Duh, 25 Juta Anak Gak Bisa Mendapatkan Akses Vaksin Sepanjang 2021

Jakarta, IDN Times - WHO dan UNICEF telah merilis laporan yang menunjukkan bahwa pandemik COVID-19 berdampak buruk terhadap tingkat vaksinasi atau imunisasi terhadap penyakit lainnya pada 2021.
Laporan yang dirilis pada Kamis (15/7/2022) menunjukkan, terdapat kemunduran terkait vaksinasi dalam tiga dekade terakhir.
Sekitar 25 juta anak disebut kehilangan vaksin yang menyelamatkan jiwa akibat adanya beberapa faktor, termasuk COVID-19. Padahal, vaksin sendiri memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan anak-anak dalam jangka panjang.
1. Konflik dan COVID-19 memengaruhi tingkat vaksinasi pada anak

Angka 25 juta anak yang dilaporkan terpaut 2 juta lebih banyak daripada mereka yang tidak memperoleh vaksin pada 2020, dan sekitar 6 juta lebih banyak dari angka pad 2019.
WHO juga menyoroti meningkatnya jumlah anak-anak yang berisiko terinfeksi penyakit yang mematikan tetapi dapat dicegah. Penurunan ini disebabkan oleh banyak faktor, termasuk peningkatan jumlah anak yang hidup dalam konflik, meningkatnya misinformasi tentang vaksin, dan masalah terkait COVID-19 seperti gangguan layanan dan rantai pasokan, pengalihan sumber daya ke upaya respons, dan penahanan vaksin.
“Ini adalah peringatan serius untuk kesehatan anak. Kami menyaksikan penurunan berkelanjutan terbesar dalam imunisasi anak dalam satu generasi. Konsekuensinya akan diukur dalam kehidupan,” kata Catherine Russell, Direktur Eksekutif UNICEF, dilansir laman WHO.
2. Vaksinasi COVID-19 dan penyakit lainnya harus berjalan beriringan

Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa pandemik COVID-19 seharusnya tidak menjadi alasan. Vaksinasi COVID-19 dan vaksinasi penyakit lainnya dapat berjalan beriringan.
“Perencanaan dan penanggulangan COVID-19 juga harus berjalan seiring dengan vaksinasi untuk penyakit mematikan lainnya seperti campak, pneumonia, dan diare,” kata dia.
Faktanya, vaksinasi untuk penyakit lainnya harus dikesampingan akibat vaksinasi COVID-19.
Terkait data yang dipaparkan, terdapat penyakit yang menjadi sorotan. Penurunan mengejutkan sebesar 81 persen terlihat pada tingkat vaksinasi campak dosis pertama, yang menunjukkan angka terendah sejak 2008.
3. Banyak anak di Indonesia disebut WHO tak menerima dosis tunggal penyakit DTP

Sekitar 18 juta dari 25 juta anak tidak menerima dosis tunggal DTP (difteri, tetanus dan pertusis) sepanjang 2021. Sebagian besar dari mereka tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah, seperti India, Nigeria, Indonesia, Ethiopia dan Filipina.
Kelima negara tersebut diketahui menyumbang jumlah terbanyak. Di antara negara dengan peningkatan relatif terbesar dalam jumlah anak yang tidak menerima vaksin tunggal antara 2019 dan 2021 adalah Myanmar dan Mozambik.
Di sisi lain, ada beberapa negara yang berhasil mempertahankan tingkat vaksinasi pada anak. Uganda mempertahankan tingkat tingkat vaksinasi yang tinggi dalam program imunisasi rutin, sambil meluncurkan program vaksinasi COVID-19 yang ditargetkan untuk melindungi populasi prioritas, termasuk petugas kesehatan.
Demikian pula Pakistan yang kembali ke tingkat vaksinasi pra-pandemik, berkat komitmen pemerintah tingkat tinggi dan upaya imunisasi lanjutan yang signifikan.