eropa bentuk Koalisi Perdamaian

Meski masih ragu, negara-negara Eropa mulai menyiapkan langkah lanjutan. Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, menggelar konsultasi virtual dengan sekitar 30 sekutu Ukraina yang tergabung dalam Coalition of the Willing.
Starmer mengatakan, tim koalisi bersama pejabat AS akan bertemu dalam beberapa hari ke depan untuk mempersiapkan pengerahan pasukan penjamin bila permusuhan berakhir, menurut keterangan juru bicara Downing Street. Sementara itu, semua Kepala Staf Militer dari 32 negara anggota NATO dijadwalkan bertemu secara virtual pada Rabu (20/8/2025) untuk membahas Ukraina.
3. Lokasi KTT perdamaian masih tarik ulur

Sementara, lokasi KTT masih menimbulkan perdebatan. Putin menawarkan Moskow sebagai tuan rumah, tetapi ditolak keras oleh Kiev. Kemudian, Macron menyarankan agar KTT digelar di Jenewa, yang memiliki sejarah panjang sebagai tempat perundingan damai.
Swiss bahkan menyatakan siap memberikan kekebalan bagi Putin, meski sedang menghadapi surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Selain Jenewa, Politico melaporkan Gedung Putih juga mempertimbangkan Budapest sebagai lokasi KTT tiga pihak berikutnya antara Trump, Putin, dan Zelenskyy.
"Masalah utamanya adalah Putin tidak menginginkannya," kata Anton, seorang pekerja gudang.
"Saya berharap kami bisa mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan," ujar Vyacheslav, seorang pegawai pemerintah.