Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS-Arab Saudi Teken Kesepakatan Senjata Senilai Rp2.532 T

Presiden AS Donald Trump bertemu Pangeran Arab Saudi, Mohamed bin Salman. (x.com/@POTUS)
Presiden AS Donald Trump bertemu Pangeran Arab Saudi, Mohamed bin Salman. (x.com/@POTUS)
Intinya sih...
  • Amerika Serikat dan Arab Saudi menandatangani kesepakatan senjata senilai 142 miliar dolar AS atau sekitar Rp2.352 triliun.
  • Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman berjanji untuk menginvestasikan 600 miliar dolar AS atau sekitar Rp6.628 triliun, termasuk untuk pusat data kecerdasan buatan dan jet Boeing 737-8.
  • Kesepakatan ini mencakup rencana bagi lebih dari selusin perusahaan pertahanan AS untuk menjual senjata, peralatan, dan layanan di bidang kemajuan angkatan udara dan luar angkasa.

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi menandatangani kesepakatan senjata senilai 142 miliar dolar AS atau sekitar Rp2.352 triliun. Gedung Putih menyebut perjanjian ini sebagai penjualan pertahanan terbesar dalam sejarah.

Presiden AS Donald Trump sedang dalam lawatan selama 4 hari ke Timur Tengah. Kunjungan Trump ini bertujuan mengamankan kesepakatan besar dan menyoroti manfaat kebijakan luar negeri transaksional Trump.

Kunjungan itu sangat difokuskan pada kepentingan bisnis dan mengamankan kemenangan cepat bagi pemerintah AS, khas pemerintahan Trump.

1. Arab Saudi janji investasikan Rp6.628 triliun

Sementara itu, Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman berjanji untuk menginvestasikan 600 miliar dolar AS atau sekitar Rp6.628 triliun saat makan siang dengan Trump. Angka terseubt termasuk 20 miliar dolar AS untuk pusat data kecerdasan buatan, pembelian turbin gas dan peralatan energi lainnya senilai 14,2 miliar dola AS, serta hampir 5 miliar dolar AS untuk jet Boeing 737-8 dan kesepakatan lainnya.

Namun, rincian komitmen spesifik tersebut masih samar-samar, angka yang dikeluarkan oleh Gedung Putih tidak mencapai 600 miliar dolar AS, dan beberapa program dimulai di bawah pemerintahan Joe Biden.

2. Kesepakatan senjata terbesar dalam sejarah

Gedung Putih menyebut hal ini sebagai kesepakatan senjata terbesar dalam sejarah. Mereka menambahkan, kesepakatan itu mencakup rencana bagi lebih dari selusin perusahaan pertahanan AS untuk menjual senjata, peralatan dan layanan di bidang kemajuan angkatan udara dan kemampuan luar angkasa.

Presiden AS disambut dengan pengawal kerajaan saat tiba di Riyadh. Jet tempur F-15 Angkatan Udara Kerajaan Saudi mengawal jet Air Force One Trump saat tiba di Riyadh dan Trump duduk bersama Salman di aula berhias di Royal Court di Istana Al Yamamah bersama anggota elit bisnis dan AS, Saudi, dan lainnya.

Di antara mereka adalah Elon Musk, tokoh terkemuka di bidang AI seperti Sam Altman, serta kepala eksekutif IBM, BlackRock, Citigroup, Palantir, dan Nvidia, dan masih banyak lagi.

Kunjungan tersebut merupakan bagian dari penataan ulang politik Timur Tengah yang didominasi oleh AS yang memprioritaskan kepentingan ekonomi dan keamanan domestik AS dibandingkan aliansi asing dan hukum internasional.

Para kritikus mengatakan bahwa kesepakatan tersebut memberdayakan Trump dan sekelompok pengusaha di sekitar presiden, dan keluarga presiden AS memiliki kepentingan bisnis di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar, yang menyebabkan pemerintahan ini mengalami konflik kepentingan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

3. Cabut sanksi terhadap Suriah

Suriah (unsplash.com/hosein charbaghi)

Berbicara di sebuah forum investasi pada Selasa kemarin, Trump mengatakan, ia berencana mencabut sanksi terhadap Suriah usai mengadakan pembicaraan dengan Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

"Saya akan memerintahkan penghentian sanksi terhadap Suriah untuk memberi mereka kesempatan meraih kejayaan," kata Trump, dilansir dari The Guardian, Rabu (14/5/2025).

Gedung Putih juga mengonfirmasi bahwa Trump akan bertemu dengan pemimpin baru Suriah, Ahmed al-Sharaa, mantan komandan pemberontak yang pasukannya membantu menggulingkan Bashar al-Assad tahun lalu.

Prakarsa Sharaa untuk merayu presiden AS itu menawarkan akses ke minyak Suriah, kontrak rekonstruksi, dan pembangunan Trump Tower di Damaskus sebagai imbalan atas pencabutan sanksi AS terhadap Suriah.

Meskipun rincian pencabutan sanksi masih belum jelas, tim Sharaa di Damaskus merayakannya.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us