Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS Sanksi Pejabat Thailand karena Deportasi Warga Uighur 

bendera Thailand (unsplash.com/Dave Kim)

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi kepada sejumlah pejabat Thailand karena mendeportasi sedikitnya 40 warga Uighur ke China. Mereka berisiko mengalami penganiayaan jika kembali ke negaranya.

Dalam sebuah pernyataan pada Jumat (14/3/2025), Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengatakan bahwa ia segera memberlakukan pembatasan visa terhadap para pejabat aktif dan mantan pejabat yang terlibat dalam deportasi tersebut. Ia tidak menyebutkan nama-nama pejabat yang dikenakan sanksi.

“Kami berkomitmen melawan upaya China yang menekan pemerintah agar secara paksa memulangkan warga Uighur dan kelompok lainnya ke China, di mana mereka menghadapi penyiksaan dan penghilangan paksa,” kata Rubio, dilansir dari Al Jazeera.

1. Komunitas internasional disebut gagal lindungi warga Uighur

Pada Februari 2025, Thailand mendeportasi 40 warga Uighur ke wilayah Xinjiang, China, setelah mereka ditahan di negara Asia Tenggara tersebut selama satu dekade. Para pakar hak asasi manusia PBB telah memperingatkan bahwa mereka berisiko mengalami penganiayaan jika dipulangkan.

Selama bertahun-tahun, China telah dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas, termasuk penahanan massal terhadap warga Uighur, etnis minoritas Muslim yang berjumlah sekitar 10 juta orang di wilayah Xinjiang. Namun, Beijing membantah semua tuduhan tersebut.

Dilansir dari ABC, kelompok advokasi Uighur Project yang berbasis di AS menyambut baik sanksi yang dijatuhkan oleh Washington.

“Komunitas internasional gagal total dalam menegakkan norma-norma dasar selama lebih dari satu dekade sementara orang-orang ini mendekam di tahanan karena tidak melakukan kejahatan,” kata Associate Director Proyek Uighur, Peter Irwin.

Ia juga mendesak Australia untuk mengajukan tawaran pemukiman kembali ke Thailand untuk memastikan warga Uighur yang tersisa segera dibawa ke tempat yang aman.

2. Thailand akan pantau kesejahteraan warga Uighur yang dideportasi

Kementerian Luar Negeri Thailand, pada Sabtu (15/3/2025), menyatakan pihaknya telah berulang kali menjelaskan kepada komunitas internasional bahwa Beijing telah menjamin keamanan ke-40 pria Uighur tersebut. Selain itu, Thailand juga akan terus memantau kesejahteraan mereka.

“Thailand selalu menjunjung tinggi tradisi kemanusiaan yang panjang, khususnya dalam memberikan bantuan kepada pengungsi dari berbagai negara selama lebih dari setengah abad dan akan terus melakukan hal tersebut,” kata kementerian dalam sebuah pernyataan.

Menteri Pertahanan dan Kehakiman Thailand juga mengatakan bahwa mereka akan mengunjungi para pria tersebut di China pekan depan. Sejumlah jurnalis Thailand turut diundang dalam perjalanan tersebut.

3. Reaksi Thailand dapat melunak dengan ancaman tarif Trump

Murray Hiebert, pakar regional terkemuka pada program Asia Tenggara di Pusat Studi Strategis dan Internasional Washington, mengungkapkan bahwa Thailand bisa sangat sensitif terhadap kritik. Namun, reaksi negara itu bisa dilunakkan dengan ancaman tarif yang diajukan oleh Presiden AS Donald Trump.

“Mereka mungkin akan memilih untuk meredam reaksi. Mereka sudah menjadi target karena memiliki surplus perdagangan terbesar ke-11 dengan AS. Belum jelas apakah Thailand akan terbebas dari masalah ketika Trump memberlakukan tarif timbal balik pada awal April," ujarnya.

Para analis mengatakan bahwa Washington menghindari tindakan yang lebih keras terhadap Thailand di masa lalu karena khawatir hal itu dapat membuat sekutu lamanya semakin dekat dengan China.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us