Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bulan Sabit Merah Tuntut Penyelidikan Pembunuhan Petugas Medis Gaza

petugas Bulan Sabit Merah Palestina. (Basel Yazouri, CC BY 2.0 , via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mendesak penyelidikan internasional independen terhadap kematian 15 petugas medis dan kemanusiaan akibat serangan pasukan Israel di Rafah, Gaza selatan. Serangan terjadi pada 23 Maret 2025 saat konvoi ambulans sedang menuju lokasi untuk membantu korban luka dari serangan Israel sebelumnya.

Presiden PRCS Younis al-Khatib menyatakan, komisi independen dibutuhkan untuk mengungkap fakta dan meminta pertanggungjawaban pihak yang terlibat. PRCS dalam pernyataannya pada Senin (7/4/2025) menyebut serangan tersebut sebagai kejahatan perang dan mencerminkan pola pelanggaran hukum humaniter internasional yang berbahaya, dilansir Al Jazeera.

Korban tewas meliputi delapan staf Bulan Sabit Merah, enam anggota badan Pertahanan Sipil Palestina, dan satu karyawan badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA). Jenazah mereka ditemukan terkubur dekat lokasi penembakan seminggu setelah kejadian.

1. Bukti video dan otopsi bantah klaim awal Israel

Video dari ponsel salah satu korban memperlihatkan saat-saat terakhir mereka sebelum ditembak oleh pasukan Israel. Rekaman itu menunjukkan petugas medis memakai seragam mengkilap dan berada dalam ambulans dengan lampu darurat yang menyala, berbeda dengan klaim awal Israel.

Video berdurasi 18 menit yang dirilis Senin (7/4/2025) memperlihatkan paramedis Rifaat Radwan berbicara dengan rekannya sebelum tragedi. Dalam video terdengar suara tembakan intensif selama lebih dari 5 menit, serta Radwan yang membaca doa terakhirnya.

PRCS melaporkan tembakan terus berlanjut hingga 2 jam. Satu petugas yang selamat mengatakan ambulans ditembak tanpa peringatan dan dia dijadikan perisai manusia sebelum berhasil melarikan diri.

"Serangan ini bukan kesalahan acak, melainkan serangan yang disengaja. Dimulai dari penembakan ambulans yang menuju lokasi evakuasi korban, dilanjutkan serangan terhadap konvoi ambulans PRCS dan Pertahanan Sipil, kemudian penargetan ambulans keempat yang datang memberi bantuan," kata PRCS dalam pernyataannya, dilansir BBC.

Hasil otopsi menunjukkan para medis ditembak di bagian atas tubuh, yang menurut PRCS menjadi bukti pembunuhan disengaja. PRCS menyatakan area tersebut bukan zona merah, sehingga tidak memerlukan koordinasi khusus untuk akses ke lokasi.

2. Israel ubah narasi setelah bukti video muncul

Militer Israel awalnya mengklaim pasukan mereka menembak kendaraan mencurigakan tanpa lampu dan izin. Namun setelah video terungkap, Israel mengakui pada Sabtu (5/4/2025) bahwa versi awal mereka keliru. Pihak militer kemudian menyatakan pasukan menembak karena merasa terancam.

Israel juga mengklaim pada Minggu (6/4/2025) bahwa enam paramedis yang tewas terkait dengan Hamas tanpa memberikan bukti. Letnan Jenderal Eyal Zamir lalu memerintahkan penyelidikan lebih mendalam terhadap kejadian tersebut.

"Semua klaim mengenai insiden tersebut akan diperiksa dan disajikan secara detail untuk keputusan penanganan," kata militer Israel.

Al-Khatib menolak penyelidikan militer Israel. Dia tidak percaya Israel akan memberikan jawaban yang jujur berdasarkan pengalaman sebelumnya.

"PRCS tidak pernah terbukti membawa atau menggunakan senjata selama 50 tahun. Kami akan mengejar masalah ini sampai tuntas. Bagi kami, 15 orang ini mewakili semua yang terbunuh demi menyelamatkan nyawa. Kami berharap kali ini kami bisa menegakkan keadilan," ujar al-Khatib.

3. Tekanan internasional meningkat terhadap Israel

Jerman mendesak dilakukannya penyelidikan atas insiden tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman, Christian Wagner, menyatakan ada pertanyaan serius tentang tindakan tentara Israel setelah bukti video muncul.

"Penyelidikan dan pertanggungjawaban pelaku sangat diperlukan. Ini akan mempengaruhi kredibilitas negara Israel," kata Wagner, dilansir The Guardian.

Belanda bertindak lebih jauh dengan memperketat kontrol ekspor barang militer ke Israel. Pemerintah Belanda memerintahkan pemeriksaan semua ekspor dan transit barang militer ke Israel sesuai regulasi Eropa.

"Tindakan ini diperlukan mengingat situasi keamanan di wilayah Palestina dan kawasan sekitarnya," tulis Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Belanda dalam surat ke parlemen, dilansir PressTV.

Komisaris Tinggi PBB untuk HAM Volker Turk mengecam serangan tersebut dan menyebutkan potensi kejahatan perang. Menurut UNRWA, setidaknya 408 petugas bantuan telah tewas di Gaza sejak Oktober 2023. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 50 ribu korban tewas sejak perang dimulai, kebanyakan anak-anak dan perempuan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us