Dampak Boikot, Chat Cola Geser Dominasi Coca-Cola di Tepi Barat

- Boikot konsumen di Tepi Barat membuat Coca-Cola kehilangan pangsa pasar.
- Chat Cola populer sebagai protes atas dukungan AS kepada Israel, dengan peningkatan penjualan lebih dari 40 persen pada 2024.
- Chat Cola merambah pasar internasional dan menjaga kualitas produk agar mampu bersaing di pasar global.
Jakarta, IDN Times - Boikot konsumen di wilayah pendudukan Tepi Barat membuat Coca-Cola kehilangan pangsa pasar. Warga Palestina kini beralih ke minuman lokal, Chat Cola, sebagai protes atas dukungan Amerika Serikat (AS) kepada Israel dalam perang melawan Hamas di Gaza.
Chat Cola, dengan kemasan merah dan tulisan putih yang mirip logo Coca-Cola, menjadi semakin populer sejak perang pecah pada Oktober 2023.
“Tak ada yang ingin ketahuan minum Coke,” kata Mad Asaad, pekerja di jaringan kafe Croissant House di Ramallah, dikutip dari Euro News.
1. Penjualan Chat Cola melonjak tajam
Chat Cola mencatat peningkatan penjualan lebih dari 40 persen di Tepi Barat pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Popularitasnya meningkat seiring gerakan boikot terhadap perusahaan yang dianggap mendukung Israel.
Fahed Arar, General Manager Chat Cola, mengatakan bahwa orang-orang mulai mengenal Chat Cola sejak boikot dimulai.
Toko-toko di Tepi Barat mulai mengurangi atau menghapus stok Coca-Cola dan menggantikannya dengan Chat Cola. Menurut Abdulqader Azeez Hassan, pemilik supermarket di Salfit, Chat Cola kini menjadi pilihan utama pembeli.
“Chat dulunya hanya produk khusus, tapi sekarang menguasai pasar,” katanya, dikutip dari Euro News.
2. Chat Cola mulai ekspansi internasional

Chat Cola tak hanya menguasai pasar lokal, tetapi juga mulai merambah pasar internasional. Ahmad Hammad, Manajer PR Chat Cola, menyebut pesanan datang dari Lebanon, Yaman, AS, dan Eropa. Untuk memenuhi permintaan, perusahaan berencana membuka pabrik kedua di Yordania.
Chat Cola juga menjaga kualitas produk agar mampu bersaing di pasar global. Perusahaan bekerja sama dengan ahli kimia di Prancis untuk mengembangkan rasa minuman yang disebut hampir tak bisa dibedakan dari Coca-Cola.
“Masalah kualitas memang jadi tantangan bagi produk lokal Palestina,” kata Hanna al-Ahmad, Kepala Kontrol Kualitas Chat Cola, dikutip dari HuffPost.
3. Dampak boikot terhadap Coca-Cola dan tantangan Chat Cola

Boikot ini berdampak besar pada Coca-Cola di Tepi Barat. Meski begitu, pekerja di National Beverage Company, yang merupakan franchise Coca-Cola di wilayah tersebut, semuanya adalah warga Palestina. Imad Hindi, General Manager perusahaan, mengatakan boikot ini juga memengaruhi mata pencaharian mereka.
Di sisi lain, Chat Cola menghadapi tantangan logistik akibat kebijakan pendudukan Israel. Pada akhir 2024, pengiriman aluminium perusahaan sempat tertahan hampir satu bulan di Perbatasan Allenby Bridge, menyebabkan sebagian pabrik terhenti dan mengakibatkan kerugian puluhan ribu dolar.
Dengan popularitas yang terus meningkat dan ekspansi yang berjalan, Chat Cola berpotensi menjadi simbol kemandirian ekonomi Palestina. Namun, perusahaan ini tetap bergantung pada stabilitas politik dan kelancaran rantai pasok di wilayah tersebut.