Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ekspor China ke AS Anjlok 21 Persen di Tengah Perang Tarif

Ilustrasi bendera Amerika Serikat (kiri) dan bendera China. (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)
Ilustrasi bendera Amerika Serikat (kiri) dan bendera China. (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Jakarta, IDN Times - Nilai ekspor China ke Amerika Serikat (AS) anjlok pada April 2025 di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara kedua negara.

Data yang dirilis oleh otoritas bea cukai China pada Jumat (9/5/2025) melaporkan, pengiriman barang dari China ke AS menurun 21 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan tajam ini merupakan imbas langsung dari tarif tinggi yang dikenakan oleh Washington untuk barang-barang China, dilansir CBS News.

1. Total ekspor China mengalami peningkatan di Asia Tenggara dan Uni Eropa

Pada April, AS mengenakan tarif tambahan hingga mencapai 145 persen pada berbagai produk China. Akibatnya, para pengecer yang berbasis di AS harus mengeluarkan biaya yang jauh lebih mahal untuk mengimpor barang dari China. Hal itu berdampak pada pengurangan volume perdagangan.

Beijing membalas dengan menaikkan tarif pada produk-produk AS menjadi 125 persen. Hal ini menyebabkan penurunan lebih dari 13 persen pada impor China dari AS selama periode yang sama.

Menurut data April, meskipun terjadi penurunan dalam perdagangan AS, namun total ekspor China mengalami peningkatan sebesar 8,1 persen dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ini terutama didorong oleh lonjakan ekspor ke negara-negara Asia Tenggara dan kawasan lain yang menunjukkan adanya pergeseran pola perdagangan. Ekspor ke negara-negara ASEAN mengalami peningkatan signifikan sebesar 20,8 persen, sementara ekspor ke Uni Eropa tumbuh sebesar 8,2 persen.

2. AS-China akan menggelar negosiasi perdagangan

Negosiasi perdagangan tingkat tinggi antara Washington dan Beijing dijadwalkan berlangsung di Swiss akhir pekan ini. Pertemuan ini akan meredakan ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia. Serta, menjadi langkah pertama menuju penyelesaian konflik yang merusak rantai pasokan global.

AS akan mengirim delegasinya, yakni Menteri Keuangan Scott Bessent dan kepala negosiator perdagangan Jamieson Greer. Nantinya, mereka akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng, yang juga mengawasi urusan ekonomi dan perdagangan Beijing-Washington.

Ada spekulasi bahwa AS mungkin mempertimbangkan pengurangan tarif pada barang-barang China. Presiden AS Donald Trump mengatakan pada 9 Mei bahwa tarif sebesar 80 persen terhadap barang-barang China 'tampaknya tepat'.

Ketika ditanya bagaimana presiden sampai pada angka 80 persen, juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan bahwa itu adalah angka yang diutarakan presiden dan kelanjutannya akan dilihat pada akhir pekan ini.

"Trump tidak akan secara sepihak menurunkan tarif terhadap China. Kami perlu melihat konsesi dari mereka juga," kata Leavitt, dikutip dari The Straits Times.

3. Trump mendesak China membuka pasarnya untuk AS

Potret Tiananmen Square di kota Beijing, China. (unsplash.com/Nick Fewings)
Potret Tiananmen Square di kota Beijing, China. (unsplash.com/Nick Fewings)

Meski Trump telah menekankan tarif hukuman terhadap Beijing akan turun, namun ia belum menyampaikan alternatif hingga saat ini. Baru-baru ini, Trump mendesak China agar membuka pasarnya terhadap AS karena itu akan sangat baik untuk Beijing. Menurutnya, pasar tertutup tidak lagi berfungsi.

Tarif 80 persen hanya sekitar setengah dari tarif saat ini, namun jumlah tersebut tetap sangat tinggi. Bahkan, angka tersebut di atas tarif 60 persen yang diusulkan Trump saat berkampanye untuk presiden tahun lalu. Sebelumnya, Bessent telah menggambarkan tarif tersebut sebagai embargo perdagangan yang efektif antara kedua negara.

Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri China telah mengecam apa yang disebutnya sebagai taktik ekonomi yang kasar dan menindas oleh AS. Pihaknya tetap menentang keras pendekatan perdagangan yang tidak berkelanjutan oleh Washington.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us