Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

China Desak Warganya Timbun Makanan dan Kebutuhan Sehari-hari

Presiden Tiongkok Xi Jinping tiba untuk upacara sambutan di Balai Agung Rakyat, di Beijing, Tiongkok, pada 25 Oktober 2019. (ANTARA FOTO/REUTERS/Jason Lee)

Jakarta, IDN Times – China memberitahu para keluarga di negaranya untuk menimbun makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya karena adanya ancaman terkait pasokan. Masalah-masalah itu termasuk cuaca buruk, kekurangan energi, dan pembatasan COVID-19.

Kementerian Perdagangan negara itu pada Senin (1/11/2021) malam mengeluarkan pemberitahuan yang mengarahkan pemerintah daerah untuk mendorong orang menimbun kebutuhan sehari-hari, termasuk sayuran, minyak dan unggas, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan kebutuhan dalam keadaan darurat.

Badan tersebut juga mendesak pihak berwenang setempat untuk memastikan bahwa semua orang memiliki persediaan yang memadai, mulai dari kebutuhan pokok musim dingin ini hingga musim semi berikutnya. Lembaga itu juga mengatakan kepada pihak berwenang untuk menjaga harga tetap stabil.

Hal ini disampaikan di tengah kekhawatiran soal lonjakan harga yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir, di mana harga sayuran melonjak di seluruh China karena curah hujan yang luar biasa deras telah merusak tanaman.

1. Bukan imbauan pertama

Warga memakai masker pelindung berjalan di sebuah pasar usai berakhirnya lockdown di Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok pada 6 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Ini bukan imbauan pertama yang dikeluarkan pemerintah China. Beberapa waktu lalu, termasuk pada bulan September, menjelang periode liburan besar selama seminggu, China telah menekankan pentingnya memastikan pasokan makanan dan persediaan harian lainnya.

Namun pernyataan-pernyataan tersebut biasanya sangat jelas ditujukan untuk otoritas lokal, dan jarang secara langsung secara gamblang menyebut rumah tangga atau keluarga. Hal ini pun membuat orang gelisah. Di mana pada Selasa banyak orang berspekulasi di media sosial tentang alasan pengumuman kementerian perdagangan tersebut.

“Pemerintah bahkan tidak menyuruh kami untuk menimbun barang saat wabah COVID merebak di awal 2020,” tulis salah satu pengguna Weibo menanggapi kabar tersebut.

Pengguna lain berspekulasi bahwa pihak berwenang mengingatkan orang-orang bahwa mereka mungkin tidak mampu membeli sayuran musim dingin ini.

2. Tanggapan media China

Warga memakai masker pelindung mengendarai sepeda di Wuhan, Pprovinsi Hubei, Tiongkok, pada 14 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Kehebohan itu membuat beberapa media pemerintah China berusaha meredakan kekhawatiran. Hu Xijin, editor Global Times, sebuah tabloid yang dikelola negara, menepis anggapan bahwa pemberitahuan itu dapat dikaitkan dengan meningkatnya ketegangan antara China dan Taiwan. China menganggap Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayahnya, meskipun Partai Komunis China tidak pernah memerintah pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.

Sementara itu, Economic Daily milik negara menulis pada Selasa bahwa pihak berwenang berusaha mengingatkan tiap keluarga untuk bersiap jika terjadi penguncian sementara yang disebabkan oleh COVID-19.

Media negara CCTV mengatakan bahwa bagian dari pengumuman yang meminta tiap keluarga untuk menimbun kebutuhan telah ditanggapi berlebihan. Ia juga merilis sebuah wawancara dengan Zhu Xiaoliang, seorang pejabat Kementerian Perdagangan, yang mengatakan bahwa pasokan harian untuk orang-orang cukup dan dapat dijamin sepenuhnya. Zhu menambahkan bahwa pengumuman itu ditujukan untuk otoritas lokal.

3. Tekad China basmi virus corona

(Presiden Tiongkok Xi Jinping menemui warga untuk kali pertama) www.twitter.com/@CCTV

China telah mempertahankan kebijakan nol-COVID yang ketat, bahkan ketika negara-negara di seluruh dunia secara bertahap membuka diri dan belajar hidup dengan virus corona. Ekonomi terbesar kedua di dunia itu bertekad untuk sepenuhnya memberantas virus di dalam perbatasannya, dan telah menerapkan pembatasan ketat untuk menghentikan wabah, termasuk menghentikan kereta api berkecepatan tinggi dan mengkarantina penumpang, dan mengubah lampu lalu lintas menjadi merah untuk mencegah lalu lintas terjadi di satu daerah di mana satu kasus dilaporkan.

Langkah-langkah ketat China bahkan menjadi viral selama akhir pekan setelah satu kasus virus corona yang dikonfirmasi membuat Disneyland Shanghai lockdown segera. Salah satu video menunjukkan bahwa banyak orang berbaris untuk dites di depan petugas kesehatan dengan alat pelindung diri (APD) lengkap.

Wang Hongcun, seorang pejabat di Biro Perdagangan Kota Beijing, mengatakan bahwa upaya nasional untuk mengekang kasus virus corona itu mungkin berkontribusi pada kenaikan harga makanan. Dia mengatakan pekan lalu pada konferensi pers bahwa biaya transit lintas wilayah dapat meningkat karena tindakan penahanan yang ketat.

Wang menambahkan bahwa harga beberapa sayuran di ibu kota negara itu telah melonjak 50 persen atau lebih di bulan Oktober.

Tetapi ada faktor lain yang berkontribusi terhadap kenaikan tersebut. Kekurangan batubara yang meluas telah membuat pertanian rumah kaca lebih mahal karena biaya pemanas dan listrik melonjak. Di sisi lain, cuaca ekstrem telah merusak tanaman di provinsi-provinsi pertanian utama.

4. Tanggapan pemerintah

Ilustrasi jalan-jalan di Kota Wuhan di Tiongkok yang kosong pada 26 Januari 2020 (ANTARA FOTO/cnsphoto via REUTERS)

Namun pada Senin, kementerian perdagangan telah mendesak pemerintah setempat untuk mempersiapkan musim dingin dengan menandatangani kontrak jangka panjang dengan pemasok produk pertanian, serta membeli sayuran yang dapat disimpan.

Pada Senin juga, pemerintah meluncurkan “rencana aksi” yang mendorong orang untuk tidak memesan makanan lebih dari yang mereka butuhkan, dan melaporkan restoran yang membuang makanan. Langkah ini serupa dengan kampanye yang dipelopori oleh Presiden Xi Jinping tahun lalu, ketika pandemik virus corona dan banjir yang ekstrem mengancam rantai pasokan makanan.

Pada April, China mengeluarkan undang-undang yang memungkinkan restoran membebankan biaya tambahan kepada pengunjung jika meninggalkan sisa makanan yang berlebihan di piring mereka. Undang-undang tersebut juga menghukum orang yang membuat atau membagikan video tentang pesta makan, dengan denda hingga 100.000 yuan (sekitar Rp200 juta).

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rehia Sebayang
Hana Adi Perdana
Rehia Sebayang
EditorRehia Sebayang
Follow Us