Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

China Gak Terima Xi Jinping Disebut Diktator oleh Joe Biden

Xi Jinping dan Joe Biden (Instagram.com/chinaxinhuanews/facebook.com/Joe Biden)

Jakarta, IDN Times - Beijing mengecam pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, yang menyebut Presiden China, Xi Jinping, sebagai diktator. Pernyataan itu disampaikan Biden saat berbicara di acara penggalangan dana kampanye di California, Selasa (20/6/2023).

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menyebut pernyataan Biden sangat tidak masuk akal dan tidak bertanggung jawab. Dia mengungkapkan ketidakpuasan dan penentangannya.

"Ini adalah pengabaian serius terhadap fakta-fakta dasar, pelanggaran serius terhadap protokol diplomatik, pelanggaran serius terhadap martabat politik China dan merupakan provokasi politik terbuka," kata Mao pada Rabu (21/6/2023), dilansir CNBC.

Komentar Biden muncul sehari setelah Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengunjungi Beijing dalam upaya menstabilkan hubungan AS-China, yang berada pada titik terendahnya.

1. Biden sebut Xi sangat malu atas insiden balon mata-mata China

Presiden AS, Joe Biden. (twitter.com/POTUS)

Biden kemudian menyebut Xi sangat malu atas insiden balon mata-mata China yang telah menyebabkan ketegangan diplomatik intens antara Beijing dan Washington. Insiden yang terjadi pada Februari lalu itu bahkan membuat Blinken menunda lawatannya ke Beijing.

Meski demikian, setelah lawatan ke Beijing, Blinken mengatakan ketegangan terkait insiden itu harus ditutup.

"Alasan mengapa Xi Jinping menjadi sangat kesal ketika saya menembak jatuh balon itu dengan dua mobil boks yang penuh dengan peralatan mata-mata di dalamnya adalah dia tidak tahu itu ada di sana," ujar Biden.

"Itu sangat memalukan bagi para diktator. Ketika mereka tidak tahu apa yang terjadi. Itu tidak seharusnya terjadi. Itu meledak," tambahnya, dikutip dari Reuters.

2. Blinken dan Xi Jinping sepakat untuk menstabilkan hubungan

Dalam lawatannya, Blinken dan Xi sepakat untuk menstabilkan persaingan kedua negara, sehingga tidak mengarah kepada konflik.

Kedua pihak setuju untuk melanjutkan keterlibatan diplomatik, dengan lebih banyak kunjungan pejabat AS dalam beberapa minggu dan bulan mendatang.

Direktur Pusat Studi Amerika di Universitas Fudan di Shanghai, Wu Xinbo, mengungkap bahwa meski pernyataan Biden bersifat sangat merusak, dirinya percaya bahwa hal itu tidak sepenuhnya membatalkan apa yang telah dicapai Blinken dalam lawatannya.

Misi Blinken sebagian besar dianggap berhasil membuat kedua kekuatan global kembali berkomunikasi. Namun, lawatan itu belum dapat menghidupkan kembali pembicaraan antar militer kedua negara.

3. Ketegangan militer AS-China meningkat

ilustrasi bendera China (pixabay.com/glaborde7)

Ketegangan militer AS-China telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir di Selat Taiwan dan Laut Cina Selatan, terutama setelah dua insiden bentrokan militer AS dan China di kawasan terjadi. 

China mengatakan, tindakan yang dilakukan pihaknya adalah upaya untuk mempertahankan kedaulatan nasional. Sementara Washington menyebut manuver Beijing berbahaya dan menekankan bahwa militernya beroperasi di wilayah udara dan perairan internasional.

Dilaporkan NBC News, Biden mengatakan Xi menjadi lebih peduli dengan kelompok keamanan strategis Quad, yang beranggotakan AS, Australia, Jepang, dan India. Kelompok tersebut secara terbuka menyatakan akan bertindak sebagai penyangga kepentingan China.

Meski begitu, Biden menegaskan AS tidak berusaha mengepung China dengan Quad. Dia meyakinkan Xi agar tidak perlu khawatir.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us