Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Manfaatkan Dewan Keamanan PBB untuk Akhiri Krisis Rusia-Ukraina

Ilustrasi rapat Dewan Keamanan PBB (twitter.com/louis charbonneau)

Jakarta, IDN Times - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, Dewan Keamanan akan menekan Rusia terkait pengerahan pasukan serta ancaman invasi terhadap Ukraina.

“Suara kami bersatu dalam menyerukan Rusia untuk menjelaskan apa yang sedang mereka lakukan. Kami akan masuk ke ruangan yang telah disiapkan untuk mendengarkan mereka, tetapi kami tidak akan terganggu oleh propaganda mereka,” kata Dubes Linda Thomas-Greenfield kepada ABC.

Di sisi lain, anggota parlemen AS juga sedang membahas kesepakatan yang mereka sebut sebagai ‘induk dari semua sanksi’, sebagai upaya menekan Moskow untuk tidak menginvasi Kiev.

1. Ukraina sebut Rusia tidak akan cukup dengan menginvasi satu negara

ilustrasi Presiden China Xi Jinping saat melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. ANTARA FOTO/Sputnik/Alexei Druzhinin/Kremlin via REUTERS

Duta Besar Ukraina untuk AS, Oksana Markarova, menyebut ancaman yang diberikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai serangan terhadap demokrasi. Dia juga memperingatkan bahwa ancaman Rusia tidak akan berhenti pada satu negara.

"Jika Ukraina diserang oleh Rusia, tentu saja mereka tidak akan berhenti di Ukraina," kata Markarova.

Kekhawatiran itu menjadi alasan kuat untuk membawa krisis Ukraina-Rusia ke meja perundingan Dewan Keamanan. Kendati begitu, tindakan formal apapun tidak mungkin dilahirkan dalam forum tersebut, mengingat Rusia sebagai salah satu anggota tetap yang memiliki hak veto.

Tetapi, perjuangan AS di forum multilateral dianggap bisa memengaruhi opini publik, yang bisa menjadi kekuatan penekan untuk Rusia.

2. Ukraina menanti itikad baik Rusia

Pasukan Ukraina dalam sebuah latihan militer gabungan bersama NATO. twitter.com/LANDCMD

Kepala Dewan Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev, membantah soal rencana invasi ke Ukraina. "Saat ini, mereka mengatakan bahwa Rusia mengancam Ukraina, itu benar-benar konyol. Kami tidak menginginkan perang dan kami tidak membutuhkannya sama sekali,” kata dia, dilansir dari AP.

Menteri luar negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, menanggapinya di Twitter dengan menagih itikad baik dari Rusia.

“Jika pejabat Rusia serius dengan ungkapan tidak menginginkan perang baru, Rusia harus melanjutkan keterlibatan diplomatik dan menarik kembali pasukan militer,” cuit Kuleba.

3. Rusia sebut ekspansi NATO sebagai ancaman

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov. twitter.com/mfa_russia

Salah satu akar krisis Kiev-Moskow adalah Kremlin tidak ingin Ukraina menjadi anggota NATO. "Padahal semua orang mengerti bahwa Ukraina belum siap dan tidak dapat memberikan kontribusi untuk memperkuat keamanan NATO,” kata Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov.

Selama bertahun-tahun, Ukraina berupaya untuk memperoleh kursi keanggotaan di NATO. Tetapi, peluang untuk bergabung dengan aliansi sangat kecil karena Ukraina masih bergelut dengan stabilitas politik dan korupsi.

Bagi Rusia, ekspansi NATO adalah ancaman dan aliansi militer itu memiliki catatan buruk dalam intervensi militer di sejumlah negara.

“Sulit untuk menyebutnya defensif (bergabungnya Ukraina ke NATO). Jangan lupa bahwa mereka membom Yugoslavia selama hampir tiga bulan, menginvasi Libya, melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB, dan lihat saja bagaimana mereka berperilaku di Afghanistan,” papar Lavrov.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Vanny El Rahman
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us