Australia Bakal Pertimbangkan Kirim Pasukan Perdamaian ke Ukraina

- Perdana Menteri Australia akan bergabung dalam pembicaraan telepon dengan para pemimpin dunia untuk membahas pengiriman pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina.
- Panggilan telepon bersama ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan para pemimpin negara di London dan pertemuan pejabat pertahanan di Paris.
- Rusia mempertanyakan teknis gencatan senjata selama 30 hari yang telah dibicarakan oleh Amerika Serikat (AS) dan Ukraina, sementara Ukraina menyatakan AS dan Eropa bakal siap menjadi pemantau gencatan senjata tersebut.
Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Australia Anthony Albanese disebut bakal bergabung dalam pembicaraan telepon dengan para pemimpin dunia lainnya untuk membahas pengiriman pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina. Komunikasi via telepon ini sedianya bakal dilakukan pada Sabtu malam.
Dilansir dari ABC, Sabtu (15/3/2025), komunikasi telepon tersebut diatur oleh Perdana Menteri Inggris Keir Starmer serta akan dihadiri oleh Prancis, Kanada, Jerman, Italia, Selandia Baru dan tentu saja Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Panggilan telepon bersama ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan para pemimpin negara. tersebut di London pada bulan ini, yang diikuti oleh pertemuan para pejabat pertahanan negara masing-masing di Paris.
1. Australia terbuka dengan pengiriman pasukan
Dalam komunikasi telepon tersebut, Albanese rencananya akan menyampaikan bahwa negaranya terbuka dengan pertimbangan permintaan resmi soal pengiriman pasukan Australia untuk misi perdamaian di Ukraina.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Australia Richard Marles sempat menyatakan Canberra siap untuk mempertimbangkan segala permintaan bantuan yang diajukan oleh Ukraina, termasuk permintaan pasukan perdamaian.
“Hal ini dilakukan setelah ada ‘perdamaian yang harus dijaga’,” ungkap Marles.
2. Zelenskyy sebut Putin manipulatif dan tidak mau gencatan senjata
Sementara itu, Zelenskyy, menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin bertindak manipulatif. Hal itu disebabkan oleh langkah Putin yang tampaknya tak menyetujui usulan gencatan senjata 30 hari yang telah dibicarakan oleh Amerika Serikat (AS) dan Ukraina.
"Kita semua kini telah mendengar kata-kata Putin yang sangat mudah ditebak dan sangat manipulatif dalam menanggapi gagasan gencatan senjata," kata Zelensky dalam pidato malamnya, dilansir The Moscow Times.
Meskipun menyatakan mendukung, Putin mempertanyakan teknis gencatan senjata selama 30 hari pada Kamis. AS meminta Rusia menerima usulan tanpa prasyarat, tetapi Moskow mengatakan masih ada hambatan yang menghalanginya.
"Seperti yang selalu kami katakan, satu-satunya pihak yang akan mengulur-ulur waktu, satu-satunya pihak yang tidak konstruktif adalah Rusia," tambah Zelenskyy.
3. Putin tidak mau terbuka ke AS
Di sisi lain, Zelenskyy melanjutkan bahwa Putin sebenarnya ogah menyetujui gencatan senjata. Namun ia menolak mengatakan langsung kepada AS.
“Rusia membingkai gagasan gencatan senjata dengan prasyarat sedemikian rupa sehingga tidak akan ada yang berhasil sama sekali, atau selama mungkin," kata Zelenskyy.
Pada Kamis, Putin mengungkapkan kekhawatirannya bahwa Ukraina akan memanfaatkan gencatan senjata untuk keuntungan militernya. Ia juga mengatakan bahwa pihaknya terus bergerak maju ke Ukraina.
Putin kemudian mempertanyakan bagaimana gencatan senjata akan dipantau di garis depan yang panjangnya ribuan kilometer. Namun Zelenksyy mengatakan, AS dan Eropa bakal siap menjadi pemantau gencatan senjata tersebut.