Beijing Tuding AS Rekayasa Kasus Warga China Peretas Data Perusahaan

Jakarta, IDN Times – Beijing menuding Amerika Serikat (AS) membuat rekayasa soal warga negara China yang dihukum karena meretas rahasia dagang dari beberapa perusahaan.
Departemen Kehakiman AS pada Jumat (5/11/2021) mengumumkan, seorang warga China bernama Xu Yanjun dihukum oleh juri federal karena merencanakan pencurian data rahasia dagang dari beberapa perusahaan penerbangan dan kedirgantaraan.
"Tuduhan itu murni rekayasa," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, pada Senin (8/11/2021) dikutip dari Reuters.
1. Warga China dihukum maksimal 60 tahun penjara

Xu dihukum atas dua tuduhan, berkonspirasi dan mencoba melakukan spionase ekonomi, serta tuduhan pencurian rahasia dagang dan tuduhan percobaan pencurian rahasia dagang.
Berdasarkan siaran pers, dia dihukum maksimal 60 tahun penjara dan denda total 5 juta dolar AS (sekitar Rp71 miliar). Xu dijatuhi hukuman oleh hakim pengadilan distrik federal.
2. China tuntut AS hukum warganya secara adil

Pada 2013, Xu dituduh menggunakan beberapa nama samaran untuk melakukan spionase ekonomi dan mencuri rahasia menggunakan nama China. Beberapa perusahaan penerbangan dan kedirgantaraan AS, termasuk GE Aviation, sebuah unit dari General Electric Co, menjadi targetnya, kata rilis tersebut
China mendesak supaya Washington mengadili Xu secara adil, tidak berdasarkan tensi politik. "Kami menuntut agar AS menangani kasus ini sesuai dengan hukum dan dengan cara yang adil, untuk memastikan hak dan kepentingan warga negara China," tutur Wang.
3. FBI gandeng perusahaan swasta untuk hadapi peretas dari China

Dilansir dari Bloomberg, Biro Investigasi Federal (FBI) mendesak perusahaan swasta untuk bekerja sama dengan penegak hukum untuk menghentikan peretasan asing. Pernyataan itu disampaikan Direktur FBI, Chris Wray, sebagai peringatan ancaman infiltrasi China terhadap jaringan informasi AS.
Wray menyebut peretas yang didukung oleh pemerintah China merupakan bagian terbesar dari serangan dunia maya terhadap perusahaan-perusahaan AS. Wray juga menyotori metode peretasan yang semakin canggih.
"Sebagian besar ancaman itu datang dari pemerintah atau perusahaan China. Tidak ada perusahaan yang dipersenjatai untuk bertahan melawan ancaman itu. Itu sebabnya kita harus bekerja sama,” kata Wray.